Part 16

2.2K 254 23
                                    

Aroma kopi susu yang baru disedu dengan air mendidih memikat indra penciuman bagi orang yang duduk di sana. Di samping kopi tersebut, ada martabak rasa coklat dan keju yang tertata rapi di atas meja bundar tanpa alas.

Dari balkon kamar Geri, kerlap-kerlip lampu menjadi salah satu pemandangan yang indah di waktu malam hari. Geri sendiri, sering menghabiskan waktu di sana, bahkan melamun sampai larut malam membiarkan dirinya diterpa hembusan angin. Terkadang juga, karena sudah nyaman Geri bisa tertidur sampai pagi.

Bedanya, malam ini Geri tidak sendiri ada Anggun yang menemaninya. Entah apa gerangan Anggun datang malam-malam menemuinya, yang pasti Geri tidak bisa mengusir Anggun walau ia sedang malas menerima tamu.

"Nice, kerja kamu bagus. Selanjutnya tinggal hancurin tikus pengganggu."

"Gun, please berhenti sekarang." 

Anggun meletakkan sebuah foto di meja lebih dekat dengan Geri. Tanpa mempedulikan wajah bertanya Geri, Anggun dengan santai menyesap kopi susu miliknya.

Geri memperhatikan foto Alfian dan Putri sedang berpelukan di Sekolah. Hal yang membuat Geri penasaran, siapa sebenarnya yang orang dibalik ini semua. Geri yakin, nama kontak di hp Geri yang ia beri nama 'Gila' adalah orang yang memotret Alfian dan Putri. Dan Geri sangat yakin sekali jika orang itu bersekolah di SMA Bina Mulya. Itu artinya, orang yang menyuruh Geri untuk melakukan tindak kejahatan terhadap teman sekolahnya dulu, adalah orang yang Geri kenal.

"Apa maksud kamu ngasih foto ini ke aku?"

Anggun tertawa tertahan. Gadis perparas good looking itu menatap Geri dengan raut kasihan. "Kamu gak ada niatan buat hancurin mereka?" tanya Anggun mendekatkan wajahnya pada Geri.

"Mereka sepupu aku, jangan macam-macam."

"Sepupu? Kamu percaya mereka nganggap kamu sepupu?" kali ini Anggun tertawa terbahak-bahak, sudut matanya sampai berair. "Geral, bukannya semua kasih sayang kamu direbut Alfian? Alfian punya segalanya yang gak kamu punya, kamu harus rebut kembali apa yang menjadi milik kamu."

Geri mengepalkan tangannya, ia menatap benci Anggun. Andai saja Geri bisa melawan, sudah sejak dulu mungkin Geri akan membuat Anggun membayar rasa yang selama ini ia tahan. Rasa bersalah karena telah menyakiti orang yang tak bersalah.

"Geral pikirin sekali lagi. Alfian punya orang tua yang utuh menyayanginya, kaya, banyak kawan, Kakek kamu juga lebih sayang dia 'kan? Sedangkan kamu? Lihat diri kamu menyedihkan, hidup tapi dianggap mati sama kebanyakan orang. kamu mau 'kan hidup bahagia sesuai keinginan kamu?"

"Anggun, stop it!"

"Alfian bisa saja sewaktu-waktu menusuk kamu dari belakang. Kamu mau tau apa yang akan dilakukannya nanti, membunuh kamu karena tau kamu masih hidup, dia takut semua kebahagiaannya kamu rebut. Maka itu, sebelum sesuatu buruk terjadi kamu harus lebih dahulu bertindak."

"Aku gak mau!" Geri menggeleng, bahkan saat ini ia sudah berdiri di depan Anggun, mencengkaram tangan Anggun kuat. "Dasar iblis, aku gak mau ngikutin semua kemauan kamu lagi. Sekarang kamu pergi."

Geri menarik Anggun dan menghempaskannya di lantai. Selama ini, Geri sudah menahan diri untuk tidak berbuat kasar terhadap Anggun. Tapi, kali ini kesabaran Geri sudah habis.

Andai saja Geri bisa lebih tegas di awal, mencari solusi dengan menceritakan semua masalah pada orang yang ia percaya, mungkin saat ini Geri tidak akan terlalu sakit karena menjadi pecundang pesuruh.

"Kalau itu mau kamu, siap-siap nyawa Ibu kamu habis malam ini," ancam Anggun.

Tubuh Geri menegang, kakinya seperti jeli tidak kuat menopang tubuhnya lagi. Alhasil ia terduduk di lantai di depan Anggun. Geri meraih kedua pundak Anggun dan meremasnya.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang