"Masa lalu memang tak bisa diubah, tapi bisa dimaafkan. Ada beberapa bagian kisah yang tak mungkin dilupakan, tapi bisa ditinggalkan dalam ruang hati bernama kenangan."
🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Kisah manusia kian bergulir tiap detiknya. Pergantian cerita suka dan duka adalah hal yang niscaya. Ada kalanya manusia tak bisa memilih akan diukir bagaimana rupa kisah hidupnya. Banyak hal sedihkah? Atau justru sebaliknya.
Namun ada waktu juga dimana Allah memberikan manusia kesempatan untuk memilih. Dan sebaik-baik pilihan adalah yang bermanfaat untuk banyak orang lain.
Aku tak bisa berkata-kata lagi, lorong rumah sakit ini terasa semakin panjang dan sunyi. Hanya suara Mas Zayan yang kian berdengung di telingaku. Seolah ia sedang membacakan dongeng sedih yang teramat memilukan alur kisahnya.
Dua kebenaran besar yang baru kuketahui saat ini begitu menguras perasaanku. Mas Abyan dan Terang, Astaghfirullah.. kenapa baru sekarang aku tahu hal sepenting itu.
"Mas Abyan adalah laki-laki itu, yang pernah dicintai oleh kakakku." Zayan mengucapkannya bersama setetes air yang terjatuh dari matanya.
Langkahku terhenti, aku terhenyak mendengar cerita Mas Zayan, tubuhku lunglai hingga kakiku tak bisa menopangnya. Rasa sakit itu bagai palu godam yang menikam tepat di dalam hatiku.
Begitu banyak orang yang berkorban untuk kebahagiaanku. Begitu banyak luka yang telah kutorehkan di hati mereka.
"Aku merasa ingin menyerah saat melihat wajah Mas Abyan, bayangan kakakku terkapar berlumuran darah kembali membayangiku, Naya."
Aku bersandar di tembok, aku sangat terkejut dengan semua ini. Perempuan yang pernah Mas Abyan cari-cari hingga putus asa ternyata adalah kakak dari suamiku sendiri. Dan pedihnya, ternyata ia tak ada lagi di dunia ini.
Perlahan aku menatap Mas Zayan yang sedang berusaha menghilangkan tangisnya. Tak bisa kubayangkan betapa pedihnya menjadi dirinya. Apakah dia tersiksa seorang diri selama ini? Dia yang tetap menunjukkan senyum terbaiknya tiap kali bertemu keluargaku, termasuk Mas Abyan. Tak pernah sekalipun ia terlihat luka di hadapan kami.
Jika aku jadi dia mungkin saja aku sudah lari. Aku tak mungkin sanggup menahan kepedihan itu. Tapi ternyata Allah menganugerahkan aku seorang suami dengan hati yang begitu luas. Pantaskah aku marah padanya sedang ia telah banyak berkorban untukku.
Pantaskah aku menghakiminya melukaiku padahal ia juga menahan lukanya demi tetap bersamaku.
Ia berjongkok mengikutiku, diusapnya puncak kepalaku. Air matanya sudah mengalir deras sejak tadi.
"Kamu pasti sangat kesakitan kan, Mas?" tanyaku di sela isak tangis.
Mas Zayan mengangguk, membuat aku semakin terluka dan merasa bersalah. Rasa amarahku padanya karena telah menyembunyikan kebenaran tentang Terang meluap sudah. Berganti menjadi penyesalan yang dalam.
"Tapi rasa sakitku tidak sebanding dengan rasa cintaku kepadamu," ucapnya bersama tatapannya yang sangat dalam.
"Kenapa kamu tidak cerita dari awal sebelum kita menikah?"
"Karena itu hanyalah masa lalu. Meski semua tidak bisa diubah, aku bisa memaafkannya, meski hal itu bukan sesuatu yang mudah dilupakan, aku cukup menyimpannya dalam kenangan. Masa lalu biarlah berlalu, tapi masa depanku masih bisa kurangkai dan perbaiki. Bersamamu, satu-satunya perempuan yang paling aku cintai," ucapnya membuatku sangat terenyuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir Bersamamu (Complete)
SpiritualNaya, gadis tujuh belas tahun itu mengalami goncangan batin yang cukup hebat saat orang yang dicintainya meninggalkanya secara sepihak. Harinya selalu dipenuhi dengan bayang masa lalu. Meski sekuat tenaga ia berlari menjauh kenangan itu seolah mengi...