Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terjadi wabah di negeri sebelah, sebagai tanda perdamaian kami akan mengirimkan obat-obatan. Karena tujuannya adalah perdamaian maka para pangeran dengan Permaisuri nya yang di kirim. Sebenarnya Alycia tak mau ikut, bagaimana jika itu menular dan merusak wajah nya. "Pada akhirnya aku tak bisa menolak" ucap Alycia berada di dalam kereta yang berisikan empat orang.
Alice, Kai, Samuel dan dirinya sedangkan kusir dan pelayan berada di depan. "Kau harus melakukannya, Alycia" ucap Alice. "Berhati-hatilah siapa tau wabah ini menyerang kecantikan mu" ejek Samuel. "Jika aku terkena, kau yang pertama kali kutulari" ucap Alycia menakuti Samuel. Kai hanya terdiam melihat tingkah kekanakan kami. "Kita sudah memasuki kota, tuan" ucap pelayan.
Alycia langsung membuka tirai nya, dan mereka menatap satu sama lain. Wajah kami benar-benar tercengang saat itu, bagaimana bisa kota ini benar-benar sepi. Mereka menatap kami seperti orang aneh, di balik jendela itu. Ini seperti kota mati, tanpa penduduk. Di luarnya sangat tak terurus seperti tak di tunggali. Alice menyadari kami melewati seseorang yang tergeletak di pinggir jalan.
"Berhenti!" Ucap gadis itu tiba-tiba, "Alice, kau tak berfikir untuk menolongnya kan?" Ucap Alycia yang agak ketakutan. "Tentu saja, masa iya kita diam saja" ucap Alice. Alycia menghentikannya dengan memegang erat tangan itu, Alycia berusaha merayu yang lainnya. "Jangan, tolong.. kalian tidak akan membiarkan gadis gila itu kan?" Tanya Alycia sambil memelas. "Apakah kau tak punya rasa belas kasih sama sekali?" Ucap Samuel murka. "Kai~" ucap nya memohon, "maaf, menurut ku Alice benar" ucap nya yang ikut turun.
"Kalian benar-benar gila"
Gadis itu tetap berada di atas sana, dan membiarkan tingkah bodoh mereka bertiga. "Pak, apakah anda baik-baik saja?" Tanya Alice, sambil memeriksa tubuh nya. "Tubuh nya panas, dan terdapat ruam di sekujur tubuhnya" ucap Alice memberitahukan ku. Ketika Samuel mulai mengangkat laki-laki itu, aku langsung melompat dari kereta. "Kau gila? Menaruh orang sakit dengan kita?" Ucap Alycia turun dari kereta.
"Jika kau tak mau menolongnya, yasudah" ucap Samuel. "Alycia, jangan seperti ini cepat naik" ucap Alice kesal. "Iyaa, nona Alycia ini genting laki-laki ini dalam bahaya" ucap Kai ikut memarahiku. "Yasudah, tinggal kan aku saja! Aku tak mau tinggal bersama orang sakit" ucap Alycia berteriak. "Cepat! Nyawa orang lebih penting" ucap Samuel menyuruh kereta kuda itu melaju dengan kencang.
"Apa kalian benar-benar meninggalkan ku?" Ucap Alycia kesal. "Kami akan kembali" ucap Alice cemas, "aku tak akan pernah kembali dengan kereta menjijikkan itu!" Ucap Alycia kesal. Seketika semua pintu tertutup menyisakan ku sendirian di tengah kota. Aku langsung melompat seperti kucing di siram air ketika ada yang memegang tangan ku. "Tolong ibu ku" ucap seorang bocah laki-laki. "Kau tak tertular?" Ucap Alycia sambil berjongkok menyamakan tinggi nya.
"Tidak, tapi ibu ku sekarat" ucap nya membuat Alycia sedikit kasihan. "Aneh padahal daya tahan tubuh anak kecil pasti lebih lemah" ucap Alycia, sambil memeriksa suhu tubuhnya. "Aku tidak tau apa yang kau maksud, tapi tolong ibu ku" ucap nya memohon. "Apakah gejalanya seperti bapak tua tadi?" Tanya Alycia. "Iyaa, sama persis" ucap nya, "baiklah aku akan membantu mu" ucap Alycia sambil mengikuti anak kecil itu. Gadis itu melihat gadis paruh baya dengan baju lusuhnya, dan rumah kayu yang kotor. Aku kembali memeriksa nya secara teliti dan berhasil mendiagnosa. "Aku akan mencari obat nya sebentar" ucap Alycia pergi keluar.
