Gerald berjalan untuk mendekati Morgan yang kini tengah berbaring di atas sofa Rofftop. Gerald sebenarnya tak ingin untuk ikut campur dalam masalah mereka berdua. tapi mau bagaimana lagi, melihat sahabatnya yang kini begitu kacau, membuatnya menjadi tidak tega.
"Lo boleh cerita ke gue. Kalau punya masalah, jangan lo pendam sendiri. Lo juga masih punya sahabat yang bisa lo jadiin tempat untuk berbagi beban lo," tutur Gerald membuat Morgan mengghela napasnya kasar. Sedangkan Gendy dan Rendy yang biasanya suka bercanda pun bisa mendadak menjadi orang bijak yang seakan mengerti situasi dan kondisi sahabatnya.
"Bener, kita ini sahabat. Mungkin kita gak bakalan bisa buat masalah lo pergi. Tapi setidaknya kita gak akan pernah pergi, di saat lo menghadapi masalah," ucap Gendy.
"Kita sahabatan udah dari dulu. Jika lo jatuh gue orang pertama yang bakal bantuin lo. Setelahnya gue bakalan tertawa," lanjut Rendy yang berusaha untuk mencairkan suasana yang dibalas tawa lainnya. Sedangkan Morgan mendengus ke arahnya.
"Tiba-tiba aja nih curut, jadi orang bijak. Tapi apa yang dikatakan memang bener. Kita udah sahabatan sejak lama dan kita akan selalu bareng dan gak bakal ninggalin lo. Semoga kita bisa sahabatan sampai tua nanti, sampai kita pikun, sampai kita mati dan kita dipertemukan kembali menjadi sahabat sejati," celetuk Gerald membuat mereka tersenyum senang dan membuat Morgan mulai bangun dari tidurnya untuk menghampiri ketiga sahabatnya dan berpelukan bersama, macam teletubbies.
"Tapi yang buat gue gak ngerti, lo dapat kata-kata bijak itu dari mana?" tanya Gerald disela-sela pelukannya, sembari menatap ke arah Rendy dan Gendy secara bergantian.
"Heheh dari Mbah gue," jawab Rendy cengengesan.
"Kalo lo?" tanyanya menunjuk ke Gendy dengan dagunya.
"Sama, dari Mbah gue juga," jawab Gendy
"Jangan bilang kalo mbah lo pada, orang yang sama?" ucap Gerald.
"Lah siapa yang ngomong Mbahku orang?" jawab mereka kompak membuat Morgan dan Gerald mengerutkan dahinya tak mengerti.
"Terus kalo bukan orang?" Gendy dan Rendy saling berpandngan seolah sedang berbicara lewat telepati.
"Mbah Google, hahaha ...," jawab Gendy dan Rendy bersamaan diiringi dengan tawa keduanya yang membuat Morgan dan Gerald mau tak mau juga ikut tertawa.
Mungkin inilah gunanya punya sahabat. Ada di saat susah maupun senang. Mungkin dengan bercerita juga, kita bisa lebih merasa lega.
"Jadi gimana? Lo masih mau diam dan bebanin diri lo sendiri atau lebih milih buat berbagi beban dengan kita?" tanya Gerald membuat Morgan tersenyum.
"Gue ingin berbagi beban ini dengan kalian." Akhirnya Morgan pun memutuskan untuk berbagi beban masalah kepada para sahabatnya.
"Gue dan Ella sedang break," ucap Morgan membuat ketiga temannya itu kaget sesaat. Namun tetap diam membiarkan Morgan untuk melanjutkan ceritanya.
"Entah terlalu pintarnya Ella nyembunyiin ini semua dari gue, atau memang karena gue yang terlalu bodoh karna terlalu mencintai dan percaya kepada seorang wanita. Ternyata Ella selama ini adalah seorang Queen Racing Hell Angel. Hampir 3 tahun kita bareng-bareng, tapi dia tetap memilih untuk diam. Bahkan kalau tidak ada tawuran kemarin, mungkin gue juga gak bakalan tahu kebenarannya seperti apa. Gue gak marah, gue hanya kecewa. Apa selama ini Ella pura-pura jadi orang lemah? Pura-pura jadi orang culun? Atau pura-pura jadi orang bodoh? Biar bisa dapat empati dari gue?" tanya Morgan dengan menghela napas kasar.
Ketiga temannya itu diam membisu, kini mereka tahu alasan kenapa Morgan begitu kacau hari ini.
Gerald pun menepuk pundak Morgan berusaha untuk menenangkannya.
"Gue di sini gak mau dukung siapapun, karna di sini keduanya salah. Di sini Ella juga salah karna gak bisa jujur sedari awal dari lo dan lo juga salah karna memutuskan hubungan sepihak lo, sebelum Ella ngejelasin semuanya. Ella pasti punya alasan kenapa dia ngelakuin ini semua. Inget Gan, semua orang juga butuh privacy dirinya sendiri.Mungkin Ella belum siap buat nyeritain ini semua ke lo, karna dia takut kehilangan lo seperti saat ini lo ninggalin dia."
"Gue harap lo paham apa yang gue omongin. Lo hanya butuh waktu untuk bicara dan mendengarkan. Bukan waktu untuk menghentikan hubungan lo, yang mana bisa lo sesali seumur hidup lo. inget juga Ella sekarang sama dulu itu beda. Ella sekarang cantik udah banyak yang suka. Jika mereka tahu lo sama Ella break, apalagi kalau breaknya terlalu lama, siap-siap aja lo buat kehilangan Ella," sambung Gerald berusaha memancing emosi Morgan agar mau untuk menyelesaikan masalahnya dengan Ella dan kembali berbaikan seperti semula.
Gerald tahu jika Morgan sudah terlalu bucin dengan Ella. Dan di saat dirinya berkata, jika dia bisa aja kehilangan Ella, itu hanya untuk mengompor-ngompori saja dan benar saja, terlihat raut tegang bercampur amarah di wajah seorang Morgan.
"Bener tuh yang diomongin Gerald. Gue pun juga mau kali kalo nikung, apalagi lo sama Ella kan lagi break," celetuk Rendy yang mendapatkan tatapan tajam dari Morgan.
"Lo bener Ger, mungkin gue yang salah karna gak mau dengerin penjelasannya dulu dan gue terlalu maksa dia buat mengatakan privacynya. Mungkin benar kata lo, gue perlu bicara dan mendengarkan. Thanks sarannya," ucap Morgan sembari menepuk pundak Gerald dan tersenyum kembali.
"Dalam persahabatan tidak ada kata Terima kasih maupun kata Maaf," ucap Gerald.
Gendy dan Rendy yang melihat itu pun ikut tersenyum senang. Gerald memang selalu punya cara buat mengatasi sebuah masalah. Morgan pun bangkit dari duduknya tapi pergerakannya ditahan oleh Gerald.
"Mau ke mana?" tanya Gerald.
"Nyamperin Ella lah, mau apalagi?"
"Nanti aja pulang sekolah, bentar lagi juga bel pulang. Lagian Ella juga ada jam pelajaran Pak Botak," ucap Gerald membuat Morgan menghela napas panjang, mengiyakan dan duduk kembali ke sofa sebelum kesadarannya kembali utuh.
"Tunggu-tunggu, lo tau Pak Botak ngajar di kelas Ella dari siapa?" tanya Morgan dengan tatapan penuh selidik.
"Apaan, tadi gue kebetulan lewat depan kelasnya terus lihat Pak Botak," sangkal Gerald.
"Bener?"
"Yaelah gak percayaan amat lo."
"Sejak kapan lo lewat depan kelas Ella?" tanya Gendy yang tiba-tiba ikut nimbrung.
"Lah iya ada something nih kayaknya? Gak biasanya banget Gerald bohongin sahabatnya. Gue tau ya lo boong, kita dari tadi kan bertiga, terus juga gak lagi lewat kelasnya Ella. Kalo boong yang berkelas dikit lah," celetuk Rendy yang mendapatkan pelototan tajam dari Gerald. Kedua temannya ini, tidak bisa sama sekali diajak kerja sama.
"Apaan gak ada," ucap Gerald salah tingkah, kemudian pergi meninggalkan Rofftop tanpa menunggu sahabatnya bicara.
"Kalo ada Something juga gapapa kali Ger," teriak Morgan yang dibalas dengusan oleh Gerald.
"Kayaknya memang benar, ada apa-apanya nih anak. Sampai-sampai langsung pergi ngindarin pembicaraan," ucap Gendy yang diangguki oleh Rendy dan Morgan.
Morgan merasa bahagia dan tak sabar di saat bersamaan. Bahagia mempunyai sahabat sebaik mereka dan tak sabar untuk bertemu dan menyelesaikan masalahnya dengan Ella.
"Yuk balik ke kelas, bentar lagi bel pulang sekolah," ajak Gendy yang diangguki oleh Morgan dan Rendy. Mereka pun pergi untuk menyusul Gerald yang terlebih dulu meninggalkan mereka demi menghindari pembicaraan.
Sesampainya di kelas ternyata bel pulang sekolah berbunyi. Morgan pun bergegas pergi ke kelas Ella. Dirinya bertekad untuk segera menyelesaikan permasalahannya dengan Ella. Bagaimana pun juga, nama Ella masih melekat di dalam hatinya. Memutuskan berjauhan dengan Ella sama saja dengan menyiksa batinnya. Sekarang dirinya tersadar jika dia memang kecewa, tapi lebih sakit lagi jika dia harus kehilangan Ella.
Sesampainya di depan kelas Ella, dirinya mencoba mencari keberadaan Ella. Namun sayang, dia tidak dapat melihat di mana pun keberadaan Ella. Saat netranya melihat ke arah Luna, Morgan pun berjalan menghampirinya dan berniat untuk menanyakan keberadaan Ella kepada Luna.
"Lun, lo tahu nggak di mana Ella?" tanya Morgan kepada Luna.
"Eh Morgan, Ella tadi udah keluar duluan. Katanya ada perlu sama seseorang, mangkanya dia kelihatan buru-buru gitu," jawab Luna.
"Thanks," ucap Morgan setelahnya dirinya pergi meninggalkan Luna yang masih bingung melihat kedatangan Morgan menanyakan keberadaan Ella. Pasalnya, sedari pagi mereka seperti sosok asing yang tidak saling mengenal dan sekarang tiba-tiba saja Morgan datang untuk mencari keberadaan sahabatnya.
Morgan berlari ke arah parkiran. Menghela napas lega saat dirinya masih melihat Motor Ella yang masih terparkir di sana. Namun dirinya masih tidak melihat keberadaan Ella.
Morgan pun berlari ke arah gerbang sekolah, dirinya berniat akan menunggu Ella di sana saja, karena Ella pasti melewatinya. Tapi saat hampir sampai di gerbang sekolah, langkah kakinya mulai memelan hingga sampai dirinya berhenti melangkah dan mematung dengan apa yang kini tengah dilihatnya.****BERSAMBUNG****
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRATION QUEEN RACING [TERBIT]
Teen Fiction❗FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! Transmigration? Apa yang akan orang pikirkan tentang Transmigrasi? Siapa yang menyangka jika seorang gadis yang menyandang gelar Queen Racing bisa bertransmigrasi ke tubuh seseorang Upik Abu yang sayangnya memiliki Ibu...