Es kelapa muda yang tersisa tidak sampai setengahnya lagi hanya ditatap lamat-lamat oleh Yasinta. Pikirannya dibawa menuju masalalu oleh Dandi yang menceritakan kejadian yang salama ini dipertanyakan. Hingga sampai tahap ini, Yasinta merasa menjadi seorang yang dipermainkan oleh keadaan maupun oleh Geri sendiri. Banyak rekayasa yang diciptakan Geri sampai bermunculan luka yang tidak hanya dirasakan oleh satu pihak.Yasinta menghela napas seraya menoleh pada Dandi yang sedang menunggu bibirnya berucapan, lama Yasinta memantapkan hati mencoba untuk meyakinkan diri agar dapat mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Gue gak tau." Yasinta menggeleng disertai senyum getir.
"Gak mungkin lo melakukan sesuatu tanpa alasan," sergah Dandi mendengar penuturan tidak masuk akal dari Yasinta. "Jadi alasan lo pura-pura amnesia apa?"
"Dandi, please."
"Apa alasannya Yasinta?" Dandi sedikit memaksa. Karena Dandi sudah menceritakan apa yang ia tau tentang Geri, jadi tidak ada alasan untuk Yasinta tidak menceritakan apa yang Dandi tidak tau.
"Gue ingin melupakan semuanya." Yasinta meremas lututnya keras, cairan bening tertahan di pelupuk mata yang sengaja ditahan agar tidak keluar. "Kenyataan yang gue hadapi itu pahit, Dan."
"Tapi mengapa gue tidak diizinkan oleh Tuhan untuk melupakan semuanya?" suara Yasinta berubah menjadi serak.
"Yas." Dandi mengusap lembut pundak Yasinta.
"Gue rasanya gak sanggup menghadapi Geri yang telah berubah, menghadapi setiap harinya dengan cemoohan dan hinaan dari dia. Karena itu, gue memutuskan untuk berpura-pura amnesia, jika gue gak bisa melupakan semuanya maka gue yang akan bersikap seolah melupakan setiap detik waktu yang telah terjadi."
Bibir Dandi mengatup ia tidak tau akan memberi respon apa. Wajar saja jika Yasinta merasa sedih, gadis itu kehilangan sosok yang dicintainya dan setelah kembali Geri malah tidak membuat Yasinta semakin baik.
"Tapi keputusan gue malah salah, gue semakin memperburuk keadaan." Yasinta mengusap wajahnya kasar sembari kembali menoleh kepada Dandi. "Gue bodoh ya, Dan?"
"Iya," jawab Dandi jujur, karena saat ini bukan waktunya untuk Dandi memuji Yasinta. "Korban sinetron lo, ya? Melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang itu tidak mendapat keuntungan sama sekali Yasinta."
Dandi menarik Yasinta dan merangkulnya. "Gue tau lo sedih, lo sakit, lo terluka. Tapi Yas, lo akan terlihat semakin bodoh jika melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang dan itu akan membuat lo semakin terlihat buruk."
"Gue tidak mengerti kenapa lo dan Geri sangat mirip. Lihat 'kan Geri berakhir di rumah Ani karena gegabah." Dandi menghembuskan napas kasar. "Lo sudah dewasa Yas, untuk sekarang jangan pernah berpikiran untuk menyesali perbuatan lo, lo harusnya belajar dari kesalahan."
"Seandainya waktu bisa gue pu_"
"Bisa apa? Bisa lo putar kembali?" Dandi memotong ucapan Yasinta. "Waktu gak akan pernah kembali, lo gak bisa mengubah waktu menjadi seperti sedia kala. Lo gak bisa berjalan mundur, tujuan lo sekarang terus maju apapun yang terjadi."
"Terus tujuan lo buat hubungan Alfian dan Diana merenggang apa? Kenapa lo menyuruh gue untuk terus menjadi selingkuhan Alfian. Yang lo lakuin juga salah Dandi, lo membuat Alfian dan Diana sakit!" Yasinta mengeraskan suara menatap Dandi kesal karena menyudutkannya.
Dandi berdecih, sebisa mungkin Dandi bersikap untuk tenang. "Terus kenapa lo mau saja menuruti perintah gue? Karena ingin tau tentang Geral yang sebenarnya lo sendiri yakin dia adalah Geri."
Yasinta bungkam, memang itu tujuannya mengiyakan keinginan Dandi untuk mengetahui tentang Geri yang berpura-pura menjadi Geral. Yasinta dilingkupi rasa bersalah kepada Alfian dan Diana, karena untuk kepentingan pribadi Yasinta sampai rela mengorbankan perasaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...