Ella pulang dengan bersenandung pelan. Dirinya begitu sangat bahagia, bagaimana tidak, dia berhasil memenangkan balapan itu dengan membawa banyak uang, yah, meskipun selisih beberapa detik saja dari Morgan, disusul dengan Rigel, Kevin, dan yang terakhir Kenzo.
"Gimana hasilnya?" Suara seseorang menghentikan langkah kaki Ella. Ella tersenyum lebar dan berjalan mendekat ke arah orang tersebut dan memeluknya dengan erat.
"Kalo dilihat dari Ekspresinya sih, udah kelihatan sih, pasti menang."
"Papa bener bangett sih, Queen Papa ini bawa kemenangan, Papa bangga nggak punya anak macam ini?"
"Bangga dong, Sayang," ujar Lesham dengan memberikan ciuman singkat di kening anaknya, membuat Ella tersenyum senang.
"Yaudah gih, pergi tidur, besok masih sekolah kan?"
"Iya Pa, oh, iya, Ella hampir aja lupa. Sabtu depan Ella mau ke Jakarta Pa, soalnya ada urusan mendesak. Doain Ella biar cepet nemuin Mama ya Pa."
"Iya Sayang, Papa pasti akan selalu doain kamu."
"Gimana keadaan Lea dan Friska, Pa?"
"Sangat menyedihkan ...," ucapnya dengan senyum smirk. "Mereka harus membayar, apa yang udah mereka perbuat," sambung Lesham sembari mengelus puncak kepala Ella.
"Ya harus donk Pa, mereka harus ngerasain apa yang udah Ella rasain. Malah lebih bagus, jika mereka harus ngerasain lebih dari yang pernah Ella rasain. Ella balik duli ke kamar ya Pa?!" pamitnya dengan senyum yang lebar
"Iya , nice dream, Sayang," jawab Lesham yang diangguki oleh Ella.
Pagi hari ini Ella bangun kesiangan, akibat balapan kemarin malam dia tidak bisa tidur hingga subuh datang.
Entah apa yang telah diminum atau dimakan Ella, hingga membuat matanya terjaga semalaman. Akhirnya hal tersebut dimanfaatkan Ella untuk bermain game di ponselnya, tanpa sadar, waktu sudah beranjak pagi. Ella yang hendak tidur, harus mengurungkan niatnya, karna melihat waktu yang menunjukan subuh, Ella pun memutuskan akan melaksanakan terlebih dahulu kewajibannya dan berencana akan tidur sebentar saja karna matanya sudah terasa sangat berat. Hal tersebut tentu saja membuat Ella harus bangun kesiangan.
Dengan cepat, Ella melajukan Motornya seperti orang kesetanan. berbagai macam umpatan-umpatan dari pengguna jalan lainnya, tidak ia pedulikan. Akhirnya, Ella tiba dibdepan gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat.
Ella menghela napas beratnya. Jika dia datang dari depan, otomatis dirinya akan mendapatkan hukuman. Akhirnya Ella memakirkan motornya di warung tempat tongkrongan anggota gang Black Carlos. Di sana Ella menitipkan motornya itu kepada wanita paruh baya yang menjaga warung tersebut. Ella berjalan ke arah belakang sekolahnya, untuk mencari jalan agar dapat masuk ke dalam sekolah tersebut.
Namun sial, Ella tak menemukan apapun untuk membuat dirinya bisa memanjat dinding tinggi tersebut.
"Masa iya gue harus bolos," gumam Ella sembari menghela napas berat.
Akhirnya Ella memutuskan untuk kembali ke warung tersebut.
"Kenapa Neng kok balik lagi?"
"Iya Bu, gak ada cara buat manjat dinding," jujur Ella.
"Ohh, Neng mau manjat kayak anak-anak yang biasanya nongkrong di sini?"
"Eh, manjat?"
"Iya, biasanya anak-anak di sini suka telat, terus manjat dinding deh."
Sedikit penasaran Ella akhirnya kembali bertanya, "Emang biasanya manjatnya pakai apa Bu?"
"Itu kan ada tangga bambu di samping rumah Ibu, kamu pakai aja, soalnya tadi gak ada yang makek." Mendengar ucapan wanita paruh baya tersebut, membuat binar di mata Ella.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]
Teen Fiction❗FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Transmigration? Apa yang akan orang pikirkan tentang Transmigrasi? Siapa yang menyangka jika seorang gadis yang menyandang gelar Queen Racing bisa bertransmigrasi ke tubuh seseorang Upik Abu yang sayangnya memiliki Ibu...