Part 14

2.3K 264 11
                                    

"Pak, saya gak mau memperpanjang masalah ini." Yasinta memohon kepada Pak Ali yang sedang menatap sanksi dirinya dan Dandi.

Sudah cukup lelah Yasinta menghadapi persoalan-persoalan yang menyulitkan beberapa hari ini. Jika boleh memilih, Yasinta lebih baik hilang ingatan sekalian daripada harus berlarut dalam masalah masalalu yang tidak kunjung usai. Yasinta juga lebih bersyukur jika video Dandi ingin menabraknya tidak tersebar, sehingga ia dan Dandi tidak terpanggil ke ruang BK seperti sekarang.

"Kenapa kamu melakukan itu, Dandi?" tanya Pak Ali.

"Kalau Bapak mau usut masalah ini silahkan cari siapa yang merekam kejadian pada saat itu dan cari tau orang yang menyelamatkan Yasinta, kenapa bisa mukanya diblur? Apa Bapak gak merasa itu adalah tindakan kesengajaan?" Dandi berupaya untuk bersikap setenang mungkin. "Kalau terbukti saya bersalah, maka saya akan menerima konsekuensinya."

Yasinta masih menunjukkan ekspresi memohon, bukannya Yasinta sudah memaafkan Dandi atas perbuatan lelaki itu. Tapi, Yasinta sendiri masih berfikir logis, mencoba untuk tidak terpengaruh akan satu kesalahan yang Dandi perbuat, setidaknya Yasinta harus memikirkan hal-hal baik yang pernah Dandi lakukan untuknya. Nanti, jika Dandi masih mengulangi kesalahan yang sama mungkin Yasinta akan lepas tangan.

"Saya sebagai korban ingin meminta Bapak untuk tidak melanjutkan masalah ini," kata Yasinta. Hal lain yang membuat Yasinta menolak, adalah takut jika Geri ketahuan. Jika masalah ini terus diusut, wajah Geri yang menyelamatkannya pun akan terpampang. Biarlah Geri sendiri yang menunjukkan jati dirinya atas kemauan sendiri.

"Kelas sudah berlangsung sejak tadi, jadi saya izin masuk kelas," pamit Dandi menundukkan kepala tanda hormat lalu keluar dari ruang Bk.

"Yasinta, kamu yakin?" tanya Pak Ali.

"Iya, Pak. Dan saya minta jangan hukum Dandi."

"Tapi kenapa? Karena dia teman kamu? Yas, kalau kamu lihat dari segi itu, kamu salah." Pak Ali menatap Yasinta seksama.

"Pak, walau mobil Dandi belum tentu pengendaranya adalah Dandi. Saya bukan mandang dia teman saya atau bukan, cuma saya gak mau jika masalah ini semakin panjang. Saya akan merasa bersalah ketika ini berurusan dengan polisi, secara tidak langsung saya merusak masa depan Dandi. Kami sudah kelas tiga SMA, Pak. Biarlah kami fokus untuk ujian."

"Tapi_"

"Pak, kalau Dandi melakukan kesalahan seperti ini lagi, maka terserah Bapak mau apakan dia," potong Yasinta.

Pak Ali menghela nafas berat. Karena Yasinta bersikeras tidak mau memperpanjang masalah, Pak Ali pun tidak bisa memaksanya.

"Apa saya sudah boleh masuk kelas?"

"Silahkan," jawab Pak Ali.

Yasinta berjalan lega menuju pintu keluar, akhirnya ia bisa pergi juga dari ruangan yang penuh dengan tata tertib.

Yasinta diam-diam melihat Pak Ali dari pantulan cermin di sebelah pintu, ekspresi wajah pria paruh baya itu tampak lelah. Yasinta semakin tidak tega jika membiarkan Pak Ali menangani kasusnya, cukup sudah Pak Ali menghadapi siswa bandel di sekolahnya, Yasinta tidak mau menambah beban Pak Ali lagi.

Jika dulu Pak Ali suka melepas setres dengan mengerjakan sekumpulan soal matematika bersama Geri, yang menjdi hobinya. kini setelah sosok Geri sudah tak ada, Yasinta menjadi jarang melihat Pak Ali berkutat pada soal matematika. Mungkin karena takut kembali mengenang Geri, atau gurunya itu mempunyai banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Yasinta menelan ludah membasahi tenggorokan yang kering seraya memutar knop pintu. Saat Yasinta baru keluar dari ruang BK, Yasinta dihadapkan oleh Dandi yang kini sudah mencekal tangannya.

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang