[47] Hutan Merah

20 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang cerah, Alycia mendapatkan firasat baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari yang cerah, Alycia mendapatkan firasat baik. Dia akan pergi menemui Chengyi untuk membuat kerjasama. Dia sangat yakin bahwa Lelaki itu pasti mau menuruti nya. Di perjalanan entah kenapa air mata itu jatuh tanpa sebab. "Kenapa aku menangis?" Tanya nya pada diri sendiri. "Mungkin ini tangisan bahagia" ucap Alycia, yang langsung berlari dengan senang hati.

Seperjalanan nya, dia melihat beberapa penjaga yang berlalu lalang. Tapi ia berhasil bersembunyi dan tak membuat kecurigaan. Entahlah kenapa terlalu banyak manusia yang berada di hutan, tapi seperti bukan untuk berjaga. Tapi entah kenapa aku merasa sedikit khawatir dengan kerumunan orang itu tanpa sebab. Rasanya sedikit sesak, padahal aku agak jauh dari sana.

"Apakah aku kurang minum? Kenapa rasanya tidak enak?" Ucap Alycia. "Kakek tua, tolong bertahanlah bala bantuan akan datang" ucap seseorang, dengan tergesa-gesa. Alycia yang penasaran mencoba memanjat salah satu pohon terdekat disana. Seketika dia jatuh ketika hendak melihat kebawah, kerumunan itu menatap ku dengan canggung. "Sudahlah terobos saja" ucap Alycia, yang langsung menyuruh mereka bergeser.

Seketika gadis itu di tutupi mata nya tanpa sebab, dan ia mengenali suara itu. "Kau tak akan kuat melihatnya" ucap Wave, dengan memeluk ku. Seketika aku mendengar teriakan wanita lain. Dia menangis amat keras, dan entah kenapa aku ikut menangis. Rasa sesaknya semakin terasa, ini adalah perasaan takut yang entah datang darimana. "Apakah dia orang yang ku kenal" ucap Alycia. Suara kecil itu terdengar "Ehm" dan anggukan Wave.

Rasanya gelap, Hampa, tapi juga terasa sesak. Rasanya perlahan aku tak bisa bernafas, dan mendorong Wave dengan kasar. Mata itu perlahan bisa melihat jelas, apa yang sedang terjadi. Merah darah berlumuran dimana-mana bahkan aku awalnya kaget, melihat tangan yang memegang mataku ternyata juga memiliki darah yang sudah kering. "Apakah kalian bertarung?" Ucap Alycia.

Dia melihat orang-orang kesayangan nya lengkap disana. Serta lumuran darah di baju itu, aku tak cukup mengerti darah-darah siapa saja di baju itu. Seketika aku terjatuh karena merasakan dada yang amat sesak. Gadis itu menunduk dengan isak air matanya. "C-chengyi.." ucap nya, yang ingin meraih tangan penuh darah itu.

"Pergi kau wanita gila! Ini semua karena mu" teriak Eulan, membuat ku takut meraihnya kembali. "Eulan! Ini bukan salahnya" ucap Wave, memarahi nya. "Apa? Apa lagi sih, yang kau harapkan Wave? Kau tak liat? Kalian semua disini karena dia kan?" Tanya Eulan. Semua terdiam, jika aku harus menjelaskan situasi. Yang tadi memangku Chengyi dengan isak tangis adalah Sea. Serta pedang di samping nya.

Kai, dan Samuel duduk berdampingan di pohon rindang itu seperti kehabisan tenaga. Eunwoo hanya terdiam mematung berdiri, tanpa ekspresi. Wave yang masih berdiri di antara para penjaga yang sedari tadi hanya melihat. Entah karena perintah Samuel atau bagaimana mereka sama sekali tak bergerak, dan tak berdarah. Tapi satu hal yang jelas mereka menutupi hutan penuh darah, dan pedang-pedang di tangan mereka.

Warna hijau itu tak dapat terlihat, hanya warna merah kehitaman dimana-mana. "Aku tak butuh penjelasan mu, karena dia memanggil namaku" ucap Alycia, yang masih menunduk. Dan benar saja sedari tadi lelaki itu bergumam. Alycia berhenti menangis, tapi terasa berat. "Alycia.." ucap nya Kecil, dan masih bisa sedikit membuka mata. "Semuanya akan baik-baik saja kok, percaya nya sama aku" ucap Alycia, dengan senyum nya.

Tapi tak bisa dipungkiri air mata itu tetap terjatuh di atas pipi sang lelaki. Chengyi tersenyum dan berusaha menghapus air mata itu. "Makasih nya, udah mau jadi adik yang baik" ucap nya yang kurang jelas, tapi bisa di mengerti semua orang. "Kalo Chengyi mau lebih aku turuti kok, tapi sekarang kamu harus sehat dulu" ucap Alycia, berusaha terlihat bahagia.

"Menjadi saudaramu sudah lebih cukup bagiku" ucap Chengyi. "Sakit, rasanya aku gak bisa nafas" ucap Alycia, berbicara pada Chengyi. "A-alycia, tatap aku sekarang" ucap Chengyi, panik lemas. Mereka bingung dengan Chengyi yang panik, serta Alycia yang terus memegangi dadanya. "Alycia?" Ucap wave, yang langsung menegakkan tubuh ku. Sea langsung memeriksa ku, dan seketika tubuh nya mematung dingin.

"Dia tak bernafas, tubuhnya dingin" ucap Sea, menggemparkan suasana dingin tadi. "Apa kau bilang?!" Teriak kai, menatap ku. Samuel ingin menghampiri ku tapi tak mempunyai cukup kekuatan. Dia hanya bisa merangkul kai, adiknya yang panik. "Jangan bilang karena kutukan mu" ucap Eunwoo, yang sedari tadi hanya terdiam. Semua mata menatap nya dengan tanda tanya. "Cih.. Sudah karmanya kalau begitu" ucap Eulan.

"Tapi aku mencintai nya" ucap Chengyi, "mungkin karena cintamu tak cukup dalam" ucap Eulan.

°°°

Rasanya dingin hampa tanpa ada suara apapun. Apakah ini yang namanya kematian, tapi kenapa sangat gelap. Rasanya disini semakin dingin, dan menusuk ku. Alycia yang mulai sadar pun membuka mata. "Dimana ini?" Ucap Alycia, yang bahkan bergema. Tempat nya sedikit berair dan amat dingin sampai rasanya seperti serpihan salju yang menusuk ku.

"Apakah ini yang di sebut kematian?" Tanya ku. "Bukan, aku menyelamatkan mu" ucap seseorang tapi tak berwujud. "Siapa kau?" Tanya ku, yang langsung berbalik badan. "εφιάλτης" terdapat tulisan yang tak dapat ku mengerti. "Sudahlah panggil saja aku Efialtis, yaitu mimpi buruk" ucap nya dengan percaya diri. "Tapi kenapa aku tidak takut?" Tanya Alycia tanpa ekspresi.

"Nah itu yang membuatku bingung!" Ucap nya yang terlihat antusias. "Selama ini kau tinggal disini sendirian?" Tanya Alycia. "Iyaa, kenapa kau bertanya?" Ucap nya bingung. Ia memeluk mahluk aneh itu, bentuknya bulat seperti gelembung-gelembung air. "Kenapa kau memelukku? Aku tak butuh rasa kasian mu!" Teriaknya. "Aku memeluk mu bukan kasihan, karena aku juga lagi membutuhkan nya.. aku baru saja kehilangan orang yang kucintai" ucap Alycia.

"Cinta? Apakah kau mencintai nya?" Ucap nya, kebingungan. "Iyaa, dia membangkitkan rasa keluarga yang telah lama hilang... Dia seperti ayahku dulu" ucap Alycia, dengan tangis nya. "Aku tak menghukum mu, kenapa kau menangis?" Tanya nya. "Kerena membayangkan dia yang sudah tidak ada saja itu adalah mimpi buruk ku" ucap Alycia, menangis dengan keras.

"Apakah kau akan tetap disini?" Tanya nya. "Apakah aku boleh? Untuk sementara waktu saja, aku akan menemanimu" ucap Alycia, dengan senyum malangnya. "Kau yakin?" Ucap nya yang merasa bingung. "Jika perlu, aku akan meminjamkan tubuhku kau bisa keluar dari sini" ucap Alycia, antusias. "Kenapa?" Tanya nya. "karena aku tak mau mereka cemas" jawab ku.

Warning! For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!
For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■).
See you In the next chapter!

Alycia In A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang