deux

910 158 41
                                    

Happy Reading

Seperti biasa kalau ada typo atau ejaan yang tidak sesuai, silahkan diberi masukkan nya.

Enjoy

Pesta ulang tahun Jeongin berlangsung seru dan meriah, hampir semua teman-temannya datang bahkan sampai musuhnya juga datang. Moodnya hancur lebur saat pemuda tinggi bersurai coklat madu itu menghampirinya dengan senyuman menyebalkan.

"Kau tidak diundang disini Seungmin. Beraninya kau datang saat bangsa kita tengah berkonflik. " Begitulah kata sambutan ramah dari sang tuan rumah terhadap tamunya.

Yang bernama Seungmin terkekeh pelan dan memasang ekspresi menjengkelkan andalannya. Orang ini bahkan lebih menyebalkan dari Jeongin sendiri dan Jeongin mengakui hal itu.

"Sebenarnya aku sedang bosan jadi aku tidak datang untuk memberi ucapan selamat, tapi untuk mengacau dan mencari keributan. " Jawab Seungmin jujur, niat awalnya kesini memang mencari keributan.

Jeongin menghela nafas berat, ingin sekali ia menghantamkan kepala Seungmin ke dinding dan menikam jantungnya saat ini juga. Namun suasana hatinya tidak sedang baik untuk bertarung, bisa-bisa ia yang kalah kalau bertarung tanpa perhitungan dan dalam keadaan emosional begini.

"Maaf mengecewakan mu Seungmin. Tapi aku sedang tidak bisa meladeni mu sekarang, nikmati saja pestanya. " Kata Jeongin setenang mungkin lalu pergi dari sana.

'Kenapa dia terlihat sedih dan kesepian dihari ulang tahunnya? Bukan karena kedatangan ku yang mengganggu kan?'

Dan Jeongin menghabiskan sisa pestanya dengan perasaan tidak baik, bahkan ia menolak saat gadisnya mengajaknya untuk bercumbu, ia juga menolak minum alkohol. Semua orang yang ada disana pasti menyadarinya, karena Jeongin sungguh tidak bisa menyembunyikan emosinya.

Puncaknya adalah ketika Jeongin undur diri dari pestanya sendiri, ia terlihat akan menangis dan tak ada yang tahu apa penyebabnya. Meskipun tak disadari yang lain, tapi Felix menyadari kalau keponakannya itu menahan air mata sedari tadi.

"Bocah itu kenapa lagi sih? " Jisung hendak menyusul Jeongin, namun tangannya ditahan oleh Felix.

Jisung langsung menyentakkan tangannya kasar agar dilepaskan, ia menatap Felix tidak suka. Sekarang pun Felix ingin cari masalah dengannya.

"Jangan menyusulnya dia terlihat ingin sendiri. Kalian akan berakhir berkelahi jika kau menghampiri nya. " Ujar Felix datar lalu meninggalkan Jisung disana.

Merasa Felix ada benarnya, Jisung terpaksa mengurungkan niatnya.

Disinilah Jeongin berada sekarang, duduk sendirian diatas pasir pantai. Manik Emerald indah miliknya menatap kosong kelautan lepas, jejak air mata masih terlihat jelas diwajah tampannya.

"Kenapa kau sedih di hari bahagiamu? Apakah kau menyesal dilahirkan ke dunia ini?" Sebuah suara lembut menyadarkan Jeongin.

Ia pun menoleh kesumber suara, seorang pemuda dengan manik Amethyst yang indah tengah berjalan kearahnya. Jeongin yang awalnya merasa tidak senang karena merasa terganggu hanya terdiam saat pemuda itu mendekat padanya, bahkan ia tak protes sama sekali saat pemuda itu duduk disampingnya tanpa izin. Tatapannya saja cukup untuk membuat Jeongin terpaku untuk beberapa saat.

"Justru aku bersyukur telah terlahir kedunia ini. Ibuku pasti telah berjuang keras agar aku bisa melihat dunia, mengingat Ayahku seperti apa. Kenapa aku harus menyesalinya. " Jeongin tak mengerti kenapa ia malah menjawab pertanyaan pemuda asing yang tak dikenalnya itu.

Vengeance (Minbin) [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang