Warning! For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■). See you In the next chapter!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mimpi buruk tak bisa dihindari, peperangan pun terjadi. Para pasukan dari Kerajaan Thuania yang telah hancur, kembali menyuarakan pemberontakan. Walaupun ini hanya akal-akalan Linyi dalam menyesatkan beberapa warga yang tak tau apa-apa.
Bahkan ada beberapa tetua yang malah ikut dalam pemberontakan. Saat ini Alycia tak diketahui keberadaannya. Efialtis masih menyembunyikan dirinya, atau bahkan sedang menyebabkan beberapa masalah. Bahkan mungkin dialah penyebab pemberontakan ini.
Sebenarnya keberadaan mahluk itu saja sudah menjadi mimpi buruk. Pada akhirnya mereka berusaha mempertahankan negara dalam keadaan genting. Samuel memimpin peperangan itu, dengan bantuan yang lainnya. Aku cukup kagum dengan mereka, karena baru beberapa hari yang lalu mereka saling bertarung. Dan hari ini saling berkerjasama.
Disisi lain, keberadaan si gadis berada. Sepertinya Efialtis yang ingin pergi ke desa penghubung terhadang beberapa binatang buas. "Ada apa dengan para mahluk bodoh ini! Kenapa mereka semua mengikuti ku?" Ucapnya, yang sedikit ketakutan. Salah satu kelemahan mahluk ini adalah tak bisa mengendalikan hewan. "Mahluk tak berotak! Menjauh lah dari ku!".
Sepertinya para hewan ini hanya mengenali si pemilik asli tubuh. Suara harimau itu cukup menggelegar, sampai membuat para burung beterbangan. Efialtis yang sudah takut setengah mati pun terjatuh. "Aku tak mengganggu kalian! Kenapa kalian mengganggu ku?" Ucapnya, yang sudah terpojok di antara celah kecil pohon.
Salah satunya mendekati ku, dan Efialtis yang sudah kehabisan akal pun mengeluarkan rohnya dari tubuh ku. Gadis itu tertidur dalam beberapa detik, ketika ia terbangun wajah nya terlihat bingung. "Kenapa kalian disini?" Ucap Alycia, dengan tersenyum. "Hei! Cepat lari, dan selamatkan dirimu" suara itu terdengar dari samping pundaknya.
"Ha?!" Teriakku, yang di sambut teriakannya. "Aku tak pernah memelihara burung gagak sebelumnya?" Ucap Alycia. "Ini aku, Efialtis!" Teriak nya. Hewan berwarna hitam pekat, yang mengkilap itu membuat ku tak percaya. Mata hitam pekat nya, memang sedikit mirip dengan Efialtis.
"Tenang saja, mereka semua peliharaan ku!" Teriakku, sambil memeluk Harimau putih itu. Terlihat jelas rubah merah di sampingnya juga menghampiri ku. Efialtis pun terbang ke atas kepalaku. "Kenapa kau memelihara hewan buas aneh seperti ini sih?" Ucapnya. "Tapi kan kau juga hewan (?)" Jawabku.
"Aku bukan hewan biasa tau, cuma.." jawabnya. "Aku tau, tidak mungkin kau dikurung jika baik kan?" Tanyaku. "Kau tau, terus kenapa baik kepadaku?" Tanya nya. "Aku tak pernah baik kepadamu.." ucapanku terhenti untuk sejenak.
"Aku hanya menjauhi kenyataan" perkataan itu, membuat hening seluruh hutan. Seperti mengetahui mood ku yang sedang buruk, para hewan itu juga terlihat sedih. "Aku tak tertarik dengan kisah sedih mu, dan aku juga tak mau menceritakan kisahku".
Gadis itu lekas berdiri, dengan masih ada Efialtis yang berada di atas kepalanya. "Tolong?!" Teriak suara wanita entah dari mana. Sebenarnya Efialtis dan aku tak tertarik dengan teriakan bodoh itu. "Kau tak tertarik menolongnya?" Tanyaku, judes. "Tak, pengalamanku mendengar hal seperti ini di tengah hutan adalah jebakan" jawab Efialtis. "Sama, yasudah lah lebih baik kita pergi" jawabku.
"Ha?!" Teriaknya, ketika melihat beberapa hewan peliharaan ku yang sedang mengadakan reuni dadakan. "Pelayan istana (?), Kenapa kau disini?" Tanyaku. "Ratu Utama!" Ucapnya, yang tiba-tiba tunduk. "Hamba baru saja kabur, di istana sedang terjadi peperangan!" Teriaknya panik.
Gadis itu menatap serius ke arah Efialtis. "Hamba harap anda segera kembali!" Ucapnya. Gadis itu menutup mulutnya dengan mata tercengang, tapi mulut tersenyum. "Benarkah? Bagaimana dengan Samuel, apakah dia baik-baik saja?" Ucapku, dengan penuh dramatis. "Kau bodoh, apa gimana?" Ucap Efialtis.
"Baiklah, akan saya tunjukkan jalannya" ucap nya. "Kau duluan!" Perintah ku, pelayan itupun berdiri. Dia kembali menuju arah dia datang. "Aku juga tau, mana mungkin seorang pelayan mengajak anggota kerajaan ketengah peperangan dan bukannya kabur" bisik Alycia. "Apalagi aku seorang pemimpin terakhir dalam keadaan genting seperti ini? Jika tak ada Samuel, dan lainnya akulah yang akan terpilih" lanjutku.
"Tapi jika aku juga mati dengan para anggota kerajaan lainnya, maka pemimpin perang sebagai pemenangnya" jawab gadis itu. Dia berhenti sesaat dan memeluk Harimau putih kesayangannya. "Kembali lah kehutan bawalah pasukan mu, kau mengerti kan?" Ucapku, dengan memeluk nya.
"Ada apa tuan putri?" Tanya nya, curiga. "Tak apa aku hanya mengusir hewan buas ini" ucapku, lanjut berjalan. "Pelayan," jawabku, sambil menatap wanita itu serius. "Apakah kau lupa bahwa kau tak boleh lagi memanggil ku tuan putri?".
Terlihat jelas wajah itu meremehkan ku, dan aku hanya tersenyum tenang. "Ah~ maaf, saya melupakannya" ucap gadis itu. Sesudah para hewan itu pergi, dia mengeluarkan pisau kecil dari jubahnya. "Astaga, bagaimana bisa kau membawa benda seperti itu pelayan" jawabku, dengan berpura-pura takut.
"Kau terlalu bodoh, sangat mudah di tipu" ucapnya, dengan tertawa. Gadis itu terdiam sesaat. Tak lama, Tawaku keluar begitu saja dengan keras. Sampai bergema di antara pepohonan itu. Efialtis sedikit tercengang merasakan auraku yang lumayan kuat. "Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya" fikir Efialtis.
"Kenapa kau tertawa?" Jawabnya kesal. "Aku hanya tertawa karena melihat wajah bodoh mu itu..." Jawabku. Gadis itu menatapku aneh, dan segera mengeluarkan pisau dari sarung nya. Tanpa fikir panjang, dia berusaha menyerang ku dengan pisau nya. Aku segera menarik tangan itu dan memelintir nya. Leher itu ku tekan secara perlahan.
"Tuanku, akan membalasnya.." teriak dia dengan tak beraturan. "Kau hanya bumbu dari amarahku.." Alycia mencengkram tangan itu dengan erat sampai mengeluarkan darah, akibat kuku panjang yang menusuk pergelangan tangan si pelayan. "Karena tuan mu tau, bahwa aku gadis yang lebih kejam dari perkiraan nya". Perbincangan itu berakhir saat aku merobek nadi nya hanya dengan kuku jariku.
"Baiklah, permainan selesai! Paling tidak wanita ini bisa jadi makanan peliharaan ku" jawab Alycia, sambil melanjutkan perjalanannya. "Wah.. tak bisakah kau membiarkan ku memakan jiwamu? Aku baru tau ada jiwa yang sekuat ini" ucap Efialtis, sambil terbang mengikuti langkah ku.
Gadis itu berhenti melangkah, dan melihat Efialtis. "Apakah kematian Chengyi karena kau?" Tanyaku, tanpa ekspresi. Efialtis terdiam sesaat, dan menatap ku dengan rasa bersalah.
"Aku tak bisa bilang tidak"
"Tapi aku tak bisa bilang sengaja"
"Karena keberadaan ku sudah termasuk mimpi buruk para manusia"
"Bahkan peperangan ini juga, mungkin karena keberadaan ku"
Gadis itu terdiam menelaah perkataan yang berat di pikiran nya itu. "Bisakah kau ceritakan secara jelas semua nya?" Ucap gadis itu, sambil menunduk menahan tangisnya. "Apakah kau kuat? Karena aku juga cukup merasa bersalah padamu" tanya nya.
Aku sedikit mendongak menatap dalam mahluk itu. "Aku akan terlihat bodoh jika bilang ia" jawabku, dengan air mata mengalir di pipiku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.