44. Salah Paham

11.7K 972 22
                                    

Setelah mendapatkan sebuah pesan yang masuk ke dalam ponselnya, Ella bergegas untuk segera pergi dan menghampiri orang tersebut.

Keluar, gue mau ngomong sama lo! Gue udah di depan sekolah lo!

Ella tak ingin lagi ada kesalah pahaman antara dirinya dan Morgan. Apalagi melihat jika ada seorang laki-laki yang tengah menunggunya. Oleh sebab itu, Ella bergegas pergi, bahkan di saat bel pulang sekolah belum berbunyi. Untung saja guru yang mengajar di pelajaran terakhir sudah pamit pergi duluan.

"Mau ke mana El?" tanya Luna yang melihat aneh ke arah Ella, tak biasanya sahabatnya ini terburu-buru untuk pulang.

"Gue ada perlu, ada urusan penting. gue duluan." Setelah mengatakan hal tersebut, Ella pun bergegas pergi.

Dia akan segera mengakhiri drama Upik Abunya ini dan semua akan kembali normal.

Saat di depan gerbang, Ella bergegas menghampiri seseorang yang sudah menunggu dirinya sejak tadi.

"Lo ngapain sih ke sini!" ucap ketus Ella.

"Datang-datang bukannya salam malah nyolot duluan."

"Assalammualaikum, bukannya lo yang nyolot duluan di chat. Lo ngapain sih pakek ke sini segala?"

"Yaelah Buk, gak sabaran amat sih."

"Gue bukan orang sabar. Lo sendiri gak jawab salam gue"

"Waalaikumsalam, pengen banget dijawab salamnya. Sekalian aja nih salim dulu sekali-kali belajar jadi calon Istri yang baik." 'Sekali kali belajar jadi calon istri yang baik' kata-kata yang sama tapi diucapkan oleh orang yang berbeda. Ucapan tersebut terngiang-ngiang kembali diinggatan Ella. Kenangan bersama Morgan sewaktu dirinya di kantin.

"Males banget, ngapain sih lo ke sini."

"Naik dulu, ada yang pengen gue omongin."

"Udah ya Pangeran. Berhenti buat mainin gue. Lagian identitas gue sebagai Queen juga udah terbongkar. Jadi gak perlu ada drama-drama lagi," tegas Ella sembari berkacak pinggang, membuat Rigel terkekeh.

"Meskipun identitas lo udah terbongkar, gue tetep Pangeran buat lo dan bagi gue lo tetep jadi Upik Abunya, Rigel. Sekarang naik, ikut gue. Gue mau nunjukin sesuatu ke elo."

"Gak bisa dan gak mau. Lo kapan sih berhenti gangguin hidup gue." Kesal Ella sembari menatap malas ke arah Rigel.

"Oke-oke, gue bakal berhenti gangguin lo. Tapi ada syaratnya, lo sekarang harus ikut gue."

"Gue bawa motor!"

"Biarin aja di sini. Gak bakalan ilang juga."

"Enak aja, meskipun gak bakal ilang, tapi kalo tuh motor sendirian, kan ya kasihan."

"Udah gak usah banyak alasan. Lo aja gak kasihan lihat gue sendirian, pakek bawa-bawa nama motor lo buat alasan. Cepet naik, atau lo mau gue gendong dulu baru mau naik?" ucapan Rigel tersebut kembali membuat dirinya teringat kenangan indah bersama Morgan saat pertama kalinya dirinya pergi jalan bersama Morgan.

"Naik," ucap orang tersebut membuat Ella mengerutkan keningnya pertanda bingung tak mengerti apa yang dimaksud orang tersebut.

"Malah bengong lagi,"ucap orang tersebut sembari melepas helm full facenya, kemudian turun dari motor dan menghampiri dirinya.

"Lo ngomong sama gue?" tanyanya yang masih bingung.

"Orang tua lo gak bakalan datang, udah naik buruan ikut gue, tadi gue udah izin juga sama Papa mertua dan dia udah setuju dan ngasih restu," ucap orang tersebut membuat Ella melongo apa tadi dia bilang Papa mertua. Restu? Restu apa coba.

"Hah?"

"Lama," ucapnya kemudian mengendong Ella ala bridal style membuat Ella terpekik kaget dan tanpa sadar mengalungkan tangannya di leher Morgan. Morgan mendudukan Ella menghadap kiri motornya dan memakaikan helm di kepala Ella. Jangan ditanya Ella seperti apa dia masih diam dan bingung memandang Morgan dari rasa keterkejutannya.

Melihat Ella yang masih melamun, akhirnya Rigel pun mengendong Ella dan mendudukan Ella menghadap kiri motornya tak lupa memakaikan helm di kepala Ella. Jangan ditanya reaksi Ella seperti apa, dia seakan merasakan dejavu melakukan hal yang sama, seperti apa yang dulu dilakukan Morgan terhadapnya.

Sedangkan di sebrang sana Morgan memandang ke arah mereka berdua dengan rahang yang mengeras dan mata yang memerah.

"Ternyata gue salah, karna ingin memperbaiki hubungan ini, sedangkan lo di sana sudah bahagia bersama orang lain," gumam Morgan yang masih menatap lekat orang yang dicintainya itu kini telah bersama dengan orang lain.

"Apaan sih lo Gel! main gendong aja, emang gue ini karung! Lo gak lihat apa di sini itu udah banyak murid pulang, kalo gue digosipin aneh-aneh gimana?!" ucap Ella saat sadar dari rasa keterkejutannya.

"Lo lama, lo gak perlu dengerin omongan orang lain. Kalo lo merasa gak enak, gue bakal tanggung jawab kok," ujar Rigel dengan kedipan sebelah matanya.

"Ngomong apaan sih lo." Ella melihat sekeliling yang terlihat begitu ramai karna semua murid berbondong-bondong untuk segera pulang ke rumah. Banyak pasang mata yang memandang ke arahnya dengan tatapan tak suka, tapi dirinya tak peduli itu semua. Saat dirinya kembali menatap sekelililingnya, matanya berhenti di satu titik yang membuat dadanya terasa nyeri seketika.

Satu orang yang tengah berdiri di dekat gerbang sekolah, sedang memandang ke arahnya dengan raut tatapan penuh kecewa. Seolah kini Ella sedang ketahuan selingkuh.

Hal yang ditakutkan oleh Ella akhirnya terjadi. Kesalah pahaman ini akhirnya semakin lama semakin bertambah. Sekarang Ella tak punya banyak waktu untuk pergi dan menjelaskan semuanya dengan Rigel, karna di sana Morgan sudah pergi menjauhi dirinya dengan raut wajah terluka. Saat ingin mengejarnya tangan seseorang menahannya.

"Mau ke mana? Ayo naik, ngapain turun."

"Rigel plis, lo ngomong aja di sini, ada hal yang lebih penting yang harus gue atasi dan gue gak bisa pergi sekarang sama lo."

"El aku gk bisa ngomong di sini."

"Rigel Pliss, gue juga gak bisa pergi untuk saat ini. Ada hal yang lebih penting dari pada ini. Tolong ngertiin gue," ucap Ella dengan wajah sendunya, membuat Rigel perlahan melepaskan genggaman tangannya.

"Apa karna laki-laki tadi? Apa dia lebih penting dari urusan kita?" tanya Rigel dengan mengeraskan rahangnya. Sedari tadi Rigel memang memperhatikan Ella, ke mana arah mata Ella memandang, saat pandangan jatuh kepada seorang laki-laki, Rigel pun akhirnya tahu, siapa laki-laki tersebut.

"Rigel plis, sekali aja ngertiin gue, dia memang lebih penting dari segalanya. Urusan kita cuma sebatas Upik Abu dan majikan, gak lebih dari itu, dan hari ini gue ingin menyudahi semuanya. Gue udah gak peduli lagi sama identitas gue, karna cepat atau lambat dunia bakal mengetahuinya."

"Bahkan lo nolak gue sebelum gue nyatain cinta ke lo," ucap Rigel dengan kekehannya, namun matanya memancarkan raut kecewa.

"Maaf Gel, tapi gue harus pergi sekarang."

"Gue ke sini cuma mau ngasih tahu kalau kemarin anggota lo udah nyerang markas gue, tapi anehnya ada anggota lo yang lain yang udah ikut nolong kita," tutur Rigel membuat Ella ikut merasakan kesedihan yang tengah dirasakan oleh Rigel. Rigel berkata seperti itu memang benar adanya, tapi sebenarnya dia ingin mengatakan hal yang lainnya juga. Tapi melihat respon dari Ella, Rigel tidak bisa lagi mengatakannya.

"Yang nyerang lo bukan lagi anggota Hell Angel, dan yang nyelametin lo itulah yang anggota Hell Angel. Mereka para musuh menggunakan identitas Hell Angel hanya untuk menjatuhkan Hell Angel. Maaf jika gang kita udah buat masalah untuk gng lo," ucap Ella dengan tulus.

"Dan maaf juga untuk yang tadi. Sekarang gue benar-benar harus pergi," lanjut Ella menatap lekat ke arah Rigel.

"Baik, semua emang udah selesai. Gue lepasin lo. Gue gak bisa maksain lagi hati seseorang untuk lebih memilih gue. Mulai hari ini lo bukan lagi Upik Abunya Rigel. Lo bebas."

"Sekali lagi maaf dan terima kasih," ucap Ella kemudian pergi meninggalkan Rigel demi mengejar cintanya.

Untuk pertama kalinya seorang Rigel ditolak oleh seorang wanita, dan untuk pertama kalinya Rigel merasakan sakit yang luar biasa hanya karna Cinta. Ahh bukan, cinta gak pernah salah dalam hal ini. Tapi kitalah yang salah karna telah menaruh harapan lebih terhadap seseorang yang kita cintai, pada nyatanya harapan itulah yang membuat kita merasa kecewa. Oleh sebab itu, manusia diingatkan agar tidak menaruh harapan lebih terhadap sesama manusia, agar jika harapan itu tidak bisa terwujud, kita tidak perlu merasakan sakit yang luar biasa.

Ella berlari untuk mencari keberadaan Morgan. Dia ingin mengatakan segalanya. Dia tidak ingin lagi ada hal yang ditutup-tutupi.
Dia harus memperbaiki ini semua sebelum jarak dan kesalahan pahaman semakin menjauhkannya.

Dengan berlari sekuat tenaga mencari ke sana dan kemari. Pikirannya melayang kembali ke tempat di mana dulu dirinya bertemu untuk pertama kalinya. Ya benar, tujuannya saat ini hanyalah Taman Belakang Sekolah. Semoga saja dia bisa dipertemukan kembali di sana.

****BERSAMBUNG****

TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang