Part 30

2.5K 225 2
                                    

"Alfian dan Revaldi gak masuk lagi." Dandi menaruh kepala di meja kantin, matanya memperhatikan Riki yang juga terlihat lesu.

Sudah dua hari tepatnya Alfian dan Revaldi absen, keduanya tidak masuk tanpa kabar bahkan Riki dan Dandi sudah mencoba untuk menghubungi mereka namun tidak ada satupun yang menanggapinya.

"Sebenarnya Alfian sempat marah besar," ujar Riki seraya mangaduk es teh yang sudah tersisa setengah gelas. Helaan nafas terdengar berat, Riki mungkin harus menceritakannya pada Dandi karena biar bagaimanapun juga mereka sudah berteman cukup lama, Riki rasa tidak ada yang perlu ditutupi.

"Diana mencium pipi gue di depan Alfian."

Dandi membulatkan mata kaget, ucapan Riki barusan bagai sesuatu yang membangun gairah Dandi untuk menegakkan punggungnya, lesu karena Alfian dan Revaldi tidak masuk seketika hilang tergantikan dengan raut wajah yang sulit dibaca.

"Apa lo bilang?" tanya Dandi tidak percaya.

"Diana mencium gue."

Dandi tidak menyangka jika Diana akan melakukan hal seperti itu, remasan kecil di atas lutut membuat Dandi menggeram di tempat seraya mengedarkan pandangan mencari sesosok gadis yang diceritakan Riki. Dandi tidak mengerti jalan pikiran Diana, sewaktu gadis itu dipanggil Yasinta untuk menyelesaian masalah bersama Alfian, Diana sama sekali tidak menunjukkan sikap berdamai. Tetapi, Diana malah melakukan sesuatu di luar perkiraan Dandi, yang membuat Dandi terus berpikiran soal Alfian.

"Apa Alfian gak masuk karena ini?" tanya Dandi.

Riki menggeleng pelan, ia tidak bisa memastikan alasan mengapa Alfian tidak masuk sekolah. Namun, Riki seolah ragu jika Alfian membolos hanya karena masalah perempuan, setau Riki setiap terjadi pertikaian antara Alfian dan Diana sama sekali tidak ada wajah sedang tidak baik-baik saja terpancar dari wajah Alfian.

Alfian gak masuk begitupun juga Revaldi, apa ini ada hubungannya dengan Geri? batin Riki.

"Lalu Revaldi kenapa gak masuk? Apa sakit?" Riki mencoba untuk menebak-nebak alasan logis yang membuat Revaldi absen.

"Woy, Gi. Pacar lo kenapa gak masuk?" tanya Dandi sedikit mengeraskan suaranya melihat Anggi dan Yasinta duduk tidak jauh dari tempat mereka.

"Mati paling," cetus Anggi cuek.

"Gi, jangan gitu." Yasinta menyenggol bahu Anggi pelan.

Ucapan Anggi seperti pengingat kebodohan yang pernah dilakukan Yasinta dulu. Pada saat Yasinta melontarkan kata tidak sepantasnya untuk Geri, Yasinta benar-benar menyesal dan kini Yasinta tidak mau hal yang sama terjadi pada Anggi.

"Bodo amat," jawab Anggi.

Riki dan Dandi bergidik ngeri melihat Anggi, sekarang mereka berdua paham alasan Revaldi selalu bersikap romantis pada Anggi, karena jika Anggi marah semenyeramkan ini sampai ucapannya tidak bisa disaring.

"Pasti karena Revaldi gak ngasih kabar," bisik Dandi tepat sasaran yang langsung diangguki Riki.

"Gue mau ngomong." Suara tiba-tiba dari seorang gadis membuat atensi Dandi dan Riki langsung teralihkan.

"Apa?" tanya Dandi dengan nada suara tidak enak di dengar.

Eriska menatap Dandi sengit, seharusnya Eriska yang marah di sini atas perbuatan yang dilakukan Geri, Dandi, dan juga Revaldi padanya kemarin yang datang dan membawa paksa dirinya. "Gue mau berbicara dengan lo, Ki."

"Ada apa, Ka?" tanya Riki menatap Eriska lekat.

"Kita berdua aja." Eriska melirik ke arah Dandi.

"Lo bermaksud mengusir gue? Lo aja sana yang pergi." Dandi mendengus kesal.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang