Part 26

1.9K 236 14
                                    

Pagi-pagi sekali Diana sudah berada di rumah Riki, mungkin sangking paginya ia datang, seorang laki-laki dihadapan Diana sekarang masih meringkuk di tempat tidur dengan selimut abu-abu tua tanpa motif menutupi seluruh tubuh.

Diana menaruh kantung pelastik berisi bubur ayam yang dibeli di depan komplek perumahan di dekat rumahnya di atas meja. Karena Diana tau Riki saat ini hanya seorang diri di rumah, jadi Diana sengaja membelikan Riki bubur untuk sarapan.

"Ki, bangun." Diana menyingkap selimut Riki.

"Hm," gumam Riki pelan.

"Bangun," ujar Diana seraya menepuk pundak Riki.

"Udah dateng, ya?" Riki mengerjabkan mata beberapa kali untuk mengoptimalkan indra penglihatannya.

Pukul menunjukkan jam setengah tujuh kurang lima menit, Riki buru-buru bangun ketika melihat Diana sudah berada di samping tempat tidur. Sebelumnya Diana memang sudah mengatakan jika ingin ke rumah Riki pagi ini. Berhubung ini hari minggu, Riki memperbolehkan Diana datang.

"Lo buruan mandi, biar gue siapin sarapan," kata Diana seraya mengambil kantung plastik berisi bubur dan melangkah menuju pintu. " Gue tunggu di luar."

Diana mengitari rumah Riki yang cukup bersih. Diana sedikit kagum karena orang tua Riki pergi ke luar kota sudah seminggu, tetapi keadaan rumah masih terawat hanya dengan Riki di rumah tanpa adanya asisten rumah tangga.

Diana dengan telaten memindahkan bubur ke mangkuk berwarna coklat. Setelah selesai, Diana mengambil tutup tupperware untuk menutup bubur agar tidak dimasuki sesuatu sembari menunggu Riki mandi.

Maafin gue Ki, tapi semoga aja Alfian gak marah, batin Diana.

Diana memeriksa galeri di ponselnya, ia tersenyum pedih kala melihat foto-foto kebersamaannya dengan Alfian. Tidak terasa hubungan Diana dan Alfian renggang sudah berlangsung lama. Katakan Diana bodoh karena ucapannya kemarin bertentangan dengan hatinya, sebenarnya Diana tidak mau Alfian menjauh, tetapi Diana merasa sakit saat Alfian begitu dekat dengan Yasinta.

"Lama ya?" tanya Riki yang baru saja duduk di depan Diana.

Diana menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Jadi, ada perlu apa ke sini?" tanya Riki sembari mengambil bubur di atas meja.

"Temani gue ketemu Alfian." Diana menatap Riki berharap.

Riki langsung menaruh sendok yang dipegangnya dan atensi sepenuhnya beralih menatap Diana. Riki memperhatikan Diana dengan seksama.

"Jadi ini alasan kenapa penampilan lo berubah?" tanya Riki menaikkan sebelah alis.

Jujur Riki sedikit pangling ketika melihat Diana datang tadi. Diana benar-benar berbeda pada saat gadis itu di sekolah. Sekarang yang berada di hadapan Riki, seorang Diana yang memakai rok hitam selutut dan kemeja merah muda yang sangat pas di tubuh kurusnya, dan lagi make up tipis yang menjadi daya tarik Diana. Namun, yang benar-benar berbeda adalah rambut ikal yang awalnya berwarna hitam kini berganti warna biru tua perpaduan dengan abu di bagian bawah. Menambah kesan menawan dan cantik.

"Besok 'kan sekolah, memang boleh rambut lo warna itu?" tanya Riki lagi.

"Lagian nanti keramas luntur kok," jawab Diana.

"Na, jangan bawa gue ke tengah-tengah masalah lo dan Alfian." Riki menatap Diana serius kali ini.

"Ki, gue cuma minta anterin doang." Diana tersenyum. "Kalau cuma berdua bakal canggung."

"Kenapa gue?" tanya Riki.

"Karena sekarang lo lagi gak sibuk 'kan?"

••

Yasinta 2 (Dia kembali?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang