Dinner 2

684 115 14
                                    

Makan di tempat yang sama, dengan suasana hati yang berbeda-beda membuat keadaan hening akan pikiran masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan di tempat yang sama, dengan suasana hati yang berbeda-beda membuat keadaan hening akan pikiran masing-masing. Kepikiran dengan perkataan seseorang memang bukan 'prinsip' seorang Jiaya. Namun, kali ini ia mematahkan prinsipnya. Entah kenapa perkataan Gina membuatnya berpikir dua kali untuk ikut campur dalam merawat nya. Sudah pasti Gina tidak mau dirawat oleh Jiaya, yang sepertinya benci dengan dia-kan.

"Ngomong-ngomong..kalian berdua satu sekolahan?"tanya Gina.

"Iya, tan" jawab Jiaya ramah. Dan hanya deheman yang terdengar dari Genta.

"Satu kelas juga?"

"Oh? Enggak, tan. Dia IPS aku IPA, kita di jurusan yang beda" jawab Jiaya lagi. Wanita itu hanya ber'oh' ria sambil melanjutkan makan nya lagi

Suasana hening sebentar. Lalu, tanpa sengaja Genta melihat Jiaya yang makan sambal seperti kesetanan. Dan yang pasti, ia tidak suka itu.

"Udah sambelnya!"tegas Genta.

Gadis itu balik menatap nya, ia memamerkan gigi tersenyum manis. Genta selalu memperingatinya, hingga ia takut untuk melewati batas nya.

"Siap, bos!"seru gadis itu.

Sesingkat itu obrolan malam mereka, hingga ketiganya memutuskan untuk pergi tidur. Karena malam sudah memanggil, Jiaya maupun Genta juga sama-sama sepakat masalah tidur dan tempatnya.

Genta bilang, "Lu mau gua tidur di sini —sekamar sama lu, atau gua pindah?". Ada rasa tidak enak karena itu adalah kamar milik Genta, masa pemiliknya diusir.. kalaupun tidur sekamar juga sangat tidak mungkin. Ingat bahwa disini ada keluarga Genta yang bisa kapan saja memergoki mereka berdua. Walau tidak melakukan apapun—kan.

Jiaya menolak dengan embel-embel, "Mending kamu aja disini. Biar aku yang di bawah, lagian aku juga mau nonton tv dulu."

Mana mungkin seorang Genta percaya saja dengan perkataan gadisnya, "Oke. Gua di bawah, lu di sini. Gak ada penolakan. Dan besok pagi kalau lu udah bangun, gua nya belum. Bangunin gua, ya."

Mengusap rambut halus gadisnya sambil berpesan. Jika sudah tenang, lalu hilang melepas pandangan. Gadis itu mulai mengantuk, mungkin faktor kecapean juga ada di sana. Berbaring cantik layaknya putri tidur, tersenyum kecil mengingat ini kamar orang lain.

"Kita ini kenapa sih, Ta?. Udah putus, tapi masih sama-sama membutuhkan.."

"..gue masih butuh lo buat yakinin diri gue sendiri, dan lo? Lo juga masih butuh gue buat memperbaiki diri lo" gumamnya sebelum terlelap di malam yang gelap.

02.02

Ding dong..

Langit masih gelap pastinya, dan siapa yang memencet bel saat ini. Berkali-kali bel ditekan dan itu membuat Genta terbangun dari tidurnya. Awalnya ingin membiarkan, namun ketika ketukan pintu terdengar, ia yakin ada seseorang di sana. Dengan lambat ia berjalan untuk membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang yang menjadi salah satu faktor bencinya ia kepada sang ibunda.

TOXICLOVE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang