37-Teror di markas

541 99 84
                                    

Assalamualaikum hadirin sekalian, apa kabar?

Ada yang kangen??

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ya sist:)

#Kawalsampaiending

*
*
*
*
*

Happy Reading

************

Hari ini Gara telah menyelesaikan kemo terapinya dengan baik, dia didampingi oleh Dewa baru saja keluar dari ruangan rumah sakit bersama dokter Firman.

"Jangan lupa minggu depan, kemo terapi selanjutnya Gara." ujar Dokter paruh baya tersebut.

Gara hanya mengangguk, bibirnya kembali pucat. Mungkin efek dari kemo tersebut.

"Malam ini kamu harus banyak istirahat, jangan sampai kecapean lagi."

"Siap, Dok!" sahut Gara datar.

Dokter Firman tersenyum kecil, menepuk pelan bahu lelaki itu dan berkata.

"Kalau begitu, pulanglah. Dan istirahat." setelah mengatakan itu, dokter Firman melenggang pergi.

Dewa yang tadi hanya diam tanpa ikut mencampuri percakapan antara dokter dan pasien itu mendekat pada Gara merangkul lelaki itu.

"Buruan, gue masih banyak kerjaan." ucap Dewa dengan datarnya.

Gara menyerngit heran, "Gue bisa sendiri." ucap Gara melepaskan rangkulan dari Dewa.

Dewa diam dan membiarkan Gara berjalan tanpa bantuannya.

"Dasar bodoh!" gumam Dewa membatin.

Gara. Lelaki itu berjalan mendahului Dewa. Dengan sedikit tertatih ia terus melanjutkan langkahnya. Bukan maksudnya menolak rangkulan Dewa, dia hanya ingin membiasakan diri tanpa bantuan dan uluran tangan lelaki yang telah menjadi sahabatnya dari kecil itu.

Langkah gontainya mendadak terhenti, ia merasakan sakit di bagian kepalanya. Pandangannya pun mulai memburam tidak jelas.

"Sshhh... " ringisnya pelan.

Dewa tersenyum miring menyaksikan itu, beberapa saat kemudian ia melangkah menghampiri Gara dan merangkulnya, tanpa banyak bicara lelaki itu membawa Gara keluar dari rumah sakit.

"Ke markas." Sontak Dewa langsung menoleh pada Gara.

"Gue ngga mau pulang ke rumah, gue mau ke markas aja." lanjut Gara.

Dewa tak menggubris, ia terus menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tadi, ia sengaja meminta Arjuna untuk membawakannya mobil ke rumah sakit. Ia tau, pasti setelah kemo kondisi Gara akan melemah. Kerena itu dia tidak ingin mengambil resiko membiarkan Gara mengendarai motor dalam keadaan seperti ini.

Sesampainya di markas utama Pandawa, Gara dan juga Dewa sudah di sambut oleh Bima dan juga Raja yang sedang asik bermain ps. Keduanya duduk di sofa besar dan sama-sama menyandarkan kepala mereka di kepala sofa tersebut.

Gara Nada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang