vingt-quatre

510 74 32
                                    

Halo halo.
Sebenarnya disini tu tadinya mau ada beberapa adegan yang agak vulgar dan eksplisit.
Tapi karena sekarang lagi bulan puasa ya jadi Hime nyari aman aja dulu.

Selamat membaca.

❄️

Tidur Changbin terasa terusik saat merasakan tepukan-tepukan pelan di pipinya, ia hanya memperbaiki posisi tidurnya menjadi lebih nyaman karena masih mengantuk. Namun detik berikutnya ia merasakan tepukan di pipinya tak kunjung berhenti, membuatnya terpaksa untuk bangun dari tidur nyenyaknya.

"Astaga Jeongin.... Kau mengagetkan aku " Pekiknya kaget saat mengetahui pelakunya adalah sang putra yang kini tengah terkikik. Sungguh pemandangan yang sangat menggemaskan baginya, sudah lama ia tak melihat Jeongin kesayangannya saat bangun tidur.

"Changbin jangan berisik, hari masih pagi. Aku baru tidur tiga jam. " Ujar suara lain dari sebelah Jeongin yang terdengar masih mengantuk.

Sekarang Changbin baru ingat kalau ia tertidur di kamar Minho, karena semalam Minho tak kunjung kembali jadi Changbin memutuskan untuk berbaring di samping Jeongin sambil memeluk putranya itu. Tak tahunnya ia malah tertidur sampai pagi, sepertinya memang itulah tujuan Minho.

Changbin tak menyahut agar tidak berisik, ia hanya tersenyum pada Jeongin dan mengambil bayi itu kepelukannya. Bayi itu terlihat bahagia berada di pelukan ibunya dan balik memeluk sang ibu. Jeongin terlihat bahagia saat berada dalam pelukan yang dirindukannya itu.

Changbin kembali merebahkan dirinya ke kasur dengan Jeongin yang masih diperlukannya, ia mengelus lembut rambut hitam bayinya agar tertidur lagi. Akhirnya ia tertidur lagi dengan Jeongin dipelukannya .

❄️

Mereka terbangun kembali saat matahari sudah tinggi, setelah selesai menyegarkan dirinya dan menyerahkan Jeongin ke pengasuhnya Changbin segera bergabung dengan Minho untuk sarapan. Kebetulan pagi ini Felix dan Jisung sedang pergi, jadi pagi mereka bisa sedikit lebih tenang tanpa introgasi dari duo dispenser itu.

Mereka sarapan dengan khidmat dan hening, sejauh ini belum ada yang memulai pembicaraan. Hanya suara sendok dan garpu yang beradu yang terdengar sangat jelas di ruangan itu.

"So Changbin. Kenapa kau menghindari aku? Apa kau benar-benar ingin berpisah? Aku sudah bilang kalau aku tidak mengizinkannya kan. Apa kau tidak ingat? " Minho membuka percakapan diantara mereka terlebih dahulu.

"Bukankah anda sudah menggunakan Jeongin agar saya tidak pergi waktu itu yang mulia. Dan anda berhasil. Sekarang saya hanya masih trauma terhadap anda. " Jawab Changbin berusaha tetap tenang, dekat dengan Minho saja sudah membuat tangannya gemetar. Ia takut jika Minho tiba-tiba akan menikamnya lagi, atau hal yang lebih parah dari itu.

Ia segera meminum darah yang disediakan untuknya untuk menetralisir ketegangannya, saking ketakutannya ia menghabiskannya dalam satu kali teguk.

"Pelan-pelan Changbin, aku tidak akan melukaimu lagi. Aku janji. " Minho mencoba menangkan kekasihnya yang terlihat ketakutan saat melihatnya, harus ia akui ia memang sedikit keterlaluan pada Changbin terakhir kali.

Changbin mengangguk pelan, walau ia belum kembali mempercayai Minho sepenuhnya. Namun setelahnya ia merasa kesakitan setengah mati.

"Ak aku,, kesulitan untuk ber nafassh.... " Ujar Changbin dengan suara putus-putus sambil memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Tak sampai disitu saja, berikutnya Changbin memuntahkan darah segar hingga mengotori bajunya sendiri. "Changbin kau kenapa? " Minho langsung panik seketika.

Vengeance (Minbin) [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang