Part 6

3.4K 363 15
                                    

Geri mengusap tengkuknya yang masih terasa panas. Matanya menghindari sepasang mata yang tengah menatapnya intens.

"Lo sengaja nyelakain Yasinta?"

Bibir Geri mengerut, ia kurang suka mendengar perkataan yang keluar dari mulut Alfian, perkataan yang menurut Geri terkesan menuduhnya. Apalagi Alfian kini seperti mengintimidasi Geri.

"Otak lo kemana? Jabatan ketua OSIS kemarin cuma sebatas anak pemilik Sekolah, ya? Bukan karena kecerdasan, sosial, dan jiwa kepemimpinan lo?" tanya Geri seperti tidak mau kalah, ia menatap nyalang Alfian.

"Apa hubungannya dengan jabatan ketua OSIS gue? Mencoba mengalihkan pembicaraan?" Alfian mencebik di tempat.

Geri menarik sebelah sudut bibirnya ke atas, ia berhasil membuat Alfian mulai kesal. Kedua matanya memperhatikan penampilan Alfian dari ujung rambut sampai kaki, lelaki itu begitu modis. "Lo jadi ketua OSIS jual tampang, ya?"

Alfian menggeram marah, ia mengatupkan bibirnya tanpa membalas perkataan Geri.

"Oh, ya. Selingkuhan lo selain Yasinta siapa lagi? Pasti banyak, kalau gitu Diana buat gue aja."

Tuduhan tidak mendasar Geri, berhasil menyulut emosi Alfian. Alfian bergerak meninju Geri dengan gerakan yang sama sekali tak Geri duga sebelumnya sampai membuat Geri tersungkur di lantai dengan gusinya yang berdarah.

Merasa belum puas, Alfian kembali melayangkan bogeman di pipi kanan Geri. Ucapan Geri begitu menyinggung Alfian. Disaat Alfian dulu berusaha menahan gugup dan memberanikan diri menyampaikan visi misi di hadapan semua murid SMA Bina Mulya, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Kakak pembina OSIS, tapi ia malah dituduh yang tidak-tidak. Padahal Alfian tidak pernah sekalipun membawa nama orang tua ataupun statusnya sebagai anak pemilik Sekolah. Alfian berteman baik pada siapa saja tanpa memilih.

Geri mengusap darah di mulutnya menggunakan kerah baju yang ia pakai, pukulan Alfian memang tidak bisa dianggap remeh. Ketika Alfian kembali mengambil ancang-ancang akan meninjunya lagi, Geri bersiap menutup wajah menggunakan kedua lengannya, tidak memberi akses lebih pada Alfian.

"Al, gue iri sama lo."

Ucapan Geri itu, membuat tangan Alfian mematung di udara. Kepalan tangan yang ingin ia layangkan ke wajah Geri seketika diam tak ia lanjutkan. Alfian merasa deja vu dengan apa yang terjadi sekarang.

"Jangan pernah iri sama gue, kita sama." Alfian mengulurkan tangan mencoba untuk membantu Geri berdiri.

Geri menyambut uluran tangan Alfian, tapi niat baik Alfian dimanfaatkan oleh  Geri. Dengan sekali tarikan, Alfian langsung terjatuh tepat di samping Geri, lalu tanpa aba-aba Geri balas memukul Alfian.

Lo masih sama Al, bodoh hanya karena kata-kata iba seseorang, batin Geri.

Geri terkesiap saat Alfian menatap matanya dalam, dapat Geri lihat bahwa tangan Alfian bergetar. "Lo kenapa?" tanya Geri khawatir.

"Lo Geri?" tanya Alfian.

"Gila lo, ya? Ketularan Yasinta nih anak."

"Lo mirip Geri." Alfian menunduk, menatap nanar lantai keramik berwarna putih polos.

"Kenapa lo bilang gitu?" tanya Geri.

"Karena cuma Geri yang akan bilang iri ke gue," jawab Alfian.

"Apa lo berpikir Geri benar-benar iri terhadap lo?"

Alfian menggeleng, sorot matanya berubah menjadi sedih. Alfian kembali mengingat kisahnya dengan Geri dulu. Ia benar-benar rindu dengan sepupunya itu.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang