dix-sept

566 83 43
                                    

Happy reading :)

Jangan lupa vote dan komen bagi yang baca ya.

Enjoy....

❄️

Setelah insiden duel resmi pemimpin bangsa vampir dan sang penguasa kegelapan, yang tidak menemukan pemenang.  Seungmin segera menghubungi Jeongin dan menceritakan semua padanya. Menyuruh sang pangeran agar segera datang ke Castle Occidentalis untuk melihat kondisi Ayah dan Ibunya.

Saat Jeongin sampai disana, Ayahnya sudah diletakkan di dalam peti mati khas bangsa mereka, disekelilingnya dihiasi banyak bunga yang melambangkan duka hari itu. Jeongin tidak tahu harus sedih atau malah bahagia sekarang.

"Kau terlihat tampan dengan setelan kematian itu Ayah. " Ujar Jeongin datar, tapi perasaannya yang sesungguhnya tak dapat ia sembunyikan. Karena air mata yang mengalir tak pernah bohong.

Ayahnya yang biasanya selalu terlihat kuat, ceria dan tak takut apapun kini terbujur kaku. Memang tadi ia dengar masih ada kemungkinan Ayahnya bisa dikembalikan, tapi Jeongin sendiri tak berharap terlalu banyak. Ibunya pasti tak akan mau melakukan hal itu, memaafkan Ayahnya saja belum tentu.

"Ku pikir kau bahagia. " Seungmin datang entah dari mana.

Jeongin buru-buru menghapus air matanya dengan kasar dan tersenyum, membuat Seungmin heran kenapa Jeongin terus berusaha menyembunyikan perasaannya sendiri. Menurut Seungmin wajar seorang anak bersedih jika ditinggal orang tuanya, apalagi kedua orangtuanya sekaligus.

"Jauh di lubuk hati mu kau menyayanginya kan? " Tanya Seungmin.

"Tidak. Aku membencinya. " Bantah Jeongin dengan tegas.

Seungmin tersenyum dan menghampiri Jeongin, ia menepuk bahu Jeongin ketika mereka sudah berdiri berhadapan.

"Kau bisa berbohong pada siapapun, tapi tidak padaku. Karena aku bisa membaca pikiran seseorang. " Ujar Seungmin yang membuat Jeongin tak bisa berkata-kata.

"Yah tentu saja aku sedih. Tak mungkin seorang anak berbahagia di hari kematian kedua orang tuanya.  Bagaimanapun juga dia Ayahku kan. Aku tak bisa memilih akan lahir sebagai anak siapa kan. Sekarang bisa kau antar aku ke tempat Ibuku? " Balas Jeongin dan mengakui kesedihannya.

Seungmin mengangguk dan menyuruh Jeongin mengikutinya, membawa Jeongin ketempat mereka membaringkan tubuh Changbin yang hanya terlihat seperti orang sedang tidur nyenyak. Mereka tidak meletakkan tubuh sang penguasa kegelapan dalam peti mati, karena keadaannya berbeda dengan Minho.

"Tinggalkan aku sendiri. Aku ingin bicara dengan Ibuku. " Pinta atau lebih terdengar seperti perintah bagi Seungmin.

Karena tak ingin merusak suasana Seungmin menurut saja kali ini, ia segera pergi dari sana. Setelah memastikan Seungmin telah pergi, Jeongin langsung menghampiri Changbin.

"Bahkan disaat seperti ini pun kau terlihat menawan. Warna ungu memang selalu cocok untukmu ya. Elegan, bermartabat, independen dan ambisius. Apakah setiap penguasa kegelapan identik dengan warna ungu? Jika iya ketika aku menjadi penguasa kegelapan maka itu akan jadi warna ku juga kan Lord Changbin? " Entah kenapa hatinya jauh lebih sakit saat melihat pemandangan ini dari pada saat melihat Ayahnya tadi. Padahal ia baru mengetahui secara resmi fakta bahwa sosok yang tengah menutup mata ini adalah ibunya, meskipun sebelumnya ia sudah berfirasat demikian.

Wajah Changbin terlihat begitu tenang dan damai, seolah ia hanya tertidur. Ia  tetap terlihat elegan dengan jubah tidur panjang berwarna ungu gelap yang dipakainya.

"Saat Seungmin menceritakan segalanya, aku sangat senang. Aku bersyukur kaulah yang jadi Ibuku. Tapi aku juga sangat sedih karena tak bisa lebih lama bersamamu. " Jeongin meraih tangan kanan Changbin dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.

Vengeance (Minbin) [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang