Part 7

3K 337 10
                                    


"Hei, tunggu." Yasinta mensejajarkan langkahnya dengan seorang gadis yang baru saja memasuki gerbang Sekolah. "Bisa tolong antarin gue ke kelas 12 IPS 3?"

Gadis berambut ikal itu hanya menatap Yasinta dingin. Sorot matanya memancarkan aura ketidaksukaan saat melihat wajah Yasinta dari dekat. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia langsung berlalu begitu saja dari hadapan Yasinta.

Hanya melihat mimik wajah seorang, Yasinta langsung paham siapa yang tidak suka terhadapnya. Tentu itu tidak masalah bagi Yasinta, ia tidak bisa memaksa orang untuk menyukainya. Berkali-kali Yasinta menguatkan diri berucap dalam hati kata-kata penyemangat supaya Yasinta bisa melewati hari pertama masuk sekolah setelah kecelakaan dengan baik tanpa masalah.

Yasinta memperhatikan interior bangunan Sekolah, dari tempatnya berdiri terlihat bangunan bertingkat yang cukup bagus dipandang mata. Bangunan bercat abu tua dan putih menjadi warna yang pas untuk berkolaborasi. Hingga tanpa sadar Yasinta telah berdiam diri di sana selama kurang lebih 2 menit.

"Cewek, mukanya kondisiin, dong." Riki datang langsung mencubit pipi Yasinta pelan.

"Eh, Riki." Yasinta tersenyum singkat.

"Ngapain bengong di sini?"

"Dia itu benci sama gue?" Yasinta menunjuk pakai dagu pada gadis yang tadi mengabaikannya. Gadis itu duduk sendiri sembari memainkan ponsel di koridor yang terlihat dari tempat Yasinta.

Riki mengikuti arah pandang Yasinta. Tidak perlu belama-lama Riki langsung memahami situasi. Dari raut wajah Yasinta dan orang yang ditunjuk Yasinta, tentu Riki tau masalah apa yang terjadi antara keduanya.

"Itu namanya Diana, pacar Alfian," jawab Riki memperhatikan Diana dengan seksama.

"Kesalahan gue gak termaafkan banget ya, Ki? Tatapannya nyeremin."

Riki hanya tersenyum canggung sembari menggaruk kepala bagian belakang yang tak gatal. Setelah perbuatan Yasinta dengan percaya dirinya mengklaim bahwa Alfian adalah selingkuhannya dan mencium pipi Alfian di depan orang ramai, mustahil Diana tidak marah, Riki mengerti bahwa Dianalah yang menjadi korban.

"Ya jelaslah gak suka sama lo, Yas. Secara lo 'kan selingkuhan Alfian," celetuk seseorang.

Yasinta dan Riki sama-sama menoleh ke sumber suara. Di belakang mereka terdapat Revaldi yang sedang mengunyah permen karet dengan tampang tengil. Tas hitam bergambar sepatu tali tergantung di leher Revaldi, membuat Yasinta refleks mengusap lehernya sendiri, melihat Revaldi yang seperti itu rasanya Yasinta seperti tercekik.

"Lo dianggap sebagai perusak hubungan Alfian dan Diana," lanjut Revaldi.

"Perusak hubungan orang, ya?" Yasinta menatap sayu ke arah sepatunya.

"Putus Yas, stop menyakiti orang lain!" pandangan Revaldi menajam sejenak, lalu sedetik kemudian ia tersenyum manis sampai matanya terlihat seperti meram.

Revaldi menepuk pundak Yasinta pelan, sebelum pergi menuju kelas.

"Yas, jangan dipikirin. Yuk, gue antar masuk kelas." Riki menarik lengan Yasinta tatkala Yasinta masih setia menunduk setelah mendengar ucapan Revaldi.

"Riki." Yasinta menahan tangan Riki. "Bisa ceritain kisah tentang gue? Please." Yasinta menatap Riki dengan tatapan memohon.

"Gue lebih pandai bercerita kisah Cinderella, lo mau dengar?" tanya Riki Bercanda.

"Gue serius." Yasinta memukul pundak Riki pelan.

Riki tertawa, ia memperhatikan wajah Yasinta yang menurutnya lucu. "Yang terpenting lo masuk kelas dulu, belajar yang bener biar jadi orang sukses," ujar Riki seraya menarik tangan Yasinta menuju kelas.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang