Memperjuangkanmu

327 39 0
                                    

"Tiada perjuangan yang lebih indah selain perjuangan yang ridho Allah adalah tujuanya dan jalan yang dicintai Allah sebagai pijakanya."

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Udara selepas subuh begitu menyejukkan. Dari artikel yang pernah aku baca, udara subuh begitu sejuk karena belum tercampur dengan napas-napas orang munafik yang tertidur dan tidak melaksanakan salat subuh.

Aku merapatkan jaketku saat udara semakin dingin. Pagi ini Mas Abyan mengajakku untuk lari pagi di tempat wisata waduk Sempor. Salah satu wisata yang ada di Kebumen. Sebuah danau alam yang sekelilingnya ditumbuhi pemandangan perbukitan untuk memanjakan mata.

Biasanya tempat ini akan ramai di pagi atau sore hari.
Karena di dua waktu itulah panorama keindahannya akan nampak sangat memukau.

Saat pagi seperti ini biasannya orang-orang suka lari pagi atau bersepeda. Karena di sekitar waduk dilengkapi dengan jalanan yang rata dan cukup nyaman. Sambil menikmati kesejukan kawasan wisata dan keindahannya. Udaranya sangat menyegarkan, apalagi ketika menghirupnya dalam-dalam.

Setelah lebih dari setengah jam kita berlari, Mas Abyan mengajakku sarapan di salah satu warung. Makanan legendaris tempat wisata ini adalah mendoan. Cukup sederhana tapi nikmat sekali rasanya.

"Mas kapan balik ke jakarta?" tanyaku setelah kembali dari mencuci tangan.

Mas Abyan mengangkat dua jarinya sebagai isyarat lantaran mulutnya masih penuh dengan mendoan yang belum tertelan.

"Yah, cepet banget. Nunggu Nay kelar ujian kenapa si, Mas," protesku.

"Mas kan kerja Nay. Cutinya cuma boleh seminggu," jawabnya." Mas kuliahnya pindah kelas karyawan beberapa bulan yang lalu," lanjutnya.

Aku mengernyitkan kening. Bukannya kelas karyawan itu malam. Setahuku Mas Abyan kerjanya juga malam.
"Kok bisa?" tanyaku penasaran.

"Sebenarnya Mas udah dapet kerjaan baru di sebuah perusahaan. Sistem kerjanya kaya orang kantoran lain yang masuk pagi dari senin-jum'at. Itu pun Mas beruntung setelah nego biar ngga kena shift seperti karyawan lain. Karena nyambi kuliah."

"Lumayan, Nay. Gajinya lebih dari pekerjaan yang kemarin. Lingkunganya baik. Ibadah juga nyaman di tempat kerja yang sekarang. Allah emang tahu banget Mas pengin nikah, dikasih jalan begini," ucapnya seraya terkekeh. Menunjukkan barisan giginya.

Aku tersenyum. Ikut senang mendengarnya. Lagian Mas-ku yang ganteng ini sepertinya memang sudah harus menikah. Agar ketampanannya yang melebihi batas tidak menjadi ujian untuk perempuan-perempuan di sekitarnya. Apalagi sekarang aura kesolehannya terpancar jelas dari wajah dan sikapnya. Siapa tahu kan sebenarnya sudah banyak ukhti-ukhti di luar sana yang menanti dalam diam untuk dia halalkan.

Mengingat usianya juga yang sudah menginjak angka 24. Pasti Ayah pun sudah berfikir bahwa Mas Abyan cukup matang untuk membina rumah tangga. Kalau Mas Abyan dulu tidak memutuskan untuk bekerja lebih dulu dan langsung kuliah, mungkin sekarang dia sudah lulus dan menikah. Tapi prinsipnya adalah tidak ingin membebani orang tua dengan biaya kuliahnya. Itulah mengapa Mas Abyan memutuskan bekerja.

"Bang Abyan!" Kami sama-sama menoleh saat mendengar suara yang memanggil Mas Abyan.

Dan lihat siapa yang sedang berjalan mendorong sepedanya ke arah kami itu. Dua orang pria yang juga kukenal. Fauzi dan Terang.

Senja Terakhir Bersamamu (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang