"Kalian berdua gak ada niatan mau sekolah? Sebentar lagi ujian, ketinggalan materi mampus kalian, ngapain pada bolos hah? Sana sekolah."
"Bawel lo, ah." Geri sibuk memainkan ponsel, berselancar pada sosial media melihat info yang sedang viral tanpa mengindahkan ucapan Alfian di sebelahnya. Mungkin jika ingin berangkat sekolah sekarang juga pasti sudah terlambat, lihat saja jam berbentuk doraemon yang terpajang di sisi kiri kamar Dandi telah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Bacot, suka-suka guelah mau sekolah apa enggak," sahut Dandi ketus. Sedari tadi matanya tak pernah absen memperhatikan baju yang digantung di dalam lemari, menelaah satu persatu warna dan bentuknya, mencari baju favorit yang entah keselip dimana.
Sebenarnya walau nada bicara Dandi tidak enak didengar, tapi tanpa Alfian sadari Dandi sering memberikan perhatian kecil untuknya. Contohnya ketika Alfian menggigil dingin tanpa diperintah Dandi langsung mematikan AC di kamarnya. Selain itu, Dandi juga rela menyerahkan tempat tidur kepada Geri dan Alfian untuk mereka tempati, dan Dandi sendiri tidur di lantai beralasan karpet merah muda yang dipinjamnya dari Deva. Bahkan sampai pagi ini pun, Dandi sengaja menaruh beberapa makanan ringan, air mineral, dan susu di atas meja agar tidak hanya Geri tapi Alfian juga mau memakannya, karena sejak semalam Alfian enggan untuk menyentuh makanan.
"Al jorok banget sih, sana ganti baju." Geri nampak kesal karena Alfian masih memakai seragam sekolah.
"Suka-suka gue lah, masalah buat lo?" Alfian mencebik di tempat.
"Masalah, karena lo bau." Geri geregetan sendiri dan menendang Alfian sampai terungkur jatuh dari tempat tidur.
"Mampus," celetuk Dandi melirik Alfian sekilas.
Alfian mendengus ketika Geri dan Dandi tampak acuh dan menyibukkan diri dengan kegiatan masing-masing tanpa berniat membantu Alfian.
"Gue mau pergi aja," ucap Alfian.
"Pilihan lo cuma dua, gue antar pulang ke rumah atau tetap diam di sini." Geri menarik baju belakang Alfian.
"Gue bisa pulang sendiri."
Tanpa belas kasihan, Geri menarik kasar badan Alfian ke belakang, sampai menyebabkan Alfian terhuyung dan punggungnya menyentuh lantai. Geri melakukan itu bukan memiliki tujuan mengkasari Alfian, tapi hanya memberi peringatan agar Alfian tidak kabur-kaburan, walau Geri sendiri sadar perbuatannya tidaklah benar.
"Mau kabur lagi? Lo pikir gue gak tau apa yang ada di pikiran lo?" Geri menghela nafas.
"Sialan," umpat Alfian.
"Gue sih gak masalah kalau lo mau pergi. Malah bagus mengurangi beban," timpal Dandi melipat tangan di dada.
Alfian memejamkan mata, mencoba meredam perbuatan Geri dan perkataan Dandi yang melukainya. Jujur Alfian benci situasi ini, dimana dirinya merasa sudah tak dianggap atau dihargai lagi.
"Al," panggil Geri berjongkok di samping Alfian. "Lo kenapa?" tanya Geri melihat Alfian yang tak bergeming seolah tertidur.
Setitik rasa bersalah muncul dalam hati Geri, apakah ia terlalu kasar terhadap Alfian? Tapi, Geri melakukan itu secara spontanitas karena tidak ingin Alfian kembali terlihat menyedihkan di luar.
Alfian menggeleng seraya bangun, rasa mual dan sakit perutnya membawa Alfian untuk kembali ke tempat tidur. Pilihan Alfian hanya di sini, karena ia sendiri tidak sanggup untuk pulang ke rumah yang pasti akan diintrogasi mengenai perbuatannya di sekolah.
"Dandi, Alfian, yuhuu kami datang." Suara tidak asing terdengar dari balik pintu kamar bersamaan dengan knop pintu yang bergerak turun ke bawah. Geri dan Dandi bergerak panik, hingga tanpa pikir panjang Dandi menarik Geri untuk bersembunyi di dalam lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...