Gadis itu pergi kepekarangan rumah dan mencari tanaman obat nya di sana. Seketika para penduduk mulai mengintip ku dari jendela mereka. "Kau sedang mencari apa?" Tanya nya bingung. "Tentu saja obat untuk ibumu, kau kira apa" ucap Alycia sambil teliti melihat tanaman liar di sana. "Nah ketemu" ucap Alycia langsung memetik nya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu langsung membawanya masuk, dan membersihkannya. "Tolong hidupkan tungku itu untuk merebus air" perintah Alycia. Anak itu langsung melakukan perintah nya. Setelah Alycia membersihkan tumbuhan itu, ia langsung menakarnya untuk di rebus. Air dari rebusan itu lah yang dimanfaatkan nya.
"Apakah dengan ini ibuku bisa benar-benar sembuh?" Tanya nya padaku dengan wajah penuh harapan. "Hm.. itu tergantung daya tahan tubuh ibu mu, bisakah kau menutup semua tempat air" ucap Alycia. "Baiklah" ucap nya sedikit bingung. "Ah.. jangan lupa, jangan sampai ada genangan air apa lagi di tempat gelap" ucap Alycia memperingati nya. "Baiklah aku mengerti" jawab nya.
"Mereka meninggalkan ku sendiri tanpa memberi obat, dasar manusia aneh" ucap ku mengatai mereka. "Kenapa nona turun sendiri tadi?" Ucap nya bingung. "Aku tak suka memamerkan kecantikan ku, bagaimana jika mereka tau aku pintar, dan cantik. Yang ada aku jadi makanan tikus-tikus kaparat itu" ucap Alycia sambil tersenyum. "Oh begitu" jawabnya, "apakah pihak kerajaan tak memberikan pasokan obat?" Tanya ku bingung. "Tidak, mereka menjualnya dan makanan yang mereka berikan benar-benar sedikit" ucap bocah itu membuat ku kaget.
"Kaparat sialan, walaupun aku suka menghamburkan uang tapi jangan serakus ini" ucap Alycia kesal. Ternyata mereka serakus ini, pantas saja kota perbatasan jadi seperti ini. Semua orang mulai mengetuk rumah laki-laki itu, mereka menanyakan apakah masih ada obat untuk mereka. "Seharusnya manusia bodoh itu tak pergi ke istana, dengan membawa semua obat" ucap ku pusing.
Mereka berbondong-bondong meminta ku untuk menolong mereka. "Apakah ada yang tidak terkena penyakit?" Ucap ku bertanya. "Ada" ucap mereka ramai, "semua gejalanya sama kan? Demam, ruam, mual, muntah dan lainnya" tanya ku. "Iyaaa" jawab mereka serempak, "aku minta 1 wanita panas kan tungku, dan para lelaki tutup air di rumahnya" ucap ku memberikan perintah. "Oh nya jangan lupa! Jangan ada genakan apalagi di tempat gelap, itu bisa jadi sarang penyakit" ucap ku memberi perintah. "Lalu sisa nya tolong cari tanaman yang sama persis seperti tadi, kau tau kan bentukan nya?" Tanya ku pada anak lelaki itu.
Ia menganggukkan kepalanya, dan menyuruh mereka mencari nya, sambil memberikan contoh. Singkat cerita kami bekerja sama membuat obat, dan aku yang memasaknya sedangkan mereka memberikannya ke keluarga masing-masing. Di antar mereka sudah ada yang mulai sembuh, jadi obat ku cepat bereaksi karena daya tahan tubuh mereka yang kuat. "Bagus, kerja sama tim yang baik" ucap ku memuji mereka. Bahkan aku tak menyadari muka ku sudah cemongan karena terus berada di depan tungku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ha? ヽ(。◕o◕。)ノ. Kamu belum vote, comment, and follow aku nya? Itu aja belum apa lagi di share ಠ_ʖಠ Ih~ kok belum sih(っ˘̩╭╮˘̩)っ, aku tunggu nya awas aja sampe belum. See you next chapter ( ◜‿◝ )♡.