Part 17

1.9K 255 14
                                    

"Apa yang menyebabkan lo menjadi seperti ini, Ger?"

Geri menyemprotkan parfum ke area tubuh sambil terus menatap dirinya di pantulan cermin. Memperhatikan seragam sekolah berlambang SMA nusantara di lengan kiri bagian atas.

"Gue 'kan sudah bilang sebelumnya semua ini gue lakukan karena dendam," jawab Geri.

Geri melangkah mendekati Alfian yang terikat di kursi kayu samping tempat tidur. Miris, itulah yang Geri katakan pada dirinya sendiri ketika melihat wajah yang masih tersisa bekas make up. Geri tidak bisa berbuat apa-apa ketika Anggun bersikeras untuk mendadani Alfian seperti idol Korea. Dengan kondisi Alfian terikat begitu, membuat Alfian tidak bisa melawan. Untungnya Anggun masih mendengarkan Geri untuk tidak sampai mewarnai rambut dan mengambil gambar Alfian.

Ketika melihat Anggun melakukan hal gila yang mengagumi wajah-wajah idolanya dan sampai merias laki-laki untuk dijadikan bahan ekspetasi, membuat Geri merinding. Mengingat bahwa Geri sering diperlakukan seperti itu, contohnya saja rambut coklat Geri sekarang, itu adalah perbuatan Anggun.

Micellar water dan kapas pembersih make up Geri ambil dari atas nakas. Sebenarnya Geri tidak tega melihat Alfian yang menjadi bahan ekspetasi Anggun. Perasaan bersalah terus menghantui, bahkan ia sendiri tidak bisa tidur. Bagaimana mungkin Geri bisa tidur nyaman di atas kasur empuk, sedangkan Alfian duduk di kursi dalam kondisi terikat.

"Jangan sentuh gue," sentak Alfian ketika Geri mencoba menghapus sisa-sia make up di wajahnya.

Alfian sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Geri. Kedua mata itu berair menahan sesuatu yang ingin keluar. Diperlakukan seperti itu dengan saudara sendiri luar biasa membuat Alfian sakit hati. Pergelangan tangannya saja sudah memerah karena dari semalam ia berusaha untuk melepas tali yang mengikat tangannya, tapi sia-sia.

"Masih untung gue bantuin, lo pikir kerjaan gue cuma ngurusin lo aja." Nada bicara Geri sengaja dibuat sejutek mungkin.

"Coba kasih tau kesalahan apa yang telah gue perbuat sehingga menyebabkan lo seperti ini?" tanya Alfian.

Geri melembar kasar kapas dan micellar water ke sembarang arah. Lalu, ia menedang kursi yang di duduki Alfian, menyebabkan Alfian tersentak kaget. Tujuan Geri melakukan itu hanya untuk menakut-nakuti Alfian, dan yang pasti menunjukkan kalau ia benar-benar jahat.

Maaf Al, lo lebih tua dari gue. Tapi, gue bertingkah gak sopan, batin Geri.

Tangan Alfian terkepal di belakang tubuhnya, emosinya semakin membuncah ketika merasa Geri kian kasar. Alfian menatap tajam Geri, seakan mengintimidasinya.

"Gue benci karena lo lebih beruntung dari gue," kata Geri melihat ke dinding kamarnya.

"Iya juga, sih. Dalam segala hal gue lebih unggul dari lo. Wajar aja lo iri, lihat saja hidup lo sangat menyedihkan." Alfian tertawa remeh, bukannya merayu Geri untuk melepaskannya, Alfian malah memancing emosi Geri. "Dari kisah percintaan lo aja, Yasinta awalnya suka sama gue 'kan, Ger? Sampai lo dengan gak ada malunya dekatin dia terus-terusan alhasil kalian berpacaran. Kakek juga lebih perhatian sama gue, waktu lo mati aja Kakek baru menyesal."

"Cepat bilang hal apa selain itu yang buat lo iri? Gue kaya? Orang tua gue lengkap?" tanya Alfian.

Geri langsung menarik kerah baju Alfian dan meninjunya. Rasa panas diubun-ubun ketika Alfian berbicara seperti itu. "Sekali saja sebutin kalau gue gak terlihat menyedihkan."

"Kapan lo pernah mendengar dari mulut gue langsung kalau gue selalu menjelek-jelekan lo. Baru-baru ini, Ger. Karena tingkah lo. Harusnya lo sadar kelebihan apa yang lo miliki, jangan melihat kelebihan orang lain mulu. Sekarang lo berubah, berubah jadi lebih buruk."  Alfian menatap Geri dingin.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang