[29] Penyihir dari Timur

31 3 0
                                    

Warning! For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■).
See you In the next chapter!

Tingkah nya seperti orang salah tingkah, di tambah wajah yang ia tutup-tutupi. Walaupun aku tak bisa melihat jelas wajah nya tapi aku tau, tangan itu berusaha menutupi nya. Alycia hanya tertawa melihat tingkah aneh itu. Ia baru tau bahwa daerah sensitif mahluk air, adalah ekornya.

Ia meninggalkan ku tanpa berkata apapun, kami langsung berenang ke arah yang benar. Ternyata itu hanya sebuah pembatas untuk para pelaut, dan bukan mahluk sihir. Hanya mahkluk sihir, dan orang-orang tertentu lah yang bisa melihatnya. Alycia bisa melihatnya karena lonceng pemberian Sea waktu itu.

Ketika aku sudah sampai di perbatasan, rasanya aku seperti menembus sesuatu. Awalnya agak sesak, tapi perlahan tubuh ku menyesuaikan nya. Mahluk nya pun beragam dan berbeda-beda, bukan hanya mahluk seperti.. "sebentar, nama mu siapa?" Ucap Alycia. Gadis itu langsung berbalik badan, dan perlahan melihat wajah mahluk itu. Ketika ia melewati perbatasan, cahaya di samping ku pun berubah aku bisa melihat sekitar dengan sangat jelas.

"Wah!" Teriak Alycia, yang tiba-tiba di hempaskan. "Cepat cari ramuan nya! Ku tunggu di sini!" Teriak nya dari dalam air. Sepertinya dia tertawa melihat ekspresi kaget ku tadi, dasar mahluk sialan. Untung tidak ada orang yang menatap ku aneh di sana. Mana ramai sekali, pasti aku di sangka gadis kucing air.

"Siapa dia? Baru pertama kali aku melihatnya" ucap seorang pedagang. "Aku tidak tau" ucap seseorang dengan topeng nya juga. Sepertinya ia seseorang yang punya banyak harta. Alycia masih bingung mencari laki-laki bernama Chengyi di tengah kerumunan pasar di pinggir pantai. Sepertinya banyak makanan menarik disini, dan perut ku juga menggerutu. Mungkin karena aku sudah berenang cukup lama, untung saja aku tidak pingsan.

Aku benar-benar terlihat seperti kucing kelaparan disini. "Kucing malang, apakah kau tak mempunyai pemilik?" Ucap seseorang mengganggu ku. Aku yang sedari tadi duduk di pojokan merasa sangat terganggu. "Diam lah, jika kau tak memberikanku makanan" ucap ku kesal. Seketika ia mengolok ku dengan sebuah ikan kecil yang sudah mulai membusuk. "Jauhkan benda menjijikkan itu!" Ucap Alycia.

"Hei, bukankah kucing makan ikan! Ini kuberikan" ucap bocah laki-laki itu. "Tapi kucing juga bisa mencakar seseorang loh" ucap Alycia, dengan pisau di tangan nya. "Gadis gila" ucap anak itu, aku hanya tersenyum pasrah ketika mengembalikan pisau pedagang itu. "Kau baru disini?" Tanya nya, ku sambut anggukan. "Bagaimana bisa kemari?" Tanya nya sambil memotong ikan-ikan itu.

"Berenang" ucap Alycia, sambil menghembuskan nafas panjang. "Ha? Memang nya ada apa dengan kedatangan mu kemari?" Tanya nya sekali lagi. "Jika aku menjawab nya apakah kau akan memberikan ku makanan, yang bisa ku makan nya bukan yang aneh-aneh" ucap Alycia, di sambut anggukan pedagang itu. "Aku manusia dari negeri sebelah yang menyebrang melintas samudera, berenang dengan mahluk yang bahkan aku gak tau namanya. Ia manusia setengah ikan" ucap Alycia, dengan tingkah lucunya.

Laki-laki itu sempat tertawa mendengar cerita ku. "Hahaha apa maksud mu merman" ucap pedagang kaki lima itu. "Iyaa mungkin, aku aja gak tau. Pokoknya kedatangan ku kemari mencari laki-laki yang memberikan lonceng emas ini." Lanjut Alycia. Seseorang yang menggunakan topeng tampak tau dari bentuk nya. "Nona.. nona, banyak sekali benda seperti ini di sini" ucap nya mematahkan semangat ku.

"Aduh~ pak, jangan mematahkan semangat ku dong aku udah berenang setengah hari nih. Bahkan kulit putih ku udah coklat pekat." Ucap Alycia, mengeluh. "Emang nya kenapa kau mencarinya?" Tanya laki-laki bertopeng. "Temanku eh bukan, maksudnya temannya dari teman ku memberikan lonceng ini lalu ia bilang mencari laki-laki untuk di nikahi" ucap Alycia, bercanda.

"Ha?" Ucap nya, yang hampir tersedak. "Heheh aku hanya bercanda, kau seperti laki-laki yang ku cari saja" lanjut ku. "Jika kau memberiku namanya mungkin aku tau, tak ada mahluk yang tak ku kenali di desa ini" ucap pedagang, dengan percaya dirinya. "Benarkah? Namanya Chen? Cein? Chan? Cheng.. Cheng Cai" Ucap Alycia. Laki-laki itu sedikit agak kesal dan memegang jidatnya lembut. "Sepertinya aku tak pernah mengenal nama itu" jawab pedagang itu.

"Katanya bapak tau semua mahluk disini, gimana sih?" Ucap Alycia, kesal. "Kekanakan" gumam laki-laki bertopeng dengan minuman nya. "Bu-bukan nya anda akan memberikan ku makanan setelah aku bercerita" lanjut nya. "Yasudah aku pergi dulu, pak" ucap laki-laki itu. Alycia sempat menengok ke arahnya, dengan tatapan polos. "Sampai jumpa, Chengyi" ucap pedagang itu.

Alycia yang masih menyeruput makanan pemberian pedagang itu terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu yang ia lupakan, lalu tak selang lama setelah laki-laki itu pergi. "Ihh bapak, itu yang saya maksud" ucap Alycia. Tak sempat ia menyelesaikan suapan terakhir nya, gadis itu bergegas mencari laki-laki itu kembali.

"Aku benar-benar bodoh, target di depan mata malah gak keliatan" ucap Alycia, sambil mengacak rambutnya. Gadis itu kembali berputar di daerah pasar itu. Kembali ketempat pedagang itu untuk meminta tempat tinggal gratis seperti nya gagal. Ia sudah kembali kerumahnya, karena malam datang. Gadis itu kembali seperti kucing gelandangan.

Bahkan sekarang dia mempunyai teman yang sedang makan ikan yang ia buang tadi. Ia berjongkok di tengah jalan tanpa ada yang memperdulikan nya kecuali kucing hitam di samping nya. Para pedagang yang berdagang di siang hari pun mulai berganti. Dengan para pedagang malam, ternyata pasar ini tak pernah tutup hanya para pedagang dan jualannya saja yang berganti siang dan malam.

Alycia seperti kucing kesepian menunggu ada yang mau menampung nya. "Sepertinya aku akan menjadi teman mu cukup lama, meong" ucap gadis itu pasrah. "Siapa bilang aku gelandangan, aku punya tuan tau" jawabnya. "Ha.. bahkan kucing bisa ngomong disini, eh bukan deng! punya tempat tinggal disini" ucap Alycia, sambil merengek. "Chimeng? Ayo pulang" ucap seorang laki-laki tinggi, dengan sepatu hitam tadi.

"Tuan mu, tidak bisakah menampung ku juga" ucapku memohon pada kucing itu. Alycia hanya menunduk pasrah seperti siap menjadi gelandangan. "Baiklah, akan ku tanyakan itu dia tuanku" ucap kucing itu. Aku yang merasa ada percikan harapan pun mendongak, tepat di depannya. Seperti topeng yang ku kenal, laki-laki itu berlutut untuk menyamakan tinggi nya dengan ku. "Gadis bodoh, kau juga ikut" ucap nya mengelus pipi ku.

Alycia langsung berdiri, dan membersihkan bajunya dengan penuh semangat. Tapi seketika kepala ku pusing, dan tak bisa menyeimbangkan diri. Dalam sekejap mata gadis bernama Alycia itu pingsan di pelukan Chengyi.

Apakah wajahnya sama sepertiku? Tampan, tapi mempunyai luka _Alycia Kingsleigh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah wajahnya sama sepertiku? Tampan, tapi mempunyai luka _Alycia Kingsleigh

Apakah wajahnya sama sepertiku? Tampan, tapi mempunyai luka _Alycia Kingsleigh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alycia In A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang