[38] Full of tears

25 2 0
                                    

Warning! For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■).
See you In the next chapter!

"Lain kali jaga mulut mu dengan anggota keluarga kerajaan" ucap Alycia, yang langsung berusaha berdiri setelah terobati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lain kali jaga mulut mu dengan anggota keluarga kerajaan" ucap Alycia, yang langsung berusaha berdiri setelah terobati. Seperti mengetahui ia dalam bahaya, gadis itu langsung menunduk di hadapan Alycia. "Maaf, tuan putri hamba tidak tau" ucap pelayan itu. "Nona tenang dulu, anda baru di obati" ucap nya. "Tidak perlu, cepat panggil kan kereta kuda aku ingin kembali kekediaman ku" ucap Alycia.

"Baik tuan putri, tapi maksudnya Kerajaan?" Tanya Linyi. "Bukan, rumah ku di pinggir desa" ucap Alycia. "Maaf, tapi sepertinya tuan putri tak bisa menemukan kereta kuda di hari libur seperti ini" ucap nya, yang masih sujud. "Terus kenapa kau masih disini?" Tanya ku. "H-hamba memang tinggal disini" ucap nya. "Apakah kau mau naik kuda dengan ku?" Tanya linyi. Gadis itu hanya mengangguk, dan mereka pun lekas pergi ke desa Alycia.

Sesampainya di sana Alycia hanya terpaku di depan halaman. Melihat rumahnya telah menjadi kumuh, dan tak terawat. "Apakah anak kesayangan mu tak pernah datang bu?" Ucap Alycia, sambil tersenyum. Dia melihat rumput dan ilalang menutupi jalan nya, hanya menyisakan celah kecil untuk dilewati. Dulu banyak hewan ternak di samping rumah tepat nya di area lumpur itu. Bahkan tanaman buah kesukaan ku telah layu, dan membusuk.

Rumah nya telah seutuhnya kotor, dan tak dapat di huni. Hanya menunggu roboh saja jika di lihat begini. Hawa yang dulu hangat dan penuh kebisingan.  Sekarang telah sunyi dan dingin itu lah yang kurasakan. Ketika aku berusaha membuka pintu itu, suara pintu itu cukup berisik, seperti tak terawat. Dulu sekali ayah yang menyiramkan minyak agar mudah di buka.

Seorang gadis kecil yang selalu berlari kesana-kemari, dan kakak perempuannya membaca di meja itu. Kini telah tergantikan debu, dan meja patah. Dulu aku pernah berjalan di tangga itu dengan gaun cantik, tapi sekarang bahkan sudah berlubang. "Hati-hati tuan putri, mungkin saja kayu tangga ini akan patah" ucap Linyi.

Gadis itu mengangguk, dan laki-laki itu membantu nya naik. Lorong di atas tangga yang selalu bersih, oleh Alice. Kini juga tak terawat, pintu kamar alice terbuka. Kamarnya pun masih sama seperti dulu, tapi dengan kerusakan yang lumayan fatal. Aku perlahan membuka kunci pintu itu, entah bagaimana aku masih ingat dicelah guci.

Awalnya pintu itu sudah tak dapat di buka, tapi aku meminta linyi mendobrak nya. Kamar ku yang terlihat mewah, megah, dan banyak barang berserakan. Kini telah rapi, bahkan baju nya tertata di dalam lemari. Walaupun pintu nya telah patah, dan terbuka begitu saja. Pakaian ku juga sudah digigit oleh para tikus.

"Sudahlah kita kembali, rumah ini seperti rumah hantu" ucap Alycia, yang langsung berjalan pergi. Sesampainya di depan rumah ia tak sengaja melihat orang yang baru saja sampai. Ia adalah kakak nya Alice Kingsleigh. "Sudah lama kita tak bertemu" ucap Alice, tampak biasa saja. "Sepertinya, kakak tercinta ku tak merindukan adik kecil mu ini" ucap Alycia.

"Aku tau kau akan datang kemari, maka nya aku datang sendirian" ucap nya, sambil menunjukkan seekor kuda. "Oh, ayo kita kembali linyi" ucap ku, memberi perintah. "Apakah kita akan langsung pergi begitu saja?" Dia menatap ku dengan tanda tanya, "Salam tuan putri Alice". Gadis itu menghampiri ku dan bertanya, "kau tak ingin bertemu dengan ibu terlebih dahulu".

Dia pergi kesamping rumah, di luar pagar. Ia berjalan sedikit jauh dan menemukan kuburan batu di sana. Dengan nisan bertuliskan "Helen Kingsleigh" serta rumput di sampingnya. Gadis itu menaruh sebatang bunga di atasnya. "Ibu amat menyukai bunga, kenapa kau hanya memberi nya satu?" Ucap Alycia, menahan tangisnya.

"Ah.. maaf, aku lupa. Tapi kau sendiri tak membawa apapun" jawab Alice, yang juga tak bisa menatap adiknya. "Ch.. kebunnya saja sudah layu, aku harus bagaimana" jawab Alycia, yang tak bisa menahan tangisnya lagi. Kakaknya yang mendengar isak tangis sang adik pun ikut menangis. Ia benar-benar merindukan adiknya, saat kelinci hitam memberikan surat yang memberitahu keberadaan adik nya. Kuda itu langsung terpacu, kembali ke desa.

"Ibu.. tolong marahi aku saja, dari pada kau tertidur di dalam sana" ucap Alycia, dengan tangis nya. Kakak nya pun memeluk erat sang adik, sambil menepuk pundak itu. "Tak apa, ibu telah kembali bersama ayah.. mereka pasti amat bahagia di sana" jawab Alice, dengan dewasa. Suasana itu di penuhi oleh tangisan, bahkan linyi yang sedari tadi masih berada jauh di sana bisa mendengarkan.

Kembali ke Chengyi yang terus berbincang dengan kedua laki-laki itu. "Sungguh kejam suami Alycia, dia bahkan berkorban demi lelaki bajingan itu tapi tak tau terimakasih" ucap Wave. "Jika memang dia seperti itu, bukankah sama saja membuat Alycia dalam bahaya" jawab Chengyi. "Aku tak tau akan hal itu, tapi yang pasti gadis itu sedang sangat terpukul sekarang" ucap Sea.

"Kenapa lagi? Apakah dia telah kembali?" Ucap Chengyi, di sambut anggukan Sea dan Wave. "Ibu nya telah lama meninggal, sebelum ia kembali" ucap Sea, sambil melihat cangkir teh itu. "Ku fikir, dia pasti telah bertemu kakak nya" ucap Wave. "Alice maksud mu? Gadis itu cukup pintar, dan sepertinya ia baik" ucap Chengyi. "Siapa lagi yang paling mencintai Alycia, kecuali kakaknya" ucap Wave. "Aku tau Alycia sekarang amat terpukul, tapi sepertinya lebih baik Alice yang berada disisinya sekarang" ucap Sea.

"Jika bukan karena mulut sialan gadis itu! Alycia tak akan pergi tergesa-gesa seperti ini" ucap Wave, sambil menghentakkan gelasnya. "Siapa maksud mu? Ada kejadian apa lagi yang tak ku ketahui?" Ucap Chengyi. "Sebelum kedatangan mu, Eulan bertengkar dengan Alycia tentang kematian ibu Alycia" ucap Sea, menjelaskan situasi. "Gadis itu pasti sedang menangis sekarang" ucap Chengyi. Ketiga laki-laki itu menghembuskan nafas khawatir nya.

Di sisi lain, ada seorang gadis yang sedang memakan mie. "Aku tak berniat menangis di atas makanan seperti ini, tapi aku sangat lapar" ucap Alycia. "Sudahlah, makan saja kan aku sudah cerita kan  semuanya" ucap Alice, sambil memberikan nya daging. "Makan ini, aku tak suka sayur" ucap Alycia, memberikan sayur. "Eh? Gadis ini, sayur bagus untuk kesehatan mu" ucap Alice, memarahinya.

"Tapi daging lebih bergizi, jika kau tak mau linyi yang akan memakan nya! Iyakan?" Ucap Alycia, sambil menaruh nya di atas mangkuk linyi. "Tak apa nona Alycia, hamba akan memakannya" ucap linyi, sambil memakan sayuran pemberian Alycia. "Kau!" Ucap Alice, memarahinya.

Gadis cantik itu bagaimana dia bisa kembali dengan utuh? _Linyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis cantik itu bagaimana dia bisa kembali dengan utuh? _Linyi

Gadis cantik itu bagaimana dia bisa kembali dengan utuh? _Linyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alycia In A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang