TIGA PULUH EMPAT

27 2 0
                                    

Maya sudah sadarkan diri diruangan ICU jam 3 pagi. Namun maya melarang perawat yang berjaga disana untuk memberi tau pihak keluarga perihal kesadarannya itu. Maya masih ingin sendiri dulu.

"tolong panggil dokter saja, saya belum mau diganggu siapapun dulu", itu permintaan maya.

Kondisi maya sudah melewati masa kritisnya. Maya merasakan sakit yang lumayan menyiksa dibagian perutnya, efek obat bius sepertinya sudah hilang. Namun maya masih menahannya karena tidak ingin diberikan lagi obat penahan nyeri karena pasti dirinya akan tertidur lagi. selang oksigen yang dipasangkan pada maya itu benar-benar membantunya untuk bertahan.

Aneh memang. Tapi maya benar-benar sedang ingin sadar. Memikirkan semua kejadian yang dialaminya. Maya benar-benar merasakan emosinya memuncak. Apa yang salah dari hubungan asmara sepasang manusia? Kenapa manusia lain yang harus menentukan kebahagian orang lain?, apa yang salah kalau pada kenyataannya memang keduanya saling mencintai? Kenapa orang lain merasa dirugikan dengan hubungannya?

Dirinya merasa tidak pernah melakukan hal yang merugikan revin. baik dikehidupannya maupun karir badmintonnya. Malah maya sangat-sangat mendukung dan mengerti dengan pekerjaan kekasihnya itu. maya bahkan tidak pernah memaksakan kehendaknya apapun itu.

Maya teringat omongan juno. Entah apa yang nanti akan dikatakan juno kepadanya ketika bertemu nanti. Maya tau pasti devi akan mengabari juno perihal kejadian ini dan dipastikan juno akan langsung menerbangkan dirinya ke indonesia secepatnya.

Kini maya mengakui omongan juno benar. Pelaku penyerangan dirinya benar-benar fans revin yang memiliki masalah kejiwaan. Bahkan sampai menggunakan pisau sebagai alat penyerangannya. Benar-benar kelewatan, pikir maya.

Maya tentu masih ingat dengan jelas kejadian malam itu. mengingat omongan pelaku dan mengingat wajah pelaku. Apa mereka sudah segila itu sampai tidak berfikir akan ditangkap dan mendakam dipenjara? Apa mereka fikir maya akan langsung mati setelah kejadian itu? memikirkan itu semua membuat nyeri pada luka maya makin menjadi.

Maya pun akhirnya meminta diberikan obat penahan rasa sakit kepada perawat. Sebelum efek dari obat itu bekerja, maya memikirkan apa yang akan dilakukannya setelah ini. Sudah pasti memberikan maaf kepada pelaku tidak ada didalam rencananya kali ini. Maya benar-benar lelah memikirkan masalahnya. Tidak lama pun dirinya kembali tertidur.

Maya membuka matanya dan melihat kearah jam dinding yang berada di dinding pas dihadapannya. Jam 7.30 pagi. Perawat pun menghampirinya untuk memeriksa lagi keadaan maya. maya tetap melarang perawat itu untuk memberitahu keluarganya. Entahlah. Maya masih belum siap rasanya.

"Mba, jangan lama-lama dong pengen sendirinya. Kasian lho keluarganya nungguin dari semalam. Mereka pasti khawatir mikir mba belum bangun juga. lagian nanti jam 9 sudah jam besuk Mba mereka tetap bisa masuk", kata salah seorang perawat disana dengan suara yang lembut, dan manis. Tidak ingin menyinggung perasaan maya. perawat itu benar-benar tau cara menghadapi pasien yang sedang sensitif seperti maya saat ini. Maya pun menghela nafasnya karena tau apa yang dikatakan perawat ini sangat benar.

"kalau begitu tolong panggilin keluarga saya ya sus", ucap maya akhirnya. Suster itu pun mengangguk sembari tersenyum kearah maya.

Tidak lama seseorang masuk dan langsung menghampiri bed maya. maya melihat sosok juno sudah berada disisi kanannya, mengelus pelan puncak kepala maya. Melihat juno dengan wajah paniknya maya pun memberikan senyum kearah juno.

"i'm okay, bang", itu kalimat pertama yang dikeluarkan maya. maya sangat berusaha agar kalimat yang keluar dari mulutnya itu tidak terdengar lemah. Maya tidak ingin menambah kekhawatiran juno.

lovelifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang