Part 9

2.5K 310 7
                                    

Poni yang hampir mengenai mata ikut bergoyang bersama dedaunan hijau akibat hembusan angin yang beberapa detik sekali berhembus. Alfian yang duduk di bawah pohon depan rumahnya hanya memeluk lutut dingin.

Rasa panas masih terasa saat kulitnya saling bersentuhan satu sama lain. Alfian enggan untuk beristirahat di kamar, sekedar merebahkan tubuhnya agar sedikit membaik. Wajah Alfian kentara pucat,  bibir kering merah muda itu ia basahi dengan lidah, sesekali Alfian mengusap tengkuk karena rasa tidak enak badan.

"Gue gak ngerti," gumam Alfian frustasi.

Pikiran Alfian melayang pada saat Geri melempar foto kepada Putri. Dapat Alfian rasakan suasana pada saat itu langsung berubah. Di foto tersebut, terlihat Putri dan Revaldi yang berada di tempat lokasi kecelakaan Yasinta dan Geri, membuat Alfian tidak bisa untuk berhenti berpikir. Bagaimana bisa Putri dan Revaldi berada di depan mobil yang sudah rusak parah dengan dua manusia di dalamnya yang butuh pertolongan? Mengapa bukan mereka berdua yang membawa Yasinta dan Geri ke Rumah Sakit?

Alfian memegangi kepalanya yang didera pusing, suara rintihan terdengar samar, seperti mendeskripsikan bagaimana sakit yang Alfian rasakan.

Tangan putih terlihat karena baju lengan panjang yang dipakai Alfian digulung sampai sesiku, ia meraba-raba batang pohon tempatnya bersandar dan berusaha bangkit dari sana. Lama-lama berdiam diri di sana membuat Alfian makin bosan, belum lagi jika nanti orang tuanya tiba-tiba pulang, pasti Alfian akan terkena omel karena tidak masuk ke rumah padahal sedang sakit.

Sudah lima menit Alfian berdiri di pinggir jalan, menunggu taksi untuk mengantarnya ke suatu tempat, karena dalam kondisi seperti ini tidak memungkinkan Alfian untuk membawa kendaraan sendiri. Hingga akhirnya setelah menunggu lama sebuah taksi berhenti di depan Alfian, membuat lelaki itu bernafas lega.

Geral, Yasinta, Diana, Dandi, sekarang Putri dan Revaldi. Kenapa satu-persatu masalah terus muncul? batin Alfian.

Alfian menunduk, melihat kosong pada  tangan yang bertumpu di atas lutut.

Siapa Geral sebenarnya?

Kesalahpahaman antara dirinya, Yasinta, dan Diana belum terselesaikan.

Dandi yang ternyata punya niat jahat, karena ingin menabrak Yasinta.

Lalu, Putri dan Revaldi yang belum tau motifnya apa.

Alfian terlalu sulit untuk memikirkan semuanya, ia menggeram di tempat sampai membuat sopir taksi di depannya menoleh. Alfian memejamkan mata, mencari ketenangan supaya kepalanya tidak terlalu berdenyut sakit.

"Dek, sudah sampai."

Mendengar suara sopir taksi itu, Alfian langsung mengedarkan pandangan di sekitarnya. Sebelum benar-benar turun Alfian sempat mengucapkan terima kasih dan tersenyum ramah.

Alfian menyusuri setiap makam yang ada, ia melangkah dengan pandangan menatap lurus ke depan. Tetapi, mata Alfian memicing saat melihat seorang gadis berjongkok di salah satu makam yang bertabur bunga di atasnya.

Alfian diam di tempat, lebih tepatnya di belakang Yasinta tanpa bersura.

"Sebenarnya siapa yang dikubur di sini?" tanya Yasinta.

Alfian meneguk ludah, ia perlahan berjalan mundur menjauhi Yasinta dengan raut wajah yang sulit diartikan. Alfian memilih untuk pergi dari sana, melupakan tujuan awal untuk berziarah di makam sepupunya.

*
*

Yasinta mendongakkan wajahnya, sudah setengah jam ia di depan sebuah makam, dengan peluh keringat berkumpul di dahinya. Jemari Yasinta meraba pusara dengan papan lisan bertuliskan 'Geri Geraldi' membuat sebulir air mata Yasinta kembali menetes.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang