13. Amarah

34.7K 3.4K 20
                                    

Pukul 01.00 Ella baru saja sampai di rumahnya, dengan cara mengendap-ngendap dan juga pastinya melewati balkon kamarnya menggunakan kain panjang yang tadi digunakannya untuk turun.

Setelah berhasil masuk kamar, Ella pun pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian tidur.

Suara burung serta sinar matahari membuatnya membuka matanya. Dilihatnya jam pada nakas mejanya. Waktunya untuk dia bersiap-siap untuk bersekolah. Setelah selesai dengan persiapan, Ella turun, menuruni tangga menuju ke arah meja makan. Dari tangga Ella dapat melihat Papa serta Ibu tiri beserta saudara tirinya tengah makan bersama.

"Pagi Pa," sapanya dengan senyum mengembang. Namun saat melihat raut datar dari Lesham membuat Ella memudarkan senyumannya. Dia yakin pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan perubahan Papanya.

"Papa kenapa?"

"Semalam pulang jam berapa?" Pertanyaan Lesham seketika membuat Ella terdiam kaku. Apa Papanya kemarin mengetahui bahwa dia keluar rumah?

"Ma-Maksud Papa apa?" tanyanya sedikit gugup.

"Papa tanya, kemarin kamu pulang jam berapa hem!?" Sungguh, kini Ella merasa terimidasi oleh aura Lesham, dia jadi teringat akan aura Papanya Rocky, ketika sedang memarahinya. Yang dia rasakan persis seperti saat ini.

"P-pa, El-Ella ...." Belum sempat Ella menjawab, Lesham lebih dulu memotong ucapan dari Ella.

"KENAPA KAMU JADI BERUBAH GINI EL, PAPA GAK PERNAH AJARIN KAMU BUAT KELUYURAN MALAM MALAM!" teriak Lesham membuat Ella menunduk, berbeda dengan kedua orang yang tengah memperhatikan perdebatan ayah dan anak itu, merasa sangat senang. Mereka hanya menonton sambil makan, ibaratkan sebuah pertunjukan film bioskop yang sedang tayang.

"Maaf Pa, El salah," akunya.

"Papa gak ngerti lagi sama kamu El, selain sering keluar malam kali ini kamu benar-benar keterlaluan, kamu juga nyakitin Mama serta saudara tiri kamu sendiri!" cecar Lesham, membuat Ella mendongakkan kepalanya, dia menatap tajam ke arah dua orang yang sedang merasa di atas awan tersebut dengan kedua tangan yang mengepal kuat.

"DARI DULU, PAPA MEMANG GAK PERNAH MENGERTI ELLA. SEMENJAK PAPA LEBIH PERCAYA, SAMA JAlANG PAPA INI, KETIMBANG SAMA MAMA, PAPA UDAH BERUBAH DAN SEKARANG PAPA JUGA GAK PERCAYA SAMA ELLA, SAMA SEPERTI YANG PERNAH PAPA LAKUIN KEPADA MAMA!" jerit Ella, ucapannya barusan membuat Lesham tak bisa menahan amarahnya lagi, hingga melayangkan satu tamparan tepat di pipi sebelah kanan Ella.

"JAGA UCAPAN KAMU ELLA, BEGINIKAH KAMU BERBICARA DENGAN ORANG YANG LEBIH TUA? PAPA GAK PERNAH MENDIDIK KAMU BICARA KASAR SEPERTI ITU!" Setelah mengatakan itu Ella terkekeh sembari memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan dari Lesham. Ella berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis, tapi usahanya gagal. Meski Lesham bukan orang tua kandungnya, tapi rasanya ucapan Lesham kali ini membuat Ella merasakan sesak. Beginikah yang di rasakan oleh Ella dahulu?

Dengan sekuat tenaga Ella berbicara dengan tenang, tapi tetap saja terlihat jelas, tatapan raut kecewa di wajahnya. "Memang sejak kapan Papa pernah didik atau peduliin darah daging Papa sendiri? Yang Papa urus dan peduliin kan cuma mereka!"tunjuknya kepada ibu tiri dan saudara tirinya.

"Bahkan, Papa gak pernah tahu kan, kalo selama ini Ella menderita, kalo selama ini Ella ...." Belum sempat Ella mengucapkan kebenarannya, Lea sudah terlebih dahulu memotong ucapan Ella.

"Sudah Pa, jangan bertengkar lagi sama Ella. Kasihan Ella kamu marahi begitu," tutur Lea yang membuat Ella serasa mual mendengarnya.

"Cih, dasar ratu drama," gumamnya.

"Kamu lihat El, bahkan Mama kamu masih peduliin kamu!"

"Mama? Haha jangan bercanda! Mamaku gak lagi di sini dan mau sampai kapanpun dia bukan mamaku!" bentak Ella kemudian segera berlalu meninggalkan Papanya yang meneriaki namanya.

TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang