24- Membaik

666 104 83
                                    

Assalamualaikum guys!
Hallo Azeet kembali.
Udah siap baca Gara Nada?

TYPO BERSERAKAN MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA

Absen dulu kalian darimana aja nihh?

Jangan lupa vote sama komen tiap paragraf nya.
Follow juga akun Azeet ya, juga ig Azeet @azeet.azizah

~HAPPY READING~

"Kamu yakin mau sekolah hari ini?"

Gara yang duduk bersila sambil memainkan ponselnya itu menoleh pada sang Papih.

Ia menatap lelaki paruh baya yang sudah siap dengan pakaian kantornya duduk di sofa di hadapan Gara.

"Gara udah lama banget, Pih. Ngga masuk sekolah. Nilai Gara udah jelek dan makin jelek lagi kalau Gara jarang masuk." jelas Gara.

Rian, Palih Gara sedikit menukik senyum menanggapi penjelasan anaknya ini.

"Tapi kamu kan baru di kemo kemarin, ngga mau istirahat dulu?" tanya Papih Gara.

Gara menggeleng cepat, ia menatap tajam Papihnya.

"Gara ngga apa-apa, Pih. Gara ngga suka di pandang lemah gitu." ucapnya.

"Ya sudah, tapi kamu harus inget jangan sampe kecapean. Sebaiknya kamu berangkat di antar Mang Ujang aja."

Dengan cepat Gara kembali menggeleng. "Gara berangkat naik motor, bentar lagi Mang Ujang datang bawa motor Gara."

Rian hanya bisa pasrah, ia tidak mau berdebat dengan anaknya sepagi ini. Kalau pun berdebat sudah pasti dia akan kalah dengan Gara. Gara selalu memenangkan perdebatannya.

"Kamu ini, pengen banget sekolah. Kangen pelajaran apa kangen Nada?" Mamih Gara baru saja masuk ke dalam ruangan anaknya itu dengan membawa beberapa roti untuk sarapan.

Rian Papih Gara menyerngit, "Nada siapa, Mih?" ia bertanya pada sang istri.

Gina terkekeh pelan, sebelum ia menjawab pertanyaan dari suaminya itu matanya sedikit melirik Gara di atas ranjang rumah sakit.

"Oh iyaa... Mamih lupa ngasih tau Papih, Nada cantik itu Pih yang jadi tutor pribadinya Gara selama sebulan, karena nilai Gara turun." ucap Gina menjawab pertanyaan suaminya.

Gara menatap kesal Mamihnya, "Cantik dari Hongkong, cewek galak gitu di katain cantik." balasnya mencibir.

Gina mamih Gara mendekat, mengusap pelan bahu anaknya yang kokoh yang kini sudah mulai membaik, wajahnya pun sudah tidak terlihat pucat lagi.

"Ngga boleh ngomong gitu, sayang. Nada udah baik sama kamu, udah mau ngajarin kamu." ucap Gina membela Nada.

"Baik darimana sih, Mih. Yang ada Gara tu emosi terus kalo sama dia."

"PAPIH JADI PENASARAN, GIMANA NADA ITU." kata Rian menghentikan perdebatan anak dan istrinya.

"Gara, nanti ajak Nada ke rumah ya."

"Kalau udah pulang dari rumah sakit!" lanjut Rian.

Gina mendekati suaminya itu, membenarkan dasi yang terpasang di leher agak sedikit miring.

Gara Nada [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang