"Kenapa Rev?" Yasinta berteriak sembari melempar bantal ke arah Revaldi yang sedang duduk di sofa kamar Riki.
"Kenapa lo melakukan itu?" kali ini sebuah guling yang terpelanting tepat di wajah Revaldi, membuat Revaldi berdesis pelan menahan sakit.
"Kenapa lo bisa sejahat itu?" seperti kurang puas Yasinta mengambil beberapa tumpuk buku di atas meja samping tempat tidur dan melemparnya secara berutal, tanpa menyadari perbuatannya akan menyakiti Revaldi.
Revaldi hanya menunduk, matanya memandang hampa pada lantai tanpa menghindari setiap lemparan Yasinta. Sesak, itu yang Revaldi rasakan, kamar Riki cukup luas jika diperhatikan namun terasa pengap untuk sekedar menghirup udara.
"Berhenti Yasinta!" Alfian merampas gunting dari tangan Yasinta yang hampir saja ingin dilemparnya. "Kontrol diri lo," lanjut Alfian seraya membuang gunting tersebut asal ke lantai.
Bibir Yasinta mengerut, masih belum menyadari jika ia hampir saja membahayakan Revaldi. Yasinta menatap tepat pada mata Alfian, memberi pancaran marah seolah mengatakan ketidaksukaan karena Alfian seperti tidak memihaknya.
"Lo kenapa sih?" Yasinta mengusap air mata yang baru saja menetes keluar. "Sikap lo beda Al terhadap Dandi dan Revaldi. Dulu ketika Dandi dituduh dalang dari semua permasalahan ini lo tanpa pikir panjang langsung meluapkan emosi lo. Tapi, kenapa lo malah menghalangi gue ketika sudah jelas Revaldi itu bersalah."
"Karena itu gue menyesal." Alfian mengusap wajahnya kasar. "Gue menyesal karena telah memukul teman gue sendiri tanpa mencari tau kebenarannya."
"Jangan mentang-mentang dia teman lo, lo bisa melindungi kejahatan dia. Lo gak kesal keluarga lo disakiti dia?" jerit Yasinta seraya menunjuk Revaldi.
"Sewaktu lo difitnah Titan dulu siapa yang membela lo? Bahkan Geri gak membantu lo. Tapi Revaldi, yang dulu belum seberapa dekat dengan lo, padahal dia tau jika membela lo maka dia akan mendapat masalah, tapi dia sendiri yang maju dan membela lo, dia menjadi orang pertama yang percaya kalau lo gak melakukan itu."
Yasinta kembali mendengus ketika diingatkan dengan peristiwa tidak mengenakan di masa lalu. Memang benar Revaldi dulu yang bergerak maju dan membela Yasinta karena Titan menyebar fitnah bahwa mereka berciuman, namun masalah ini jelas berbeda, Yasinta tidak dapat mentolerir kesalahan Revaldi.
Atmosfer di ruangan itu terasa semakin panas. Pancaran aura dari Yasinta dan Alfian saling bertolak belakang, menyisakan kesan yang lebih mencekam. Dari balik pintu terdapat Putri dan Riki yang sedang mengintip, antara penasaran dan memastikan jika tidak terjadi sesuatu yang buruk.
Putri sebenarnya sangat ingin masuk dan menyuarakan pendapatnya, namun Alfian tadi sempat menyuruhnya keluar, alhasil ia dan Riki hanya bisa melihat perdebatan Yasinta dan Alfian dari celah pintu yang sengaja dibuka sedikit.
"Tante Elsa sudah meninggal."
Jantung Alfian terasa seperti dikagetkan, ia menelan ludah mendengar empat kata bermakna itu dari bibir Revaldi. Detakan di dada semakin cepat, seolah berlomba pada setiap datik jarum jam yang berjalan.
Tidak hanya berlaku pada Alfian saja. Tetapi Yasinta, Putri, dan Riki sama kagetnya. Terlebih Putri yang menggebrak pintu sampai terbuka lebar, Putri menggigit bibir bagian dalamnya dengan linangan air mata.
"Apa kata lo?" tanya Alfian.
"Tante Elsa sudah meninggal," ulang Revaldi.
Plak!
Telapak tangan Yasinta menyentuh permukaan pipi Revaldi, hingga menimbulkan bekas kemerahan di sana. Pandangan Yasinta menajam, ia benar-benar menatap benci pada Revaldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...