Ha? ヽ(。◕o◕。)ノ.
Kamu belum vote, comment, and follow aku nya? Itu aja belum apa lagi di share ಠ_ʖಠ
Ih~ kok belum sih(っ˘̩╭╮˘̩)っ, aku tunggu nya awas aja sampe belum.
See you next chapter ( ◜‿◝ )♡."Demi apapun, kenapa kau tak kunjung mengerti?" Ucap Alycia kesal, dan ingin memukul nya. Seketika gerombolan masyarakat dari kota perbatasan telah sampai, Alycia langsung menyuruh raja mengikutinya. Gadis itu langsung berlari, takut nya terjadi hal yang tak di inginkan.
Sebelumnya,
"A-apa yang kalian berikan?" Tanya tabib itu bingung. "obat" jawab Alice singkat, sambil meminta air hangat. "Aku meminta air hangat, bukan panas" Ucap Alice kaget ketika ia menyentuh gelas itu, tabib itu langsung merasa marah. "Apa yang kau lakukan? Cepat lah" perintah gadis itu, sang tabib hanya mengikuti perintahnya.Setelah memberikan obat, terlihat tubuh laki-laki itu jadi tenang. Ia tak gemetaran lagi, dan tabib kembali memeriksa. "Obat nya berhasil, obat apa ini?" Tanya tabib bingung. "Adik ku yang membuat nya" ucap Alice, membuat Samuel dan Kai terkejut. Kedua laki-laki itu tak menyangka bahwa Alycia mengerti tentang obat-obatan.
"Bagaimana mungkin? Bahkan tabib saja tidak tau" ucap samuel, tak percaya. "Aku juga tidak tau, dia memang gadis yang nakal tapi sekala pergaulannya meluas" ucap Alice. "Bisa saja salah seorang temannya pintar dalam bidang ini" ucap Kai. "Siapa bilang? Ia mempelajarinya sendiri tau" ucap wave, masuk lewat jendela. "Kan bisa lewat pintu" ucap Alice, "kalian kunci, dan aku malas mengetuk" jawab nya sambil duduk di jendela.
"Apa maksud perkataan mu? Dan kau ini juga siapa nya Alycia?" Tanya Samuel. "Kau ini juga siapa nya Alycia? Cukup aku tak ingin tau" ucap wave memancing amarah Samuel. "Alycia suka membantu rakyat miskin dalam mencari obat, karena ia juga tak bisa membelinya ia berusaha membuat nya. Gadis pintar itu banyak belajar, entah tentang obatan atau yang lainya maka nya orang-orang tetap menyukainya. Ia tak hanya bergaul dengan gadis sepantaran nya dulu, bahkan kakek-kakek pembuat obat dan lainnya ia dekati untuk belajar" Ucap Wave membela gadis itu.
Mereka akhirnya mendengar kericuhan di depan sana. Benar saja rakyat dari perbatasan, menghampiri istana. Walaupun para penjaga sudah menahan mereka, tapi karena kalah jumlah rakyat berhasil membobol istana. Mereka yang telah sampai di depan sana menatap penuh kebingungan dan rasa takut. "Apa ini?" Tanya salah satu menteri istana. "Hari kematian mu" celetuk Alycia sambil berlari ke arah para rakyat.
"Alycia, apa lagi yang kau lakukan?" Tanya Alice, berusaha menarik ku menjauh. "Ini bukan urusan mu" ucap ku mendorong Alice, bisa-bisanya ia jatuh ke pelukan Samuel dan bukannya Kai. "Tangkapan yang bagus" ucap Alycia kesal, dan lanjut berlari. "Kalian tenang, di sini untuk menyampaikan pendapat bukan membunuh orang" ucap Alycia, sambil memukul seorang penjaga. "Turunkan senjata kalian!" Perintah Alycia, tapi tak di hiraukan.
"Apakah kalian tak mendengar ucapan nona Alycia? Turunkan!" Ucap sang raja memberikan perintah. "Aku membawa bukti nya, ini rakyat mu sendiri" ucap Alycia, sambil memberikan jalan ke raja. "Apakah benar yang di ucapkan nona Alycia? Ceritakan semua masalah nya" ucap raja. Para rakyat pun menyampaikan keluhannya masing-masing. Entah itu karena kekurangan obat ataupun pasokan makanan, dan penjualan yang seharusnya gratis.
Para menteri berpura-pura bahwa mereka tak pernah melakukan itu. Perdebatan pun terjadi, sang raja murka siapakah yang benar dari mereka. "Kalau kau tak percaya, silakan ke kota perbatasan di sana sudah benar-benar kumuh dan mati" ucap Alycia, marah. "Iyaa yang mulia, ketika kami memasuki gerbang semuanya terlihat berantakan dan tak ada satupun orang yang keluar mereka hanya berdiam diri di dalam rumah dan melihat kami dari celah jendela" ucap Samuel.
