15- Hukuman pertama

784 136 198
                                    

Assalamualaikum... Apa kabar kalian semua? Tentunya baik kan? Semangat puasanya yaaaa...

(Selamat berpuasa dari Gara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Selamat berpuasa dari Gara. Jangan lupa semangat ya, bentar lagi beduk lohh.. :

Aku up lagi nih, buat yang nungguin GaraNada yuk merapat.

Makasih loh ya, udah mau baca GaraNada.

Jangan lupa vote sama komen ya!!

Jika ada typo, mohon di maafkan ya cantik!

Enjoy my story:)

Happy reading guys!!

**********

Seminggu telah berlalu, sejak kejadian di pesta Arasyia. Semua siswi menjadi diam, setiap melihat Nada mereka langsung menunduk. Hal itu membuat Nada bingung, apa sebenarnya yang terjadi.

Siswi yang dulu mengejek menghina mencaci Nada kini mulai mendekati Nada, ia tau apa sebabnya mereka mendekat. Mereka hanya ingin mencari info lebih dalam tentang Bisma, pada Nada.

"Gue heran deh, kenapa semua orang yang dulunya suka mencaci, menghina Nada kok malah sekarang jadi pengen temenan sama Nada." tutur Sania, gadis berambut pendek itu menyerngit bingung melihat Nada yang sedang bercengkerama dengan Ayla.

Radha mengikuti arah pandang Sania. Bahkan ia juga heran kenapa sejak pengakuan Bisma kemarin, banyak yang membaik Nada ada juga yang malah terang-terangan tidak suka pada sahabatnya itu.

"Paling ada mau nya, tuh. Si Ayla." tebak Putri.

"Bener banget, Put. Ada mau nya pasti." sambung Radha.

"Kalian tau kan, Si Ayla itu udah dari kelas 10 suka sama Bisma." tutur Putri, mengingat seberapa berjuangnya Ayla mengejar Bisma sejak kelas 10.

Embun berjongkok mengikat tali sepatunya yang tadi terlepas. Kemudian ia bangkit lagi dan menatap Ayla bersama Nada, di depan sana.

"Kok gue baru tau, si Ayla suka sama Bisma?" tanya Embun pada teman-temannya.

"Serius lo baru tau, Bund?" Radha menatap Embun tidak percaya.

Sania terkekeh pelan, "Ya iyalah lo baru tau sekarang, orang yang lo tau itu cuma Zidannnn doang." ucap Sania bercanda.

"Ihh.. Sania! Apaan sih, kenapa malah Zidan." sentak Embun kesal.

"Ciyee Embun.. " goda mereka.

"Ustadz Zidan apa kabar, Bund?" tanya Putri menggoda Embun.

Embun menatap sahabatnya itu bergantian, kesal. Ia mengerucutkan bibirnya. Lalu menghentakkan kakinya. Seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Udah deh, yang di bahas kan Bisma. Kenapa nyasar ke Zidan." cicit Embun.

"Hello! Epribadeh!" sapa Nada pada teman-temannya.

Gara Nada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang