[23] Para Gloof

19 2 0
                                    

"Jika kita hanya diam, sama saja menunggu kematian" bisik Wave, sambil memejamkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kita hanya diam, sama saja menunggu kematian" bisik Wave, sambil memejamkan mata. "Percayalah padaku" ucap Alycia, yang juga menutup matanya. Mereka mulai keluar dari persembunyian, dengan diam-diam. Tapi entah kenapa mereka seperti berbisik dengan suara seperti anak kecil. "Hei.. bagaimana bisa manusia ini di sini?" Tanya salah satu mahluk itu.

"Aku tidak tau, apakah mereka mati?" Tanya yang lainnya, kali ini terdengar lebih serak. "Apakah mereka makanan kita?" Tanya yang lainnya. Entah kenapa aku langsung membuka mata dan menatap mereka. Kami saling menatap, dan terkejut satu sama lain. "Ha?!" Teriak mereka semua, "ada apa?" Ucap wave yang baru membuka mata.

"Mahluk apa mereka?" Ucap Wave bingung. Salah satu dari mereka langsung mengeluarkan pedang kayu nya. Gadis itu hanya bersembunyi di belakang Wave. "K-kalian yang siapa? Kenapa bisa tidur di sini?" Ucap salah satu dari mereka. "Perkenalkan aku in, gadis ini ing, sedangkan yang bersuara serak itu eng" ucap mahluk yang memakai kacamata. Mereka berbentuk seperti manusia, tapi dengan kuping runcing dan hidung panjang. Warna kulit mereka amat putih, dan hanya setengah tinggi badan manusia pada umumnya.

"Mahluk sihir?" Tanya ku bingung, mereka menganggukkan kepala. "Bagaimana kalian tau?" Tanya eng. "Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa mahluk seperti kalian berada di sini?" Ucap Alycia. "Pencurian, mati mendadak, mahluk kecil cepat berlari ternyata itu semua karena kalian" ucap Wave, kesal. "Walaupun kami mencuri, tapi kami tidak membunuh siapapun! Malah mereka yang berusaha membunuh kami" ucap ing dengan tangis nya.

"Dia wanita?" Ucap ku bingung, di sambut anggukan in. "Salah satu dari mereka menculik en, dan menjadikan nya budak" ucap ing. "Jadi kalian membunuh nya?" Tanya ku. "Tidak, kami tak pernah membunuh siapapun" ucap eng, marah. Alycia memegangi kepalanya yang bingung itu. "Bagaimana bisa mahluk sihir sampai di sini?! Apakah para penjaga sialan itu tak berjaga" ucap Alycia berteriak.

"Kenapa kau memarahi kami?" Tanya ing. "Kami pun tak mau di sini, kami di perjual belikan secara ilegal" ucap in. "Tenang, aku akan menyelamatkan saudara mu, dimana balai desa" tanya ku pada salah satu dari mereka. "K-ketua balai desa lah yang menyandera en" ucap in. "Bukankah mahluk seperti kalian membutuhkan air yang banyak?" Tanya Alycia, sambil berjalan.

"Iyaa" jawab in, "mereka mahluk air, jadi dimana pun kalian berada pasti akan banyak air itulah keuntungan nya" ucap Alycia. "Oh iya, desa Sheen kan terkena kekeringan selama beberapa tahun" celetuk Wave. "Tapi ada satu hal yang mereka tak tau" ucap Alycia, sambil tersenyum. Semua mata menatap nya aneh, "apa dampaknya?" Tanya wave. "Semua hal punya hukum karma, alam memberikan air sesuai yang kau mau tapi karena yang memberi bukan alam melainkan mahluk sihir ya akan mendapatkan akibatnya" ucap Alycia, sambil menatap matahari yang mulai terbit itu.

"Apa maksudmu?" Tanya Wave yang malah semakin bingung. "Kami memang mahluk penghasil air, tapi" ucap in. "Tapi.. harus meminta tumbal, karena itulah manusia dan mahluk gloof tak bisa tinggal bersama" ucap Alycia, sambil berjalan manjauh dari mereka. "Apa? Bukankah seperti ini sama saja percobaan bunuh diri" ucap Wave berjalan menjauhi mereka.

Singkat cerita aku dan Wave memaksa masuk ke pusat balai desa. Serta mereka yang ternyata sudah lengkap berada di sana. "N-nona ini siapa?" Tanya bapak tua, yang terlihat haus akan duit itu. "Aku tidak menyukai ekor teri, aku mencari kepala paus" ucap Alycia, meremehkan si tua Bangka itu. "Kau! Beraninya datang dengan mahluk aneh itu" ucap yang lainnya.

"Hehehe.. bukan nya kalian juga memelihara salah satu dari mereka nya?" ucap Alycia, sambil mempersilahkan mahluk itu. "Kembalikan en kami! Atau malapetaka akan terus berlanjut" ucap ing. Semua langsung menatap satu sama lain, bagaimana bisa mahluk seperti itu ada di desa mereka. "Bagaimana mungkin kami menyembunyikan mahluk seperti itu" ucap laki-laki itu kembali.

"Aku yang membelinya, bagaimana bisa ada malapetaka" ucap seseorang berjenggot putih, dan pakaian adat desa. "Sepertinya kau sama sekali tak merasa bersalah setelah membeli budak dari pasar ilegal, dan membuat kematian masal di desa mu" ucap Alycia. Laki-laki itu manatap tajam Alycia. "Kalian semua budak ku! Harusnya patuh pada ku" ucap laki-laki itu kesal.

"Pak kepala desa, bagaimana anda melakukan hal ini tanpa perundingan dari kami?" Tanya laki-laki gendut itu. "Aku melakukan karena aku punya hak! Apakah kamu berani melawan ku" ucap laki-laki tua Bangka itu. "bagaimana jika aku berani? Dengan tangan ku sendiri, aku perintahkan sang kepala desa Sheen dari kerajaan ku untuk melepaskan jabatan" ucap Alycia tegas. "Hahaha, memang nya kau siapa?" Tanya nya. Alycia hanya tertawa sambil memperlihatkan lambang keluarga kerajaan nya.

"T-tuan putri" ucap mereka yang langsung menunduk di hadapan ku. "Hahaha, ternyata kau Alycia gadis desa yang tiba-tiba menjadi tuan putri itu, ternyata kau lebih sombong dan tak tau malu nya" ucap laki-laki tua tak tau malu itu. "Tutup mulutmu, dan serahkan gloof nya" ucap Alycia yang masih menahan marahnya. "Ha? Keluar kan mahluk aneh itu, aku ingin melihat bagaimana kau bisa mendapatkan nya" ucap si tua Bangka. Mahluk itu di taru di dalam kerangka besi, dan di gembok.

Alycia hanya tertawa, dan melemparkan tusuk rambut besinya. Seketika gembok itu terbuka, dan en pun berlari ke arah kawanan nya. "Begitu saja kau banggakan" ucap Alycia remeh. Gadis itu langsung pergi dari sana tanpa sepatah katapun.  "Pergilah lewat jalur tanah, jangan membawa malapetaka lagi bagi manusia" ucap Alycia. "Baiklah, aku akan kembali ke dunia ku. Alycia, terima kasih" ucap in. "Kakak adalah manusia terbaik, terimakasih" ucap ing, yang langsung melompat memeluk ku.

"Ehm.. terimakasih" ucap eng yang langsung pergi. "Dia memang tak bisa banyak bicara, terimakasih karena kau kami bisa tetap bersama" ucap en. "Kau en kan? Jagalah saudara mu dengan baik, jangan sampai tertangkap lagi" ucap Alycia, sambil mengelus mahluk itu.

"Ini untuk mu, alat ini bisa memanggil kami dan kami bisa melacak keberadaan mu jadi jika kau dalam bahaya atau kami merindukan mu.. kami bisa mencari mu" ucap en, dan pergi begitu saja. Ia memberikan ku sebuah kalung kristal berwarna ungu. Alycia hanya tersenyum dan melambai untuk kepergian mereka.

"Beraninya kalian melepaskan mahluk ku!" Ucap si tua Bangka. "Memangnya kenapa?" Tanya ku, dan berbalik badan. Seketika si kepala desa mulai berubah menjadi mahluk besar yang menyeramkan.

 Seketika si kepala desa mulai berubah menjadi mahluk besar yang menyeramkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ha? ヽ(。◕o◕。)ノ.
Kamu belum vote, comment, and follow aku nya? Itu aja belum apa lagi di share ಠ_ʖಠ
Ih~ kok belum sih(っ˘̩╭╮˘̩)っ, aku tunggu nya awas aja sampe belum.
See you next chapter ( ◜‿◝ )♡.

Alycia In A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang