[39] Mengenang

21 2 0
                                    

Warning! For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■).
See you In the next chapter!

Singkat cerita Alycia dan Alice pergi ke kedai mie yang biasa mereka datangi dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singkat cerita Alycia dan Alice pergi ke kedai mie yang biasa mereka datangi dulu. Ternyata toko itu tak bangkrut, padahal makanan nya jarang di datangi tamu. Tapi anehnya, makanan itu sesuai selera mereka. "Kau tak seharusnya menaruh makanan mu, di atas mangkuk lelaki lain selain suami mu" ucap Alice. Pertengkaran lama itu terdengar kembali, sang penjaga kedai bahkan tertawa.

"Kalian ini, bahkan telah berumur 21 tahun masih sama seperti dahulu.. ini Alycia, kau menyukai daging kan? Gratis" ucap ibu-ibu pedagang itu. Alycia tersenyum dan mengucapkan terimakasih nya. "Memang ibu penjual yang paling mengerti ku" ucap Alycia, yang telah sepenuhnya berhenti menangis. "Pelan-pelan saja, ibu penjual jangan seperti itu aku akan tetap membayar nya nanti" ucap Alice.

"Bagi dong" ucap Linyi, "shut! Jangan sentuh daging ku" ucap Alycia. Ia memukul tangan linyi dengan sumpitnya. "Jangan sungkan, jika bukan kalian aku telah lama menutup tempat ini" ucap ibu penjual. Kami sudah menganggap nya seperti nenek kami sendiri, dia amat baik dulu ibu yang tak mampu memberikan makan. Akibat depresi di tinggal sang ayah, Alycia sering kabur untuk makan kemari.

Tapi perlahan warga juga mulai khawatir dengan kami, dan menasehati ibu. Akhirnya ia bekerja keras demi anak-anak nya, dengan segala hewan peliharaan dan kebunnya. "Kalian ini sudah ku anggap sebagai cucu ku sendiri, Helen bahkan menitipkan kalian pada ku" ucap ibu penjual. Alycia kembali menangis tanpa sebab. "Alycia, jangan menangis karena ibu" jawab Alice.

"Bukan.. daging terakhir ku dimakan dia" ucap Alycia, yang terus merengek. Mereka semua tertawa melihat tingkah kekanakan Alycia, dan wajah tak berasalah linyi. "Kembali kan!" Ucap Alycia, berusaha mencekik linyi. "Ini hanya sepotong kecil, kau tak harus membunuh ku" ucap linyi. "Aku tak mau ambil pusing, mungkin saja kaki ku yang malah patah" ucap Alice, menakuti linyi.

"Aku salah! Tolong selamatkan aku, ibu penjual" ucap Linyi, memohon. "Sudah-sudah aku telah membungkus ini khusus untuk mu, Alycia" ucap nya memberikanku makanan lain. Gadis itu langsung berdiri dan mencium si ibu penjual. "Aku cinta ibu penjual" ucap nya, mengambil bungkusan itu. "Apa itu? Bagi!" Ucap Linyi, mengikuti ku. Gadis itu langsung berlari keluar, tak mau berbagi.

"Ini beberapa koin emas, ibu penjual" ucap Alice. "Sudahlah, aku ikhlas memberikan nya. Terimakasih Alice kau telah mengurus adikmu dengan baik, ibu mu akan tenang di sana" ucap ibu penjual, memeluk Alice. "Alycia selalu bisa mendapatkan hati setiap orang" ucap Alice, memeluk dan pergi dari sana. Setelah ia keluar Alycia telah menghabisi makanan nya.

"Sudah, aku ingin bicara dengan kakak ku" ucap Alycia, menghampiri Alice. "Ada apa lagi? Bukankah sekarang seharusnya kita kembali" ucap Alice, bingung. "Kak, aku ingin bercerai" ucap Alycia, menunduk. "Kau serius? Samuel akan naik takhta sebentar lagi dan kau akan menjadi ratu" ucap Alice, menyakinkan adiknya. "Sejak kapan kakak jadi haus dunia? Biasanya kau akan melakukan segalanya demi aku" ucap Alycia, dengan senyuman nya.

"Bukankah itu impian mu? menjadi ratu" ucap Alice. "Benar sih, tapi aku tak kuat dengan tingkah gila laki-laki itu!" Ucap Alycia, tegas. "Dia tak akan membunuhmu Alycia, waktu itu dia mencarimu karena khawatir" ucap Alice. "Tidak! Aku tau bahwa dia mengincar kepala ku karena aku telah tinggal dengan lelaki lain selama ini" ucap Alycia, sambil bersikeras. Alice masih merasakan adik nya saat umur lima tahun masih sama seperti sekarang.

"Sungguh, dia hanya mencemaskan mu" ucap Alice. "Bagaimana aku tau kata-kata mu benar, kau kan bukan istrinya!" Ucap Alycia, sambil menyilangkan tangan. "Lalu kau mau kemana jika bukan kembali ke istana?" Tanya Linyi. "Auh.. itu yang aku belum fikirkan, tapi aku tak mungkin kembali.. dia pasti akan mengusir ku" ucap Alycia.

Bahkan gadis itu telah membayangkan plot yang menakutkan, seperti akhirnya mati. "Itu namanya cinta" ucap Alice, gadis itu langsung membantahnya. "Itu namanya bukan cinta, tapi obsesi! Jika dia membiarkan ku bahagia dan bukan tergila-gila atas sesuka nya" ucap Alycia. Kakaknya pun mengerti dengan sikap Samuel dan Kai yang terlalu gegabah. Apakah jalan yang ingin Alycia tempuh sudah benar? Gadis itu tak bisa memberikan jawaban.

Kembali ke istana, di sana telah ada beberapa penyusup yang berusaha masuk ke kamar gadis itu. Mereka telah mengendap-endap menuju kamar Alycia, yang sudah lama tidak di tempati. Bahkan Samuel enggan tidur disana, mereka masuk lewat jendela. "Cepat bantu aku" ucap Chengyi, "jangan berisik" ucap Wave. "Kenapa kau berat sekali?" Ucap Sea, berusaha menarik Chengyi naik.

"tubuh ku memang lemah" ucap Chengyi, sedikit malu. "Bukan karena kau sudah tua kek?" Ucap mereka berdua, bercanda. "Diam" ucap Chengyi, mendengar langkah kaki. Suaranya mendekat dan terdengar ramai, sepertinya para pelayan. Tapi untungnya mereka hanya lewat. "Sepertinya dia belum kembali" ucap Wave, melihat sekeliling. "Lalu acara panjat tebing tadi buat apa?" Ucap Chengyi agak kesal. "Kecilkan suaramu, ini bukan wilayah ku" ucap Wave, menutup mulutnya Chengyi.

"Apakah kita turun lagi?" Tanya Sea, "tak mau, aku sudah lelah sampai disini" ucap chengyi yang asal duduk. Sepertinya kekuatan Chengyi juga mulai melemah karena sekarang dia tak abadi lagi. Seharusnya dia berusaha bertapa di suatu tempat, dan bukan nya memanjat tebing untuk masuk ke kamar seorang gadis kecil. Bahkan umur mereka terpaut jauh sekitar 500 tahun. Jelas saja jika laki-laki ini seharusnya sudah tak kuat.

Kedua laki-laki itu sudah susah nafas, tapi Wave masih terlihat biasa saja. Sepertinya laki-laki itu terlalu berpengalaman untuk masuk ke kamar Alycia, melalui jendela. "Apakah kalian mendengar rumor nya?" Ucap seorang pelayan dari depan pintu. Sepertinya ketiga laki-laki itu penasaran, dan berusaha menguping dengan setenang mungkin.

"Arwah nona Alycia bergentayang"
"Apa? Bagaimana mungkin? Bahkan kematian nya telah lama"

"Mungkin saja karena tak ada yang melakukan pemakamannya"
"Iyaa, kudengar seorang perawat melihat nya"
"Ada juga yang bilang kalau dia berkuda dengan seorang laki-laki"

Perkataan itu membuat mereka naik pitam tanpa sebab. "Beraninya bajingan itu, merebut wanita ku" fikir Wave. "Apakah Alycia baik-baik saja?" Fikir Sea. "Tidak mungkin wanita ku-" ucap Chengyi yang kelepasan. Kedua lelaki itu berusaha menahan amarahnya, dan menutup mulut Chengyi. Para pelayan yang mendengar sesuatu pun panik. Mereka bergegas membuka pintu kamar itu.

"Bagaimana kalau itu hantu, nona Alycia?"
"Tapi kalau beneran ada orang bagaimana? Bisa kena marah kita"

"Bagaimana kalau itu hantu, nona Alycia?""Tapi kalau beneran ada orang bagaimana? Bisa kena marah kita"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ah~ dimana sih gadis bodoh itu? _Wave Blaze

ah~ dimana sih gadis bodoh itu? _Wave Blaze

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alycia In A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang