"Cepat!" tukas Tyo, ia memperhatikan keadaan sekitar memastikan situasi aman.
Tiga orang laki-laki berusia tiga puluh tahunan terburu-buru membuka keranda mayat yang berisi Geri di dalamnya dan menukar dengan mannequin yang telah dikafani sedemikian rupa menyamai ukuran, tinggi, dan berat Geri.
Nafas Tyo tercekat takut ketahuan para tamu pelayat tentang perbuatannya saat ini. Tyo berkali-kali menelan ludah tidak tenang ketika orang suruhannya membawa Geri pergi melewati pintu belakang menghindari kerumunan.
"Maafkan Kakek, Geri." Tyo meringis ketika tidak bisa mencegah bagaimana Geri diperlakukan layaknya seperti orang meninggal pada umumnya.
"Kamu harus baik-baik saja."
Tyo melirik jam dinding yang tidak jauh dari tempatnya, prosesi pemakaman sebentar lagi akan segera dilaksanakan. Tyo dengan baju serba hitamnya beranjak menghampiri para pelayat yang sudah ramai di depan rumah.
"Apa yang dia lakukan?" Agung mengintip dari balik tembok menyaksikan perbuatan Tyo sejak awal.
•••
"Bagaimana keadannya?"
Reyhan baru selesai memasang infus melirik Tyo dari ujung mata yang sejak tadi berdiri di sisi tempat tidur memperhatikannya.
"Di luar dugaan kondisi tubuhnya berangsur-angsur membaik, denyut nadi Geri sudah mulai terasa." Reyhan tersenyum dari balik wajah lelahnya. "Anak ini kuat."
Tyo bernafas lega. Gelas berisi air minum di atas meja tidak jauh dari tempatnya Tyo teguk hingga setengah. Setelah berperang melawan degukan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasa, kini Tyo mulai merasakan ringan di dada.
Walau samar senyum di bibir Tyo yang sedikit ditumbuhi keriput terbit. Tidak ada alasan baginya untuk tidak senang mendengar perkembangan Geri. "Kapan dia akan sadar?"
"Saya tidak bisa memastikannya, tetapi melihat seberapa pesat bagaimana ia sedikit demi sedikit memulih mungkin tidak akan memakan waktu lama sampai Geri membuka mata." Reyhan melirik jam yang melingkar di pergelengan tangan kiri, jemari sebelah kanannya meraih snelli yang tergantung di paku di balik pintu. "Saya tidak bisa berlama-lama, segera hubungi saya jika terjadi sesuatu." Reyhan mencium punggung tangan Tyo.
"Kamu hati-hati."
"Iya." Reyhan mengangguk sebelum akhirnya keluar dari kamar tersebut.
Matahari semakin meredupkan sinarnya menandakan sebentar lagi pergantian menuju malam. Tadi, sepulang dari pemakaman Tyo berada di rumah kurang lebih dua jam lamanya karena menunggu kerabat dekat pulang ke rumah masing-masing. Setelah memungkinkan untuk pergi, Tyo langsung menemui Geri.
Rumah minimalis bertingkat dua itu telah Tyo persiapkan untuk tempat tinggal Geri nantinya. Tidak banyak keluarga yang tau tentang rumah ini, letaknya yang lumayan jauh dari rumah Tyo sangat cocok untuk Geri tinggali, asal Geri bisa hati-hati keberadaannya mungkin tidak akan diketahui.
"Kakek."
Tyo yang sejak tadi menunduk seketika menegakkan punggungnya mendengarnya dipanggil. Tyo menoleh cepat pada Geri, matanya terbuka lebar ketika melihat Geri yang telah siuman. Bahkan baru kemarin Geri dinyatakan telah meninggal dan kini lelaki itu sudah membuka mata.
Benar-benar keajaiban menurut Tyo, pasalnya dugaan Tyo terpatahkan setelah sebelumnya mengira jika Geri akan sadar setelah tiga hari atau bahkan lebih dari seminggu, mengingat kondisi Geri yang habis kecelakaan rasanya tidak mungkin pulih secepat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...