Part ini berhubungan dengan cerita Yasinta yang pertama ya, kalau lupa bisa baca ulang bagian akhir ketika Geri tertabrak dan masuk rumah sakit.
*Happy Reading :D
••••
Ada sengatan sakit yang meluluh lantahkan hati Yasinta. Seolah sebilah pisau menyayat seluruh permukaan kulit hingga bibir tipis merah muda yang masih terbalut lipstik mengeluarkan raungan yang menggema.Sadar, satu kata yang paling didambakan Yasinta saat ini. Mata berairnya tidak pernah lepas dari seseorang yang terbaring di atas brangkar.
Roda terus memutar bersamaan langkah kaki yang bergerak cepat, seolah mengejar waktu agar sampai lebih cepat ke dalam salah satu ruangan yang ada di Rumah Sakit ini.
Lo harus kuat.
Yasinta memegang tangan Geri yang kian terasa dingin. Takut, sedih, dan marah bercampur menjadi satu dalam perasaan Yasinta. Pikiran buruk terus menghantui, cairan merah bercampur dengan darah yang telah mengering terus merembes keluar, seakan tidak ada pilihan lain bagi Yasinta untuk tidak panik. Bagaimana caranya agar Yasinta bisa menghentikan pendarahan Geri?
Geri lo harus bertahan demi gue.
"Geri maafin gue."
Yasinta terisak di depan pintu UGD saat dirinya tidak diperbolehkan masuk. Tatapan nanar saat pintu ditutup membuat kedua kakinya lemas. Lutut itu menyentuh lantai, sakitnya tidak Yasinta hiraukan.
Menyesal. Mengapa hal seperti ini terjadi di hidupnya? Jika tau akan begini Yasinta mungkin akan lebih bijak dalam bertindak maupun berkata. Yasinta pasti tidak akan memarahi Geri, Yasinta tidak mungkin menyalahkan Geri, Yasinta pasti tidak menyuruh laki-laki itu untuk mati, dan tidak akan mungkin meninggalkan Geri.
Bagaimana cara Yasinta agar memarahi dirinya sendiri? Bagaimana caranya agar Yasinta jera untuk tidak menyakiti Geri? Kilasan ingatan tentang dimana Yasinta melihat Geri memasangkan cincin ke jari manis Ani sangat membuat Yasinta sakit, sampai dirinya tanpa pikir panjang langsung pergi dari acara pertunangan itu dan menyalahkan Geri sepenuhnya.
Cekcok yang terjadi saat Geri mengejar Yasinta membuat Yasinta mengeluarkan semua unek-uneknya, pada saat itu Yasinta sangat marah terhadap Geri, tapi sekarang Yasinta begitu membenci dirinya sendiri.
"Yasinta." Suara bariton itu menyadarkan Yasinta. "Dimana Geri?"
"Geri di dalam," jawab Yasinta, tubuhnya bergetar, matanya merah dan sembab, penampilannya acak-acakan, membuat Yasinta sangat terlihat buruk.
"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Tyo wajahnya memencarkan kekhawatiran yang mendalam.
"Geri tertabrak truk karena bertengkar dengan Yasinta," jawab jujur Yasinta.
Tyo menghela nafas, ketakutan akan Geri yang selalu mendapat amarah darinya membuat Tyo begitu menyesal.
"Kamu tenang dulu Yasinta," ucap Tyo berjongkok di depan Yasinta. "Sebaiknya kamu bersihkan diri kamu dulu, kamu gak mau 'kan sewaktu Geri sadar melihat kamu seperti ini?" Tyo meneliti penampilan Yasinta yang dipenuhi darah, dimulai dari baju, lengan, dan wajah karena memeluk Geri tadi.
Yasinta menggeleng, pelan-pelan Yasinta mulai bangkit ia mengikuti apa yang disarankan Tyo. Mungkin Yasinta harus memperbaiki penampilannya terlebih dahulu sembari menenangkan diri di toilet.
Tepat lima belas menit setelah kepergian Yasinta dokter keluar dari ruang UGD. Entah apa yang dilakukan Yasinta di toilet sehingga memakan waktu cukup lama, apakah sedang menangis atau pingsan? Tyo bersikap masa bodo, ia menghampiri dokter tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasinta 2 (Dia kembali?)
Teen Fiction⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Ini squel dari Yasinta. Jadi, sebelum baca yang ini, baca cerita Yasinta dulu ya. Harus senang atau sedih? Yasinta masih bimbang untuk memilih salah satunya. Dia kembali atau hanya rupanya saja yang sama? Yang...