"Banyak dari mereka hampir mati kelaparan, lihatlah tubuh mereka yang mulia" ucap Alice memelas. "Kalian bilang kekurangan makanan, tapi bagaimana bisa kalian sampai di sini?" Tanya seorang menteri. "Tentu saja bisa! Aku sampai menjual hiasan rambut emas ku yang berharga" ucap Alycia, sambil menyilangkan kedua tangannya. "Iyaa, saya sendiri yang melihat nya" ucap wave bercerita.
Sebelumnya,
"Sabar-sabar kita harus kembali"
"Kenapa? Apakah ada yang tertinggal?"
"Mereka belum makan, bisa-bisa mati di tengah jalan"Sesampainya di sana Alycia langsung menyuruh para warga untuk memasuki kedai-kedai makanan. Ternyata mereka mempunyai pemilik yang sama, sudah ku duga banyak mahluk serakah di sini. "Baiklah, akan ku bayar! I-ini" ucap ku memberikan hiasan itu. Ia berusaha mengambilnya, tapi Alycia masih tak enak hati. "Apakah ini asli?" Tanya nya, "tentu saja, eh.. aku akan menebus nya kembali! Jangan sampai kau jual atau hilang!" Ucap ku, kesal.
Singkatnya sang raja pun percaya, dan malah memberikan ku sekotak penuh perhiasan. Wajahnya tak bisa di tutupi, ternyata benar aku juga manusia yang tamak. "Hm.. lihatlah wajah mu itu" ucap Samuel. "Ada apa dengan wajah ku" ucap Alycia, cemberut. "Tidak apa, apakah kau senang?" Tanya Alice. "Tentu saja" ucap Alycia, sambil melihat-lihat isi kotak itu. "Bagaimana dengan perhiasan mu?" Tanya Kai. "Sudahlah lupakan saja, raja pasti akan membayar pemilik nya" ucap Alycia.
Sebenarnya,
Pemilik itu adalah kenalan Alycia jadi ia membantu nya, tapi karena terlalu banyak orang ia masih meragukan hal itu. "Ini pegang, percayalah padaku kak, sang raja akan menebus nya dengan itu kau bisa meminta berapapun yang kau mau" ucap Alycia menggoda pemilik itu. "Kau yakin?" Ucap pemilik kedai itu, Alycia mengangguk dengan percaya diri. "Baiklah kalau begitu, terus dengan perhiasan mu ini?" Tanya nya padaku. "Ambil saja, ini sebenarnya memang hadiah untuk mu" ucap Alycia sambil tertawa.Kembali ke kereta kuda,
Sebenarnya Samuel meresa kesal atas keberadaan wave di samping Alycia. "Siapa sih laki-laki itu? Kenapa dia ikut bersama kita" ucap Samuel, kesal. "Dia pengawal pribadi ku, bukankah nyawa ku dalam bahaya setelah menikah dengan mu" ucap ku sambil melihat ke arah jendela."Aku harus selalu berada di samping mu"
"Kenapa?"
"Firasat ku tidak baik, nyawa mu terancam"
"Apa maksudmu, wave?"
"Aku yakin, setelah pernikahan ini akan memancing orang-orang yang mau membayar demi nyawa mu"Dengan begitu aku menjadi kan nya sebagai pengawal pribadi ku. "Tapi mengapa dia harus duduk di dalam juga" ucap Kai. "Sudahlah, kereta sudah berjalan kau masih mau suruh dia duduk di depan?" Tanya ku kesal. "Sudah tidak apa pangeran, aku baik-baik saja" ucap Alice. Padahal keduanya memikirkan Alycia yang terlalu di pepet oleh wave. Terlihat jelas tempat duduk Alice memiliki jarak dengan wave, sedangkan Alycia terlalu sempit. "Tidak bisa! Kau harus duduk di antara kami" ucap mereka bersamaan, sambil menarik tubuh wave secara paksa.
Kenapa terlalu banyak mahluk bodoh di samping mu? - Wave.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alycia In A Fairy Tale
Romance[End]𝐴𝑙𝑦𝑐𝑖𝑎 𝐾𝑖𝑛𝑔𝑠𝑙𝑒𝑖𝑔ℎ, 𝑎𝑝𝑎𝑘𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑟 𝑑𝑜𝑛𝑔𝑒𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎? 𝑇𝑒𝑛𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑗𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘. 𝐿𝑒𝑙𝑎𝑘𝑖 𝑡𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛, 𝑤𝑎𝑗𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑛𝑡𝑖𝑘, 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑒ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑤𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 �...