Hai semua, ada siapanih yang kangen Geri dan Yasinta?
Happy reading guys :D
.
.
.Dimas mematung di tempat menyaksikan pertikaian yang baru saja terjadi di depan mata. Nafas Dimas berderu tidak beraturan, perasaan gundah menyelimuti kala Dimas dihadapkan pilihan bimbang antara menyelamatkan dua orang yang baru saja terjatuh ke sungai atau tetap bersembunyi dari dua orang yang masih berada di atas jembatan untuk menghindari sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Kak Geri, batin Dimas merasa bersalah karena hanya bisa berdiam diri di balik pohon tanpa melakukan apapun.
"Kenapa lo mendorong Geral?" tanya Anggun pada lelaki berbaju kuning polos.
"Jawab!" desak Anggun emosi.
Dimas menajamkan indra pendengaran mencoba untuk menguping percakapan antara Anggun dan lelaki yang membelakanginya.
"Kenapa lo mendorong Alfian?" lelaki itu balik bertanya.
"Karena memang itu yang harus gue lakukan," jawab Anggun masih emosi.
"Begitupun gue." Seakan tidak mau kalah, lelaki itu membubuh intonasi suara menjadi tajam. "Pergi dari sini sebelum ada yang melihat kita, lo gak mau berurusan dengan polisi 'kan?" perlahan-lahan ia tersenyum miring dan melangkah pergi menjauhi Anggun.
"Sialan," desis Anggun.
Jika ditanya mengapa Dimas berada disana, jawabannya adalah Dimas dihubungi oleh nomor tidak dikenal dan menyuruhnya untuk datang menemui Geri sesegera mungkin. Mendengar nama Geri, Dimas langsung mendatangi tempat yang dituju, dan mendapatkan sesuatu di luar dugaan Dimas.
Kaki Dimas rasanya lemas, ia duduk di tanah dengan kepala terbenam diantara lipatan tangan yang berada di atas lutut tanpa mempedulikan celananya akan kotor. Dimas tidak menyangkan jika dibalik hubungan Geri dan Anggun yang manis di depan semua orang di Sekolah ternyata menyimpan pertikaian besar seperti ini.
Kak Geri lo harus bertahan? batin Dimas.
"Hoi," panggil seseorang menendang kaki Dimas pelan.
Dimas terlonjak saat mendongakkan kepala melihat siapa yang kini berdiri di depannya sambil bersedekap dada. Nafas Dimas tercekat, persembunyiannya ketahuan.
Merasa was-was Dimas menggeser tubuhnya ke samping dan memberi jarak pada lelaki berbaju kuning yang mendorong Geri tadi. Tapi, semakin Dimas menjauh orang tersebut melangkahkan kaki mendekat.
"M-mau apa?" tanya Dimas gugup.
"Bangun lo!"
Seakan patuh Dimas mengikuti instruksi dari lelaki bermata sipit yang atensinya tidak bisa lepas dari Dimas. Hari ini berbeda, jika biasanya Dimas bersikap tengil dan akan melawan jika terusik. Tapi ini, rasa takut menyelimuti Dimas. Seumur hidup baru kali ini Dimas melihat hal mengerikan dari sekian cekcok yang ia alami, bagaimanapun juga hal ini menyangkut nyawa seorang.
"Kenapa? Takut?" seringai puas tercetak di bibir lelaki itu.
Dimas mengepalkan tangan, mencoba menatap mata orang yang meremehkannya, mencoba menghilangkan rasa pengecut dari dalam diri.
"Lo merasa gunanya lo di sini untuk apa? Pertandingan kemarin bukan apa-apa, baru menang sekali lo udah besar kepala, tapi di sini cuma jadi kucing penakut yang bersembunyi di balik pohon untuk menghidari masalah."
Dimas menggertakkan gigi tidak suka, perkataan yang lebih tepatnya mengejeknya membuat Dimas kesal, jika pertandingan basket kemarin Dimas menang itu karena ia latihan keras, dan itu sangat berarti bagi Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...