Lagi, Geri kembali ke rumah yang banyak tumbuh bunga di halaman depannya, rumah yang sudah dua minggu ini ia datangi namun tetep terkunci dari luar.Kecewa dan lelah terpatri dari mata Geri, sambil menunduk ia berjalan gontai menuju kursi yang terletak di teras tidak dibawa pergi oleh si pemilik rumah yang sepertinya sudah pindah. Geri rindu tinggal di rumah ini bersama orang yang sangat ia sayangi. Karena ini rumah milik Mamanya.
Setiap kali Geri mengunjungi rumah tersebut, ia selalu menggunakan pakaian tertutup seperti topi dan masker sebagai pelengkap. Karena tidak mungkin ia menampakan diri setelah orang-orang tau bahwa dirinya telah meninggal.
"Hai," sapa seseorang.
Geri langsung saja mendongak melihat wajah asing yang kini berdiri tepat depannya. "Ada perlu apa?" tanya Geri to the point.
"Lagi nyari pemilik rumah ini?" tanyanya.
Geri diam tidak menjawab, ia ikut berdiri menyetarakan seorang gadis yang tingginya sehidung Geri. Disaat bersamaan orang di depannya mengeluarkan sebuah foto dari tas selepang mini yang terpasang hingga sepinggang. Mata Geri sedikit bergetar saat tau siapa orang difoto itu.
Wanita paruh baya memakai baju merah dan rambut diikat satu sedang menyiram bunga di teras rumah yang Geri sendiri tidak tau itu di mana. Dia adalah Elsa, Mama Geri yang selalu ia cari keberadaannya yang tiba-tiba hilang tanpa kabar.
"Mama," ujar Geri ingin merebut foto itu namun langsung dihindari oleh gadis yang memakai jaket levis dan celana jeans biru muda.
"Geri Geraldi." Gadis itu tersenyum ramah, namun Geri sendiri kaget ketika namanya disebut. "Gue panggil lo Geral."
"Siapa lo?"
"Kalau mau ketemu Mama lo, lo harus mengikuti perintah gue." Gadis itu mengusap pundak Geri pelan dan mendekatkan wajahnya di telinga Geri. "Kalau lo nolak Mama lo akan celaka," lanjutnya berbisik.
"Apa mau lo?" Geri menggertakkan gigi tidak suka.
Gadis itu tertawa renyah. Ia kembali memasukkan foto Elsa ke dalam tas miliknya lalu setelah itu ia mengeluarkan foto lagi namun orang yang berbeda.
Mata Geri semakin melebar saat melihat gadis cantik di dalam foto tersebut, seorang gadis masih memakai seragam SMA yang sedang menunduk. Walau menunduk, Geri tau jika itu adalah Yasinta.
"Apa mau lo?" tanya Geri lagi.
"Misi pertama lo." Gadis itu menaruh foto Yasinta di tangan Geri. "Hancurin dia."
Jelas Geri langsung menggeleng, tentu saja Geri menolak, tanpa alasan yang jelas untuk apa Geri menghancurkan Yasinta. Itu sangat berbanding terbalik dengan perasaannya.
Geri dapat melihat gadis berwajah cantik itu tertawa seraya berbalik badan menjauhi Geri. "Tenang lo gak langsung menjalankan misi, gua hanya memberi penawaran intinya lo mau apa enggak. Gue kasih waktu tiga hari untuk berpikir, itupun kalau lo mau Ibu lo selamat."
Ponsel Geri tiba-tiba berdering, panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.
"Ito nomor gue, save Anggun."
••
Hari minggu, hari yang cukup membuat Yasinta bernapas lega. Yasinta tidak perlu datang ke sekolah dan lagi untungnya hari ini tidak ada satupun tugas, jadi Yasinta bisa bersantai ria.
Namun, pikiran Yasinta untuk tidur setelah merebahkan dirinya di kasur berseprei abu-abu polos tidak bergambar shinchan seperti biasa karena baru saja diganti dengan seprei baru yang Mamanya sendiri yang memasangnya. Yasinta sempat ingin protes, tapi setelah melihat Mamanya duduk lelah di sofa sehabis beres-beres rumah, Yasinta menjadi tidak tega. Yasinta kembali bangun saat mendengar Papanya memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...