Selama beberapa hari, Ella berlatih bersama teman-teman sekelasnya untuk melancarkan acara ulang tahun sekolah.
Ella sangat fokus untuk berlatih, dirinya tidak ingin mengecewakan teman-temannya yang sudah berjuang dan mempersiapkan drama musical ini dengan sangat baik.
Selesai latihan gladih resik sore itu, Ella berjalan menuju gerbang sekolah. Sudah beberapa hari juga Ella datang dengan diantar kedua orang tuanya. Kata Lesham dan Sadira, mereka ingin merasakan rasanya mengantar anak mereka ke sekolah, meskipun itu sudah terlambat. Sudah lama sekali Sadira tidak dapat merasakan hal tersebut, oleh sebab itu Ella menyetujui permintaan kedua orang tuanya untuk mengantarkannya ke sekolah. Biarlah orang menganggapnya sebagai anak manja atau anak Mami-Papi, toh itu memang benar adanya, dia memang anak kedua orang tuanya. Ella tidak memperdulikan itu semua, yang penting orang tuanya merasa bahagia.
Biasanya jika Ella pulang, orang tuanya sudah menunggu di luar gerbang. Namun kali ini, kedua orang tuanya itu belum terlihat batang hidungnya. Tumben sekali, pikir Ella. Tidak lama kemudian, suara deru motor mendekat ke arahnya dengan suara klakson seperti memanggil dirinya.
Tin tin tin.
Karna tidak ingin terlalu GR, Ella tidak memperdulikan suara klakson tersebut, hingga motor tersebut tiba-tiba berhenti tepat di depannya.
"Naik!" ucap orang tersebut, membuat Ella mengerutkan keningnya pertanda bingung, tak mengerti apa yang dimaksud orang tersebut.
"Malah bengong lagi," ucap orang tersebut sembari melepas helm full facenya, kemudian turun dari atas motor dan menghampiri Ella.
"Lo ngomong sama gue? " ucapnya yang masih bingung.
"Orang tua lo gak bakalan datang, udah naik buruan, ikut gue, tadi gue udah ijin juga sama Papa Mertua dan dia udah setuju dan ngasih restu," tutur orang tersebut membuat Ella melongo, apa tadi dia bilang? papa Mertua. Restu? Restu apa coba!
"Hah?"
"Lama!" ucapnya kemudian mengendong Ella ala bridal style, membuat Ella terpekik kaget dan tanpa sadar mengalungkan tangannya di leher Morgan. Morgan mendudukan Ella, menghadap kiri motornya dan memakaikan helm di kepala Ella. Jangan ditanya Ella seperti apa, dia masih diam dan bingung memandang ke arah Morgan dengan rasa terkejutnya.
"Udah?" tanya Morgan yang menyadarkan Ella dari keterkejutannya.
"Hah?"
"Dari tadi hah, hah, hah, mulu," ucap Morgan geleng-geleng kepala.
"Gue masih gak ngerti!" jawab Ella yang masih dengan raut kebingunggannya. Entahlah, apa yang kini dirasakan Ella, kenapa dia bersikap seolah seperti orang linglung yang tidak mengerti apa-apa.
"Ck, yaudah turun dulu, gue mau naik motor gue."
"Terus ngapain lo gendong gue, terus dudukin gue ke motor lo, kalo ujung-ujungnya lo nyuruh gue turun!" pekik Ella yang tersadar sepenuhnya dari kebingungannya.
"Ya pengen aja." Mendengar jawaban Morgan membuat Ella berdecak tak suka. Tapi tak urung Ella turun dengan muka yang cemberut dan hati yang dongkol, membuat Morgan tersenyum melihatnya.
"Sini naik! Gue pegangin, gak usah cemberut gitu, sengaja apa, di maju-majuin gitu, supaya bisa gue cium?" goda Morgan dengan senyum smirknya.
"Ck, dasar bocah," gerutu Ella kemudian naik motor Morgan dengan kasar.
"Bocah, kok teriak Bocah." Enggan menanggapi ucapan Morgan, Ella pun duduk diam dengan tangan dilipat di depan dada.
"Pegangan!" pinta Morgan setelah menggunakan helmnya. Ella hanya mendengar tanpa melakukan apa yang dikatakan Morgan. Dia masih sangat kesal jika harus berurusan sama Bocah satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]
Jugendliteratur❗FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Transmigration? Apa yang akan orang pikirkan tentang Transmigrasi? Siapa yang menyangka jika seorang gadis yang menyandang gelar Queen Racing bisa bertransmigrasi ke tubuh seseorang Upik Abu yang sayangnya memiliki Ibu...