Tiga tahun kemudian*
Detik, menit, jam, hari rasanya berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah tiga tahun berlalu, kini Yasinta mengangkat piala juara satunya tinggi-tinggi seraya tersenyum bangga setelah memenangkan ajang modeling di kotanya.
Gaun tosca yang menjuntai melebihi mata kaki sangat pas untuk proporsi tubuh Yasinta yang kurus dan tinggi. Heels 10 cm begitu indah dipasang di kaki bersih Yasinta. Rambut disanggul terdapat mahkota cantik, serta dibumbui hiasan make up di wajah membuat siapapun terkagum melihat keindahan gadis itu.
"Yasinta."
"Yasinta."
"Yasinta."
Sorakan dari beberapa teman Yasinta menambah kemeriahan suasana, sunggingan lebar di bibir merah itu mampu membuat siapa saja yang melihatnya ikut tersenyum.
Bagus Yasinta, batin Yasinta.
Yasinta Amartiwi mahasiswa semester lima di salah satu perguruan tinggi, sudah mengikuti ajang modeling sejak semester dua dan sudah beberapa kali meraih gelar juara. Mahasiswa Manajemen Bisnis itu menjadi ikon perempuan tercantik di jurusannya.
"Yasinta selamat ya." Seorang laki-laki berkemeja hitam polos mengulurkan tangan sebagai ucapan selamat.
Eza Adimayu. Mahasiswa semester lima, satu jurusan dengan Yasinta yang menjabat sebagai ketua taekwondo tersebut menukik senyum hangat. Lelaki berkulit sawo matang dan manis itu sudah berteman dengan Yasinta sejak awal semester.
"Makasih, Za." Yasinta menyambut uluran tangan Eza.
"Selamat, Yas. Princess Manajemen Bisnis memang gak main-main." Evelyn Husein, gadis berambut sebahu dengan wajah kebule-bulean memeluk Yasinta.
"Makasih, Velyn."
Wajah Yasinta amat sangat bahagia ketika banyak orang yang mensupport dirinya. Satu-persatu temannya datang memberi semangat dan ucapan selamat. Sungguh moment tak terlupakan.
"Kiww, dapet traktiran ini," kode Riko si mahasiswa kupu-kupu (Kuliah pulang) melirik amplop putih di tangan kiri Yasinta hasil memenangkan lomba.
Yasinta terkekeh seraya mengibaskan amplopnya. "Tenang aja, abis ini kita makan-makan."
"Yeayy, Yasinta terbaik." Citra tiba-tiba menghambur ke pelukan Yasinta mendengar sebentar lagi akan mendapat makan gratis. Maklum saja anak rantauan yang tinggal di kostan memang paling suka mendapat traktiran, hitung-hitung mengirit sebelum dapat kiriman.
"Yee ni anak denger yang gratis aja cepet," ejek Riko.
"Bodo amat." Citra menjulurkan lidah.
Yasinta kembali tersenyum mengadah ke atas, melihat atap-atap bangunan yang beberapa waktu lalu dipakai sebagai tempat catwalk bagi para kontestan model.
Lembar baru gue begitu indah, bukan?
••
Dan kini, ketika gue duduk di hamparan pasir putih menghadap luas air biru, merasakan hembusan dingin dari angin tak terlihat, mendapat cahaya dari tata surya panas di atas sana, gue mulai merasakan arti dari beberapa tahun yang lalu.
Bernostalgia adalah cara ampuh mengobati rasa rindu, tapi tentunya dipertemukan oleh orang yang dulu pernah mengisi masalalu.
Panas, dingin, sedih, marah, kecewa pernah dirasa, sesuatu yang bisa dijadikan pedoman agar tidak salah langkah.
Dari tiga tahun lalu hingga kini. Gue, Yasinta Amartiwi berusaha menjadi bersinar bukan redup seperti masa SMA lalu, memberi dampak agar selalu dibutuhkan bukan malah menjadi buah bibir keburukan seperti dulu, dan tersenyum cerah tidak seperti tahun yang sudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...