Dua laki-laki berdiri menatap pada satu objek yang baru saja berjalan keluar gerbang Sekolah. Bak mangsa yang sudah ditetapkan sebagai target, kedua orang tersebut secara diam-diam mengikuti kemana perginya gadis berkuncir satu yang menenteng tas dan beberapa lembar kertas berisi kumpulan materi pembahasan biologi yang diberikan oleh guru di kelas tadi untuk di fotokopi.
Di waktu seperti sekarang, saat-saat pulang sekolah memang paling pas untuk mengerjakan apa yang telah diberikan guru untuk dikerjakan. Berhubung fotokopi ada di samping sekolah, gadis itu memilih untuk menyempatkan waktu mampir ke tempat fotokopi tersebut.
"Eriska," panggil seseorang.
Mendengar namanya dipanggil, Eriska berbalik badan menatap siapa yang menyapa namanya.
Di depannya berdiri dua orang yang masih berseragam Sekolah. Keduanya sama-sama tersenyum manis menatap Eriska lekat. Walau salah seorang memakai masker yang sudah menjadi ciri khasnya, namun Eriska tau dengan hanya melihat mata lelaki itu menyipit, pertanda sedang tersenyum.
"Boleh minta waktunya sebentar?" lelaki bermasker itu menanyai Eriska dengan ramah.
"Tunggu sebentar ya Geri, Dandi, gue fotokopi ini dulu," jawab Eriska tidak kalah ramah.
"Ini lebih penting," ujar Dandi menarik paksa Eriska bersamaan dengan mobil hitam yang berhenti tepat di samping mereka.
"Eh, lo mau apa?" tanya Eriska yang mencoba melepaskan diri saat merasa ada yang tidak beres dengan Geri dan Dandi.
Hanya saja, pertanyaan Eriska itu sama sekali tak mendapat respon. Dibantu oleh Geri, maka tidak perlu memakan waktu lama untuk membawa Eriska ke dalam mobil yang telah mereka rencanakan sebelumnya.
Eriska mengusap pergelangan tangannya yang tidak terlalu merah, tetapi tetap saja Dandi mencengkram tangannya cukup kuat sehingga masih terasa menyakitkan.
Eriska mencoba memahami situasi, ia melirik di sekitarnya dengan was-was. Ketika pandangannya bertemu dengan Geri, Eriska langsung menciut mendapat tatapan tajam, dengan cepat Eriska mengalihkan pandangannya ke depan.
"Revaldi?" keterkejutan Eriska bertambah, tanpa sadar ia menggertakan gigi saat melihat Revaldi yang menyetir mobil. "Kalian bertiga mau bawa gue ke mana?"
"Ke tempat yang bisa membuat lo mengaku," jawab Geri dingin.
Brak!
Pintu di buka kasar dan tanpa perasaan Eriska didorong sampai tersungkur di lantai. Seperti tidak merasa bersalah, Revaldi yang melakukan hal tak pantas kepada perempuan langsung melewati Eriska begitu saja.
"Kenapa gue dibawa ke sini?" nada suara Eriska bergetar. Tempat itu sangat asing bagi Eriska, ditambah lagi ketiga orang yang sangat ia kenal, namun auranya sekarang lebih menakutkan.
"Kalau nanti perlakukan gue jahat terhadap lo, itu artinya lo harus sadar perlakuan lo terhadap kami benar-benar gak termaafkan." Dandi berjongkok di depan Eriska dengan nada bicara sangat pelan. "Itu artinya lo lebih jahat."
Eriska merinding mendengar ucapan Dandi. Dengan segera Eriska berdiri dan menghampiri Geri yang berdiri di depan pintu.
"Ger, biarin gue pergi, please." Eriska meraih tangan Geri.
"Kalau gitu dimana Mama gue?"
"Gue sama sekali gak tau Mama lo dimana. Bukan gue yang menyembunyikan Mama lo." Eriska menggeleng cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...