Part 21

2.2K 279 18
                                    

"Maaf ngerepotin," kata Yasinta sembari melihat pemandangan jalan dari jendela bus.

Geri mengangguk sambil bergumam, tangannya meremas ponsel yang sengaja ia nonaktifkan sebab Alfian, Dandi, Riki, dan Revaldi pasti tidak henti untuk mengiriminya pesan karena tau saat ini Geri sedang berduaan dengan Yasinta.

Padahal bisa saja Geri dan Yasinta ikut semobil dengan mereka, tapi dengan berbagai alasan Dandi menolak dan alhasil Geri dan Yasinta harus pulang naik bus. Karena Geri sendiri datang menumpang mobil Dandi, begitupun Alfian, Revaldi, dan Riki.

"Yas mau main sebentar?" tanya Geri tiba-tiba.

Yasinta menatap mata Geri, matanya berkedip beberapa kali lalu tersenyum. "Boleh."

"Pak kiri." Geri sedikit meninggikan suara agar sopir bus mendengar suaranya. Seraya merogoh uang dari dompet Geri menggandeng tangan Yasinta. "Makasih Pak," ujar Geri menyerahkan uang beberapa lembar ribuan lalu turun.

Hamparan rumput yang tidak terlalu tinggi dengan lahan luas menjadi pemandangan yang dihadapkan pada Yasinta dan Geri. Yasinta hanya mengikuti langkah Geri menyusuri rerumputan tanpa bersuara. Sesekali menutupi mata dari matahari yang menghalau penglihatan.

"Bagus gak?" tanya Geri ketika mereka tiba di sebuah batu besar dan di depannya ada tebing dengan pagar pembatas terbuat dari bambu.

Geri membantu Yasinta untuk duduk di atas batu hitam yang telah banyak ditulis nama-nama orang dengan spidol hitam, mungkin nama orang yang telah mengunjungi tempat itu.

"Mungkin kalau malam lebih indah," jawab Yasinta membayangkan betapa bagusnya tempat itu dengan cahaya bulan dan lampu dari rumah dan gedung yang ada di sekitar.

"Harusnya gue ngajak lo ke sini sewaktu malam hari, ya?"

Yasinta menggeleng sambil melihat Geri. "Sekarang juga indah, kalau bisa sekarang kenapa harus menunggu malam."

"Ger," panggil Yasinta.

Geri menoleh pada Yasinta disaat gadis itu duduk gelisah di tempat. Mata Geri memicing melihat perubahan wajah Yasinta yang sangat kentara gugup.

"Kenapa?"

Yasinta menggingit bibir bagian bawah, ia menjeda kalimatnya sebentar lalu menggeleng. "Gak jadi."

"Yasinta mau apa?" tanya Geri seolah tau Yasinta menginginkan sesuatu.

"Gue rindu kita duduk berdua seperti ini." Yasinta menelan ludah membasahi tenggorokan seraya menatap lurus ke depan. "Ini bukan sesaat 'kan? Apa sifat lo akan berubah lagi?"

"Gue gak tau."

"Please, Geri yang gue kenal harus punya pendirian. Lindungi orang yang lo sayang. Gue gak tau masalah lo dengan Dandi udah selesai, tapi gue harap kalian gak akan bermasalah lagi. Gue gak tau apa yang terjadi pada Alfian sampai wajah dan lengannya ada banyak terdapat luka, Alfian yang gue lihat selama ini sudah bekerja keras jangan menyusahkan dia lagi. Geri, gue gak menuntut lo selalu sempurna, hanya saja kalau lo merasa salah perbaiki kalau lo merasa benar pertahankan."

Semilir angin menghantar hawa dingin, sedikit membantu ketika mereka duduk dihalau oleh satu pohon rindang menutupi cahaya matahari. Wajah Geri datar sedang mencerna perkataan Yasinta, sesekali ia menghembuskan nafas secara kasar sampai Yasinta menoleh.

"Lo gak suka dengan ucapan gue?" tanya Yasinta.

Geri tidak menjawab, ia hanya duduk diam tidak bergeming dari tempatnya. Melihat Geri yang seperti itu Yasinta memilih untuk diam, ia takut salah bicara.

Yasinta menggerakkan kaki yang menggantung dengan mata bergerak membaca tulisan yang terdapat di permukaan batu. Mata Yasinta memicing ketika membaca tulisan yang nampak tak asing. Yasinta sedikit menunduk melihat tulisan itu dari dekat.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang