"Gue gak ngerti jalan pikiran dia."
Yasinta mencengkram ponselnya erat-erat, melihat foto yang tersebar di sosial media, adalah foto dirinya.
Sepuluh menit berlalu sejak Yasinta datang ke perpustakaan untuk mendapatkan wifi karena kuota internetnya yang mendekati sekarat. Luapan kesal, marah, dan sedih bercampur menjadi satu. Mata Yasinta meneliti sebuah foto yang menampilkan dirinya masih memakai sweater Dandi. Yasinta ingat pada saat itu, Dandi meminjamkannya sweater dengan alasan baju Yasinta kumal. Tapi, bukan itu yang menjadi masalahnya. Masalah sebenarnya, adalah wajah kusam yang penuh tinta spidol bertuliskan kata 'jelek' dan rambut acak-acakannya yang tersebar luas.
Itu pada saat Yasinta bolos bersama Dandi, lelaki itu mengajak Yasinta ke SMA Nusantara yang ternyata tujuannya untuk menemui Alfian dan Geri. Masih tercetak jelas di dalam ingatan Yasinta, ketika Geri dengan seenak hati berbuat kasar terhadapnya, melontarkan kalimat yang membuat Yasinta sakit hati, bahkan sampai dengan tega mencoret wajah dan memotret dirinya, lalu sekarang malah disebar luaskan.
"Kalau lo memutuskan untuk menjauh, gue bisa apa?"
Duduk diam sendirian di sana, malah membuat Yasinta merasa dirinya sangatlah payah. Yasinta merasakan berbagai tatapan tertuju kepadanya. Entah itu tatapan Iba karena mengira Yasinta amnesia atau tatapan senang karena melihat foto jelek Yasinta tersebar.
"Siapa yang menjauh?" tanya seseorang duduk di hadapan Yasinta.
"Orang."
"Gue juga tau, masa ayam."
"Diem lo sipit." Yasinta mengerucutkan bibirnya.
Revaldi tertawa pelan, ia menyatukan sepuluh jarinya dan meminta maaf.
"Lo sedih ya karena foto lo yang tersebar?"
Yasinta mengangguk sebagai jawaban, gadis itu mendesah kecewa. "Gue malu, karena di foto itu gue jelek."
Revaldi mengambil tangan kanan Yasinta dan menggenggamnya. Mata Revaldi berubah menjadi lembut. "Semua orang tau kalau lo aslinya cantik, ngapain malu? Lo lebih merhatiin dunia maya daripada dunia nyata?"
"Iya gue memang cantik, gak perlu diperjelas gue udah tau," jawab Yasinta percaya diri.
"Terus kenapa masih cemberut?" tanya Revaldi.
Karena yang posting foto itu adalah Geri, batin Yasinta.
Yasinta menggeleng seraya melepas tangan Revaldi darinya. Yasinta mengusap rambutnya ke belakang, lalu tersenyum simpul memperlihatkan kepada Revaldi bahwa ia baik-baik saja.
"Yas," panggil Revaldi. Nada bicara lelaki itu berubah tegas dan juga serius. "Ada yang mau gue omongin."
"Apa?"
"Gak di sini." Revaldi beranjak dari bangkunya dan menarik lengan Yasinta tanpa menunggu persetujuan gadis itu.
Yasinta tidak memprotes, ia mengikuti kemana Revaldi mengajaknya pergi. Sejenak Yasinta memperhatikan Revaldi dari samping, lelaki yang notabenya adalah pacar Anggi itu, mempunyai postur tubuh tegap dan tinggi, mata sipit berlesung pipi menjadi nilai plus untuk wajah manisnya, terlebih Revaldi yang sangat baik kepadanya dan mampu menjaga Anggi. Sejenak Yasinta bersyukur karena sahabatnya mendapatkan kekasih yang baik.
Mata Yasinta menelaah ruangan yang sangat lama tidak pernah ia datangi, ruangan yang menjadi saksi masa lalu yang penuh sakit dan cinta, ruangan yang selalu Geri datangi dan Yasinta akan senang mengganggu lelaki itu. Benner dengan bacaan 'Club Basket' masih sama seperti terakhir kali Yasinta kunjungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...