Part 42

3.1K 259 17
                                    

"Masih pagi udah lesu aja."

Yasinta menguap malas menanggapi Riki. Hari ini Yasinta terpaksa bangun pagi karena harus memenuhi tugasnya sebagai seorang siswa, mengingat sudah beberapa kali ia absen tanpa keterangan mau tak mau Yasinta harus masuk sekolah.

"Udah siap?" tanya Riki tersenyum penuh arti.

"Awas aja tuh anak." Yasinta mengepalkan tangan.

Riki tertawa mendengar respon Yasinta. Ia menjadi tidak sabar apa yang akan dilakukan Yasinta nanti, yang pasti Riki berharap itu akan seru melebihi ekspetasinya. "Langsung aja, udah datang pasti orangnya.

Yasinta mengangguk setuju, ia berjalan dua langkah mendahului Riki. Hentakan kaki di koridor kelas begitu menggema, mengundang atensi orang yang berpapasan dengan Yasinta dan Riki.

Kelas 12 IPS 3 Yasinta lewati begitu saja, tujuannya saat ini bukanlah ke kelasnya melainkan menuju kelas IPA.

Riki yang sedari tadi di belakang Yasinta hanya tertawa tertahan. Melihat punggung Yasinta yang naik turun membuat Riki membayangkan bagaimana ekspresi yang tadinya mengantuk berubah menjadi marah.

Satu, dua, tiga, Riki menghitung dalam hati.

"Dandi!" teriak Yasinta dari depan pintu kelas 12 IPA 1 membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Ya, harus diabadikan." Riki mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana.

Yasinta berjalan ke arah bangku urutan nomor tiga dekat tembok dimana tempat Dandi duduk. Sedangkan Dandi yang sedang menyalin pelajaran yang tertinggal karena beberapa hari tidak masuk tetap lanjut menulis tanpa mempedulikan kehadiran Yasinta.

Merasa diabaikan Yasinta merebut buku di meja Dandi dan memukul kepala Dandi dengan kencang.

"Lo apa-apaan, sih?" Dandi mengusap kepalanya sakit.

"Lo yang apa-apaan! Semalam gue nunggu lo sampai tiga jam, untung ada Kakek Tyo yang nganterin gue pulang. Dasar nyebelin!" Yasinta kembali memukul Dandi, tapi kali ini di pundak. "Seenaknya aja bawa kabur motor orang terus gak balik lagi."

"Oke, gue yang salah, tapi ini sakit." Dandi menghalangi pukulan Yasinta menggunakan Kedua tangannya. "Lo tenang dulu biar gue jelasin semuanya."

"Dandi sengaja." Putri yang duduk di bangku depan menghampiri Yasinta. "Dia bilang sekali-kali ngerjain lo dan Riki."

Dandi melebarkan mata mendengar ucapan bohong Putri. Padahal semalam Putri dengan seenaknya membawa pulang mobilnya, apalagi setelah masuk ke dalam rumah Putri langsung mengunci gerbang agar Dandi tidak bisa masuk. Membuat Dandi berberat hati membiarkan mobilnya menginap di rumah Putri. Setelah itu, Dandi langsung pulang begitu saja karena kesal, tanpa mengingat jika ia pulang dengan motor Yasinta.

"Gue lupa, Yas." Dandi meringis kala Yasinta kembali memukulinya. "Tapi semalam gue udah ke rumah Kakek Tyo, tapi ternyata lo dan Riki sudah pergi."

"Gue kesal sama lo!" Yasinta membanting buku tersebut ke meja Dandi dan bersedekap dada.

"Putri bohong gue sama sekali gak ada niatan buat ngerjain lo." Dandi memelototi Putri, yang dibalas Putri dengan tatapan serupa.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang