Part 33

1.9K 219 9
                                    

"Gue peringatkan sekali lagi jangan gegabah."

Geri hanya memperhatikan rumah bertingkat dua yang berdiri kokoh di depannya tanpa menanggapi ucapan Alfian. Pasalnya Alfian bukan hanya sekali mengatakan itu, tetapi selama perjalanan menuju rumah Ani.

Desiran dingin mengenai wajah Geri saat membuka pintu mobil. Matanya memperhatikan rumah megah dari luar gerbang, suasana yang tampak tentram seperti tidak terjadi apa-apa.

"Geri_"

"Hanya orang bodoh yang terus mengatakan kalimat yang sama," potong Geri seperti tau apa yang akan diucapkan Alfian.

"Hanya orang bodoh yang terus melakukan kesalahan yang sama," balas Alfian tak mau kalah.

Sekali lagi Geri tidak menanggapi Alfian. Jika sudah adu mulut dengan Alfian rasanya Geri sedang berdebat dengan seorang perempuan. Semua perkataan Geri terus dibantah, untung saja Geri tidak sekelas dengan Alfian bisa kalah adu argumen jika ia sedang presentasi .

Geri berjalan mendekati gerbang meninggalkan mobil yang sengaja terparkir agak jauh dari rumah Ani. "Ini harapan kita satu-satunya."

Alfian memperhatikan Geri dari belakang, tatapan mata itu berubah menjadi sayu. "Ger, berjanji satu hal pada gue."

"Apa?" tanya Geri berbalik badan.

"Apapun yang terjadi nanti jangan pernah menyalahkan diri lo. Lo gak sendiri Ger, lo punya kami, Yasinta, Putri, Dandi, Riki, gue." Alfian menjeda kalimatnya. "dan Revaldi," lanjut Alfian pelan.

"Kenapa lo berbicara seperti itu?"

Firasat gue buruk, batin Alfian mengingat bercak darah yang ia lihat di rumah kosong tempat menyembunyikan Elsa. Semoga saja itu bukan darah Tante maupun Revaldi.

"Karena gue paham lo," jawab Alfian seraya berjalan menyusuri tembok yang menyatu dengan gerbang rumah Ani, mencari celah untuk memanjat tanpa ketahuan.

Ada yang aneh dari kata-kata Alfian, namun Geri tidak terlalu memikirkannya yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara masuk ke rumah Ani dan mencari informasi untuk menemukan Mamanya dan juga Revaldi.

"Ger," panggil Alfian yang entah sejak kapan sudah berada di atas tembok berwarna tosca tersebut. "Cepat," lanjut Alfian sebelum akhirnya melompat.

Tak mau memakan waktu lebih lama lagi Geri mengikuti jejak Alfian, ia berjalan menuju tembok paling ujung, pijakan kotor karena terkena sepatu Alfian terlihat jelas di sana. Untung saja tembok itu tidak terlalu tinggi, sehingga Geri tidak begitu kesulitan untuk memanjat.

"Kita berpisah di sini," kata Geri baru saja turun, yang mengundang Alfian untuk melihatnya tidak setuju.

"Gak boleh," protes Alfian.

"Al."

"Gue gak bisa menjamin lo pergi sendiri." Alfian menggeleng.

"Selama ini gue melakukannya sendiri."

"Makanya rencana lo kacau," balas Alfian.

"Rumah ini terlalu besar sangat sulit untuk kita mencari jika bersama-sama, setidaknya jika kita berpencar itu bisa mempersingkat waktu. Kita tidak bisa berlama-lama di dalam," jelas Geri.

"Risikonya terlalu tinggi Geri." Alfian tetap tidak setuju.

"Memangnya kalau kita mencari bersama-sama itu gak beresiko? Sama saja Al, kalau kita ketahuan berdua habis riwayat kita, tetapi jika kita berpencar setidaknya jika salah satu diantara kita tertangkap, lo atau gue bisa pergi minta bantuan." Geri mencoba membuat Alfian mengerti.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang