Sebuah Niat Baik

255 35 3
                                    

Setiap luka tak hanya memerlukan waktu untuk bisa sembuh, tetapi juga pikiran yang terbuka dan hati yang lapang. Tanpa kejernihan pikiran dan kesediaan menerima kesedihan, luka hanya akan terus menerus bertahan dan tertutupi tabir tipis. Sekali saja tergores sedikit, maka akan dengan mudah ia kembali terbuka.

Ayah benar, hal yang harus pertama kali dilakukan saat kita disakiti bukanlah melupakan. Tapi menerima. Aku sudah menerima semua yang terjadi dalam hidupku. Mencari makna dan menyimpannya dalam lembar pelajaran. Karena sebenarnya justru orang yang paling memberi kita banyak luka adalah orang yang paling sulit untuk dilupa.

Aku bisa melangkah dengan lebih ringan. Mengerti bahwa tiada manusia yang terus menerus melakukan kesalahan ataupun terus menerus berada dalam kebenaran. Allah telah menciptakan manusia dengan keadaan seimbang. Disertai kekurangan dan kelebihan.

Aku memasuki pintu kedai es krim dan menyapa karyawati yang bertugas di sana. Tidak terasa sudah tiga tahun lamanya sejak hari di mana aku masih menangis dan rapuh. Semua itu kini sudah kubuang jauh-jauh.

"Gimana hari ini Fan?" tanyaku pada Fandini. Salah satu karyawan di kedai.

"Alhamdulillah, Kak. Semakin ramai," jawabnya sambil tersenyum.

"Alhamdulillah."

Aku memutuskan resign dari tempat kerjaku semenjak wisuda. Memilih fokus mengembangkan usaha pakaian muslim yang hingga kini masih berjalan dan juga dengan izin Allah, aku mendirikan kedai es krim yang sampai hari ini selalu Allah datangkan pembeli yang ramai.

Mungkin jika ditarik mundur pada kejadian yang dulu aku seperti seseorang yang sengaja menghindari masalah dengan menjauhkan diri dari lingkungan-lingkungan yang bisa mengingatkanku pada luka-luka itu. Tapi terkadang mengalah dan menjauh memang salah satu jalan keluar dari masalah.

Karena tak terasa adikku Faiz sudah beranjak besar dan hendak merantau ke Yogyakarta untuk kuliah. Dengan senang hati aku memutuskan untuk pulang dan menemani Ayah dan Ibu. Sembari bekerja yang kuniatkan sebagai salah satu sarana dakwah.

Naya Gallery, kufokuskan pada produksi gamis-gamis syar'i dan baju koko dari mulai anak-anak sampai dewasa. Semoga selain sebagai bentuk ikhtiar menjemput rezeki dari Allah, jalan ini juga bisa menjadi ladang untuk membantu orang lain yang ingin berpakaian lebih baik sesuai syariat.

Dan untuk kedai es krim, awal mula aku terpikir untuk membuatnya karena dulu zaman sekolah aku juga sering menghabiskan waktu di kedai. Entah hanya untuk sekadar mendinginkan pikiran, atau memanfaatkan fasilitas wifi gratis untuk mengerjakan tugas.

Aku ingin membantu anak-anak sekolah yang masih terbatasi oleh fasilitas agar mudah mengerjakan tugas. Aku tak pernah mempermasalahkan andaikata mereka datang hanya untuk menumpang mengerjakan tugas tanpa membeli apapun di kedai. Aku berharap itu bisa jadi tabungan akhirat untukku.

Tak hanya es krim saja yang menjadi menu primadona di kedaiku. Ada beberapa makanan lain seperti siomay, kentang goreng, dan jajanan khas anak sekolah lain. Aku harap mereka bisa merasa terbantu dengan semua itu. Aku tak mematok harga tinggi untuk semua menu yang dijual di kedai ini.

"Asalamu'alaikum Nadia, bagaimana ulangannya?" tanyaku pada salah satu pelanggan tetapku. Aku seringkali melihatnya berada di kedai hingga tutup. Jadi aku pernah menanyakan alasannya dan membuat kami jadi akrab hingga saat ini.

"Alhamdulillah Kak sudah lebih baik. Aku udah nggak pernah jadi penunggu tetap kedai ini sampai tutup lagi kan?" katanya sambil terkekeh.

Aku tertawa kecil menanggapinya. Jadi teringat masa lalu. Aku dulu juga sama seperti Nadia. Karena keterbatasan fasilitas aku suka jadi penunggu kedai es krim sampai tutup atau berjam-jam duduk di tempat-tempat yang menyediakan fasilitas wifi.

Senja Terakhir Bersamamu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang