Tin! Tin!
Suara kelakson mobil mengalihkan atensi Alfian dan Putri yang sedang berlari di pinggir jalan dengan napas tersengal-sengal.
"Ngapain? Buruan naik," perintah Riki dari dalam mobil.
Alfian dan Putri saling bertukar pandang, keduanya ragu dengan apa yang baru saja diucapkan Riki mengingat mereka baru saja pergi secara diam- diam dari rumah Riki.
"Gue akan antar kemanapun tujuan kalian."
••
Prang!
Vas bunga baru saja dilempar di lantai, pecahan beling berserakan membuat Ani menatap was-was ke bawah.
"Dasar pembunuh!"
"Puas lo hancurin hidup gue?"
Geri berteriak marah, urat-urat di leher bermunculan keluar sangking luapan emosi tak bisa dikontrol.
"Ger dengarin gue dulu," mohon Ani berusaha menenangkan Geri.
Geri menggelengkan wajah dengan bibir mengatup rapat-rapat, mata hitam legam itu masih meneteskan air mata.
Hari ini Geri benar-benar hancur. Segala tingkah jahat dan bodoh yang Geri perbuat demi menyelamatkan Elsa malah semakin membuatnya terpuruk, sekarang Geri harus meratapi apa itu arti pecundang.
Geri mengambil beling tepat didekat kakinya. "Gue gak pantas hidup." Geri mengarahkan beling tersebut pada pergelangan tangan tepat di dekat urat nadinya.
"Jangan!" Ani menggeleng.
"Lo begitu terobsesi dengan gue? Kenapa lo gak bisa membiarkan gue bahagia, hah?" Geri menatap Ani lekat. "Ini 'kan yang lo mau?" Geri mengangkat tangannya tinggi-tinggi seraya menggores beling tersebut pada permukaan kulitnya.
"Geri akhhh." Ani meringis ketika kakinya menginjak vas bunga yang pecah di lantai.
"Bodoh!" umpat Revaldi yang langsung merebut beling dari tangan Geri.
"Lo?" tanya Geri yang sejak tadi tidak menyadari adanya Revaldi.
Revaldi membuang beling itu asal, telapak tangannya mengeluarkan darah karena tergores ketika merebut beling itu dari Geri. Tidak hanya itu, bercak darah di lantai dari kaki Revaldi yang tidak memakai sendal terluka saat melewati serakan vas bunga yang dilempar Geri.
"Gue sudah tidak punya siapa-siapa lagi, Rev." Geri memundurkan langkahnya semakin memepet pada tembok. "Lalu untuk apa gue hidup?"
Geri memejamkan mata sembari membentur kepala bagian belakang pada tembok berulang kali, hal tersebut membuat Revaldi memandang Geri sedih.
Revaldi menarik tangan Geri lalu memeluknya, menepuk pundak Geri pelan berusaha untuk menenangkan Geri.
"Maafin gue," lirih Revaldi ikut meneteskan air mata. "Maafin gue, Ger."
"Gue bukan teman yang baik untuk lo." Revaldi mengepalkan tangan membuat semakin banyak darah yang keluar.
Revaldi memeluk Geri erat, melihat Geri yang sangat putus asa seperti ini membuat Revaldi merasakan sakit yang sama seperti Geri. Revaldi paham kehilangan seorang yang paling disayangi itu benar-benar menyakitkan.
"Geri, Revaldi," panggil Dandi dari depan pintu bersamaan dengan Tyo di sebelahnya.
Dandi menghela napas lega menatap Geri dan Revaldi, perlahan kakinya melangkah mendekat pada dua orang yang masih dalam posisi berpelukan.
"Kalian gak apa-apa?" tanya Dandi.
"Aaarrggg!" teriak Geri frustasi, Geri melepaskan pelukan Revaldi dan menjatuhkan lututnya di pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...