Kalau dia sudah menguasai hati, aku bisa apa?
~Yasinta Amartiwi~
•
•Langit malam dengan gemerlap bintang dan bulan tampak cantik di atas sana, namun dua manusia yang tengah berdiri memandang satu sama lain tidak kalah menarik perhatian.
"Seandainya gue pergi lagi gimana?"
"Seandainya dulu lo gak pergi kira-kira kisah apa yang kita dapat?"
Keduanya sama-sama terdiam, dua pertanyaan yang sulit terjawab tetapi mampu membuat hati berdesir nyeri.
Seandainya, Yasinta benci kata itu. Mengapa harus berandai-andai dengan kalimat luka?
Yasinta mengalihkan perhatian pada gedung bertingkat yang sudah beberapa kali direnovasi. Cat yang telah berganti menjadi krim kecoklatan tampak masih baru.
SMA Bina Mulya posisi mereka saat ini. Yasinta bertanya-tanya alasan mengapa Geri mengajaknya ke sana tengah malam begini, tetapi Geri tidak pernah menanggapi Yasinta.
"Udah lama ya?" Geri tersenyum getir mengikut arah pandang Yasinta.
"Pelet lo kuat, tiga tahun gue gak bisa move on."
"Kan sebelum pergi gue guna-gunain dulu lo nya," canda Geri.
Yasinta terkekeh pelan, ia merasakan jemari Geri menaut pada jarinya. Ada getaran di dalam diri Yasinta, bersamaan dengan angin yang menerpa kulit Yasinta seakan terhipnotis pada mata hitam legam yang tengah menatapnya lembut.
"Cantik." Tangan kiri Geri meraih rambut yang menutupi sebagian wajah Yasinta dan membawanya ke belakang telinga gadis itu. "Lo tau gak kalau tempat ini sudah memenjarakan kisah kita. Di sini cinta, benci, tangis, pertengkaran menyatu jadi satu, membawa bernostalgia pada masa putih abu."
Yasinta maju selangkah semakin mendekat. "Lo kembali." Yasinta tersenyum selebar mungkin. "Tatapan seperti ini sudah lama gue nantikan. Untuk pertama dan terakhir kali lo beri tatapan ini pada saat dulu lo menyatakan cinta dan membaca surat cinta untuk gue. Gue rindu Ger."
Geri tidak bisa untuk tidak tersenyum, ia mengusap rambut panjang Yasinta gemas dan menarik Yasinta untuk masuk ke dalam sekolah.
Gelap, lampu koridor sangat minim penerangan. Tatapan Yasinta mengitar gelisah karena takut, ia mengeratkan genggaman pada tangan Geri untuk memastikan agar Geri tetap berada di sampingnya.
Ketika melewati kelas XI IPS 3 kerinduan mulai terasa kembali, kelas itu menjadi salah satu tempat senang dan sedih Yasinta dulu. Kelas yang paling banyak menyimpan kenangan bersama Anggi sahabatnya.
"Ger, kita pulang aja yuk," ajak Yasinta ketika lampu di sana tiba-tiba berkadap-kedip menampilkan suasana horor. Namun, Geri hanya terdiam tidak menjawab.
"Geri," panggil Yasinta sekali lagi.
"Sebentar ya ada sesuatu yang ingin gue ambil di lapangan indoor, setelah itu kita pulang."
Yasinta menghela nafas lalu mengangguk. Mereka berdua kembali melangkah, meski takut Yasinta tetap meneguhkan hati dan bersikap baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...