41. Pengkhianat

13.8K 1.2K 55
                                    

Seperti biasa, hari ini Ella berangkat ke sekolahnya bersama dengan Morgan dengan muka yang masih mengantuk. Dirinya berusaha agar Morgan tak mencurigai dan menanyakan macam-macam tentang kenapa dirinya terlihat masih mengantuk, padahal dia kemarin sudah pamit tidur sedari pukul 8 malam.

Sesampainya di sekolah, seperti biasa Morgan akan mengantarkannya sampai di depan kelas.

Setelah memasuki ruangan kelas, tanpa memperdulikan teman-temannya yang menyapa dirinya, Ella pun menidurkan kepalanya di atas meja, kali ini dia hanya ingin satu hal yaitu tidur.

"Datang-datang udah molor aja nih anak, kenape lo habis maraton nonton drama?" tanya Luna yang melihat sahabatnya ini merebahkan kepalanya di atas meja.

"Enggak, pelajaran pertama apa?" tanya Ella mengalihkan pembicaraan Luna.

"Matematika." Mendengar ucapan Luna, Ella mendesah tak suka. Apalagi guru matematika di sekolahnya ini terkenal killer.

"Lo ijinin gue ke uks ya, gue ngantuk mau tidur," ucap Ella yang langsung meninggalkan kelas tanpa perduli reaksi Luna.

"Niat sekolah gak sih, baru aja masuk, eh, udah ngibrit aja tuh anak," gumam luna sembari menggelengkan kepala.

Tujuan Ella kali ini adalah uks. Namun saat melihat di depan uks ada Bu Indira yang terkenal cerewet, akhirnya Ella memutuskan untuk berbalik arah menuju rooftop.

Saat tiba di sana, Ella langsung duduk di sofa tempat di mana biasanya Morgan tidur.

"Memang benar, tidur di sini sangat terasa nyaman. Apalagi angin sepoi-sepoi yang menambah ketenangan dan kesejukan hati. Pantes aja, Morgan betah tidur tiduran di sini. Mungkin rooftop bakalan menjadi tempat favoritku," gumam Ella sembari membaringkan tubuhnya di atas sofa dan mulai memejamkan matanya untuk menuju ke alam mimpinya.

Berapa lama Ella tertidur? Dirinya tak mengingatnya. Yang dia rasakan adalah tubuh yang kembali segar setelah mengistirahatkan tubuhnya. Saat membuka matanya, suasana sekolah terlihat begitu sepi. Ella yang melihat dari tepi rooftop mengernyit heran, tumben sekali di jam seperti ini sekolah sudah terlihat sepi. Tak ada satupun siswa-siswi yang terlihat berkeliaran. Namun, saat netranya melihat ke arah gerbang sekolah, dirinya melihat segerombol orang memakai pakaian hitam dan tertutup masker dan jangan lupakan identitas hell angel yang sedang dikenakannya. Belum sempat dia berpikir, suara dering ponsel berhasil mengalihkan atensinya.

"Halo El, lo di mana? Gue udah nyari lo di uks tadi gak ada. Lo gapapa kan?" tanya Luna dengan suara yang terlihat begitu panik.

"Tenangin diri lo dulu deh, Lun. Gue gapapa dan buat apa lo nyari gue?" tanya Ella kepada Luna.

"Ya ampun El, sekarang coba jawab pertanyaan gue dulu deh, lo di mana?"

"Rooftop sekolah."

"What! Lo gak berjanda kan El? Ngapain lo di situ? Lo gatau apa kalo sekolah kita diserang dan semua murid dipulangkan terlebih dahulu. Gue udah panik nyari lo, tapi lo malah di rooftop. Ngapain sih lo di sana?"

"Tidur," jawab Ella enteng membuat teriakan suara di sebrang sana.

"What the ... jangan bilang lo gak denger pengumuman? Terus lo gimana pulangnya, lo gak takut apa? Kok lo malah kelihatan tenang gitu sih El, ya ampun, gue di sini udah berasa kena serangan jantung mendadak."

"Udah, udah Lun, gak usah lebay, gue gapapa, lo tenang aja, yaudah gue tutup bye."

"Tapi ...." Belum sempat Luna melanjutkan ucapannya, Ella sudah terlebih dahulu menutup panggilannya.

"Huft, bisa-bisa budeg kuping gue denger Luna nyerocos terus kayak Bebek," gerutu Ella.

Sekarang fokus Ella kembali terahli oleh segerombol orang berbaju hitam yang tengah berkelahi dengan anggota Black Carlos.

"Ck, mau buat anggota gang di dunia ini membenci Hell Angel ya. Kayaknya gue memang harus terpaksa bongkar identitas gue di depan gang Black Carlos," ucap Ella dengan senyum smirknya. Ada sedikit keraguan dalam hatinya, bagaimana nanti respon Morgan terhadapnya.

Ella pun menelpon seseorang di sebrang sana. Saat sudah menyelesaikan percakapannya, Ella turun dari rooftop untuk menuju gerbang sekolah. Dirinya ingin melihat secara lansung muka-muka orang yang sudah berkhianat dan juga menggunakan identitas Hell Angel untuk hal rendahan.

"Pak, lebih baik Bapak satpam ke dalam ruangan Bapak aja," ucap Ella kepada seorang satpam yang berjaga di balik gerbang.

"Tapi, di depan sedang ada tawuran, Bapak harus jaga gerbang ini agar tidak ada yang berani merusak fasilitas sekolah," ucap Satpam tersebut.

"Bapak tenang aja, kalo ada kerusakan, biar saya yang bertanggung jawab. Sekarang Bapak kasih saya kunci gerbang ini," ucap Ella dingin membuat Satpam tersebut mau tak mau menyerahkan kunci gerbang tersebut.

Ella pun kembali menelpon seseorang di sebrang sana.

"Gimana?"

"Udah siap, tinggal nunggu perintah dari Queen."

"Okey, lo perhatikan aba-aba dari gue."

Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Ella membuka gerbang sekolah tersebut.

Gerbang yang terbuka, membuat beberapa orang menoleh melihat ke arahnya. Melihat sosok yang berdiri di depan gerbang tersebut, membuat pergerakan orang-orang yang memakai identitas Hell Angel, menjadi sedikit kaku. Bahkan beberapa dari mereka, menghentikan perkelahian tersebut, membuat yang lainnya pun ikut menghentikan perkelahian tersebut.

Dengan senyum smirknya, Ella berjalan di tengah-tengah perkelahian antara dua kubu tersebut. Ella memperhatikan orang-orang tersebut dengan kepala yang mengangguk-angguk, membuat semua yang berada di sana mengernyitkan keningnya heran, melihat kehadiran Ella di tengah-tengah perkelahian tersebut.

"El kamu ngapain di sini? Kenapa belum pulang?" tanya Morgan yang terlihat begitu cemas dan tekejut. Namun ditanggapi Ella dengan mengangkat sebelah tangannya, membuat Morgan berhenti mendekatinya.

Suasana yang tadinya semangat, dengan suara perkelahian dua kubu tersebut, kini mendadak menjadi hening dan mencengkram.

"Kalian tahu kan apa akibatnya kalau jadi pengkhianat!" seru Ella dingin membuat para pengkhianat di sana kembali menelan ludahnya kasar.

"El apa maksud kamu?" tanya Morgan dengan raut wajah kebingungan, yang tak ditanggapi oleh Ella.

"Hanya dengan melihat muka-muka kalian yang tertutup ini, kalian pikir gue gak bakalan ngenalin kalian!" ucap Ella yang diakhiri dengan kekehan, yang semakin membuat bulu kuduk mereka meremang.

"Siapa lo berani-beraninya ngelawan Hell Angel!" ucap salah satu orang membuat Ella terkekeh seketika. Ella mengalihkan pandangan ke arah orang tersebut sembari bertepuk tangan dengan mata yang menatap lekat seakan ingin menghunus orang tersebut.

"Wah, wah, wah ... coba lihat siapa ini yang jadi pahlawan kesiangan. Gue salut sama keberanian lo Fino." Ucapan Ella kali ini membuat seseorang yang tadi dipanggilnya Fino, mematung di tempatnya.

"Lo beneran gak ngenalin gue? Padahal gue ngenalin kalian semua loh. Duhh, sedihnya gue karena gak dianggap dan gak dikenal," ucap Ella pura-pura bersedih. Namun setelah mengakhiri ucapannya ini, gelak tawa suara Ella terdengar keras, apalagi suasana hening yang seakan mendukung tawa tersebut agar terdengar semakin mengerikan.

"Tapi setelah ini, gue yakin dan bisa pastiin, kalo lo gak bakalan lupa lagi dan bakal ngenalin siapa gue."

"Priiwiet." Ella membuat suara siulan dari mulutnya membuat beberapa anggota Hell Angel mengepung anggota yang berkhianat, hal tersebut membuat anggota Black Carlos mundur dari area pertarungan karna tahu bahwa mereka tidak ikut serta dalam permasalahan yang dihadapi gang Hells Angel tersebut. Meskipun di benak mereka bertanya-tanya, tapi mereka terpaksa harus menepi dan menjauh dari area mencengkramkan tersebut.

"Apa lo udah inget siapa gue?" tanya Ella dengan senyum smirknya.

Orang itu mematung, dia tahu benar, siapa cewek di depannya ini. Orang yang berbeda tapi mempunyai aura yang sama. Namun, buru-buru Fino mengenyahkan pikirannya tersebut. Gak mungkin orang yang udah meninggal bisa hidup lagi. begitu pikirnya membuat nyali yang tadi menciut seketika bangkit lagi.

Gelak tawa mulai terdengar dari bibir Fino.

"Orang yang udah mati, gak bakalan bisa hidup lagi. Siapa lo udah berani mengacaukan semuanya?" seru Fino sembari terkekeh.

"Well, lo gak perlu tahu siapa gue. Yang cukup lo tahu adalah seorang pengkhianat gak bakalan bisa lagi pergi dari tempat ini dengan selamat."

"Sialan, gue bakalan ngancurin hidup lo," umpat Fino kepada Ella.

"Sebelum lo bisa hancurin gue, gue yang terlebih dahulu bakalan hancurin hidup lo, beserta keluarga lo. Lo gak lupa kan sumpah dan janji Hell Angel saat pertama kali bergabung menjadi anggota?" ucap Ella dengan jeda beberapa saat.

"PENGKHIANAT SAMA DENGAN PENJAHAT DAN PENJAHAT TIDAK AKAN PERNAH SELAMAT DUNIA AKHIRAT!" teriak Ella membuat beberapa orang yang berada di sana merasakan ketakutan luar biasa.

"Bawa mereka semua ke markas. Jangan biarkan salah satu dari mereka berhasil lepas," titah Ella yang diangguki anggotanya. Akhirnya terjadilah pertarungan singkat yang tentu saja dimenangkan oleh kubu Ella.

Setelah para anggota pergi pamit meninggalkan Ella sendirian, di situlah Ella sadar bahwa ada seseorang yang sedari tadi menunggunya untuk meminta sebuah penjelasan.


****BERSAMBUNG****

.

.

.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣

TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang