Part 22

2.2K 254 25
                                    

Hari ini adalah hari yang cukup spesial bagi Yasinta. Bukan karena Yasinta sedang berulang tahun atau mendapatkan lotre, tetapi karena hari ini untuk pertama kalinya Yasinta dapat mengalahkan Geri dalam bermain basket.

Dengan wajah berseri- seri bola berwarna oren terang yang berada di tangannya Yasinta lambungkan ke atas lalu beranjak dari tempatnya menuju ke sudut lapangan tanpa menangkap bola basket yang ia lempar. Yasinta tersenyum kala ada sebuah tangan yang mengelap keringat di dahinya.

"Jangan senang dulu gue cuma mengalah," kata Geri.

"Sekali kalah tetap kalah, gak usah sok mengalah. Akuin aja gue lebih jago." Yasinta menjulurkan lidah.

Geri menaikkan sebelah alis sambil terus menatap Yasinta. Gadis di sebelahnya itu tampak kelalahan tapi tidak pernah memudarkan senyum ranum akibat kemenangan yang Geri sengaja. Geri dan Yasinta saling berebut bola basket hampir satu jam lamanya di bawah terik matahari, keduanya begitu menikmati permainan sembari melepas rindu setelah lama tidak seperti sekarang.

"Lo menang," ucap Geri mengusap kepala Yasinta. "Tapi tetap gue yang jago," lanjut Geri tersenyum seraya berdiri.

"Lo mau kemana?" tanya Yasinta heran.

"Beli minum, lo haus 'kan?"

Yasinta mengangguk cepat, ia tidak mengeluarkan suara lagi seiring punggung Geri yang semakin menjauh. Mata Yasinta mengitari lapangan basket yang tidak terlalu lebar, ia membayangkan bagaimana dirinya dan Geri tadi saling berebut bola di tengah lapangan itu, wajah Geri yang lucu ketika Yasinta berhasil mencetak skor, dan ketika tanpa sengaja bola yang Yasinta lempar mengenai Geri. Moment itu mungkin biasa bagi sebagian orang, tapi tidak untuk Yasinta, Yasinta akan merekam setiap detik apa yang terjadi pada hari ini di dalam ingatannya.

"Gue gak nyangka dulu benci banget sama dia dan sekarang gue bisa sesuka ini." Yasinta tersenyum lebar seraya menarik napas dalam "Jangan pergi lagi kecuali rasa cinta itu mereda," gumam Yasinta sangat pelan.

"Gak-gak." Yasinta menggelengkan kepala cepat. "Apapun yang terjadi jangan meninggalkan gue." Yasinta memejamkan mata, menetralkan rasa yang mendesir takut akan kembali kehilangan.

"Hai, Yasinta."

Ketika matanya terbuka yang pertama kali tertangkap oleh pandangan Yasinta adalah Anggun. Seorang gadis dengan kemeja merah mudah dan rok hitam selutut berdiri tepat di depan Yasinta.

Anggun menatap datar Yasinta, jemarinya bergerak-gerak ketika langsung melihat arah mata Yasinta yang seakan tidak mau kalah untuk melihat tajam Anggun.

"Gue yakin lo gak bisu untuk menjawab sapaan gue." Anggun berdecak pelan.

"Harus banget lo muncul di hadapan gue?" tanya Yasinta remeh.

Anggun tertawa hambar mendengar kalimat yang keluar dari bibir Yasinta. Tangan kanannya membawa rambut panjang yang hampir menutupi wajah akibat terpaan angin ke belakang. Anggun sedikit geram dengan pertanyaan Yasinta.

"Apa pantas lo berduaan dengan pacar orang?" sorot mata Anggun menatap kesal Yasinta.

"Siapa? Geri?" Yasinta tertawa mengejek. "Emangnya dia cinta dengan lo?"

"Dia pacar gue," geram Anggun.

"Gue gak peduli dengan status kalian."

Yasinta ikut mensejajarkan tingginya dengan Anggun. Senyum miring tercipta kala melihat Anggun yang mulai terpancing emosinya.

Anggun menarik sebelah bahu Yasinta untuk mendekat, ia mencengkram bahu Yasinta agar tetap berada di sisinya tanpa peduli Yasinta yang meringis kesakitan.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang