42-Harapan Gara

507 92 117
                                    

Assalamualaikum
Apa kabar?

Kalian masih setia?

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YA!!

Happy reading

**********

Waktu telah menunjukkan pukul 18:23. Itu berarti sudah hampir dua jam Gara menjalani operasi tulang belakang. Disini, di ruang tunggu rumah sakit. Mamih Gina terlihat sangat gelisah, wanita itu terus saja berdoa untuk keselamatan anaknya.

"Tante!" Mamih Gina menoleh melihat Zidan.

"Tante makan dulu, ya. Dari tadi Tante kan belum makan." Zidan menyerahkan kotak bekal yang sengaja ia bawa dari rumah pada Mamihnya Gara.

Tante Gina tersenyum dan menggeleng, "Tante gak lapar, Zidan. Zidan kalau mau makan, makan aja, ya. Zidan juga belum makan kan? Ajak Dewa, Bisma sama Sadewa juga. Mereka juga pasti belum makan." ucap Mamih Gina sangat lembut.

"Tapi ini buat Tante. Tante harus makan, kalau Tante sakit siapa yang nanti jagain kesehatan Gara dirumah?" Mamih Gina terdiam mendengar penuturan Zidan.

Dengan pelan wanita itu mengambil kotak makan yang Zidan berikan padanya lalu melihat ke arah Zidan.

"Kita makan sama-sama, okay!" ajak Mamih Gina pada Zidan.

Gina tertegun mendengar penuturan yang keluar dari mulut Zidan. 'kalau dia sakit, siapa yang akan menjaga Gara dirumah?' kalimat itu seperti tamparan untuknya. Terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, dia lupa kalau ada Gara dirumah yang membutuhkan perhatiannya.

"Maafin Mamih, sayang... "

Tak lama dokter Firman pun keluar dari ruangan operasi. Dokter Firman beserta beberapa susternya berjalan menghampiri Mamih Gina.

Gina langsung berdiri ketika dokter itu berjalan ke arahnya.

"Dokter! Bagaimana keadaan Gara?" tanya wanita itu cemas.

Dokter Firman terlihat menarik napas dalam lalu beralih menatap Gina.

"Operasi berjalan lancar. Gara akan sadar dalam waktu kurang lebih satu jam lagi." jelas dokter Firman.

"Bu Gina... " panggil Dokter Firman pada mamih Gara.

Gina menatap Dokter Firman bertanya, "Ada apa, Dok? Apa ada masalah dengan kondisi anak saya?" tanya Gina dengan bibir bergetar.

"Kita perlu bicara, Bu. Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan." jelas Dokter Firman.

"Apa terjadi sesuatu, Dok?"

Dokter Firman bergerak melangkah diiringi oleh suster-susternya, baru satu langkah tapi langkah lelaki paruh baya itu terhenti dan berbalik melihat ke arah Gina—Mamih Gara.

"Saya tunggu di ruangan saya, Bu." ujarnya dengan nada serius.

Mamih Gina menganggukkan kepalanya, matanya mengikuti Dokter Firman yang berjalan menjauh bersama dengan para susternya.

Gara Nada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang